Part 7 : "MINE"

2.6K 252 31
                                    

KEDATANGAN Vino pagi ini cuma numpang cuci muka dan makan pisang goreng yang disuguhi Umi. Kemudian pamit berangkat. Dan disinilah Khika sekarang, disebelah Vino di dalam mobilnya yang Vino kemudikan menuju Sekolah. Suasana hening. Kata candaan 'aku juga suka kamu' yang sempat Vino lontarkan tadi tak ada tapaknya sama sekali. Vino nyatanya tetap cuek dan ketus seolah nggak pernah terjadi apa-apa. Khika seperti buang-buang tenaganya saja tadi, karena sempet deg-degan tak karuan mendengarnya.

Sesampainya di sekolah. Dimulai dari keluar mobil sampai ke depan gerbang, tatapan anak-anak Pratiwi tak lepas dari dirinya dan Vino.

Padahal Khika sudah berusaha untuk membuat jeda dengan mempercepat langkahnya supaya mengaburkan fakta kalau mereka datang bersama. Tapi ya dasar Vino. Entah ada angin apa, dia terus menempeli langkah Khika hingga sejajar, persis kayak permen karet yang nempel di sepatu. Susah lepas.

Dumel-dumel kecil terdengar sayup ditelinga Khika. Dan isinya pun sangat beragam, dari mulai keterkagetan sampai ungkapan penuh sebal pada dirinya. Atau nada-nada sarkastik seperti:

"Loh, Vino berangkat bareng si boncel lagi!"

"Gila si bonsai!"

"Si boncel lagi-lagi nempelin Vino!"

Namun perlu diperjelas lagi. Bukan Khika yang gila. Bukan Khika juga yang nempel-nempel. Tapi Vino yang jadi aneh. Iya, bener-bener jadi aneh. Terutama pas jam istirahat mulai datang.

"Hatciiih!" Pada jam istirahat itu Khika diserang bersin-bersin tak karuan. Ditambah ia tak berani keluar karena takut di labrak kak Vio soal kejadian berangkat barengnya lagi tadi pagi. Hal itu mengundang tatapan iba dari teman sebangkunya, Zahra.

"Kenapa?" tanya Khika yang sadar ditatapi aneh oleh Zahra.

"Sabar ya, Ka, lo bersin-bersin gini kayaknya karena lagi diomongin deh sama satu sekolah. Mana bersin-bersin lo lama banget, berarti banyak banget yang ngomongin," ucap Zahra dengan intonasi iba yang sangat amat mengharukan, berhasil membuat Khika panik.

"Serius? Emangnya iyaya, Ra? Satu sekolah ngomongin gue?" Khika meratap polos nan pilu.

"Sabar ya namanya juga hidup ... Sekalinya Gerald lepas, eh, lu malah dapet Vino, yang ganteng tapi si buahmalakama,"

"Apaan tuh?"

"Nggak di makan, sayang. Kalo di makan, nanti di gigit kutu," jawab Zahra asal benar-benar tak menenangkan hati.

"Diiih siapa yang sayaaaaang!"

Zahra malah menepuk-nepuk punggungnya menatap Khika penuh maklum seolah-olah dia mengerti segalanya.

"Hai! Ngomongin gue ya?!" Gerald datang saat namanya disebut. Zahra memutar bola matanya kesal.

"Pede!" tungkas Zahra disambut Gerald dengan ketawa ketiwi geli.

"Nih buat lo!" Gerald memberikan sebungkus batagor untuk Zahra, "dan inih buat lo!" Dia menyodorkan juga sebungkus batagor pada Khika ditambah sekaleng minuman pocary.

"Ih buat gue kok nggak ada minumannya!" protes Zahra.

"Iyalah, lu kan yang ngasih si Iwan, dananya pas-pasan, nah kalo elu.." Gerald memandang Khika penuh selidik tengil, "dari Vino nih,"

Khika bergidik. Vino ngirimin makanan? Yang bener aja? Ada peletnya ngga nih, pikir Khika. Gerald sengaja memperhatikan raut wajah Khika---yang kaget---minta penjelasan, namun Khika diam saja. "Ciyeee, udah jujur aja, jadian kan?" tebak Gerald bikin Khika melotot.

"Sssst! Jangan bikin gosip! Enak aja!" elak Khika galak sambil berbisik berusaha tak menarik perhatian teman sekelasnya.

"Udah! Jangan malu-malu, jadian juga nggak pa-pa, malah sekelas pada seneng,"

CLOVER BESIDE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang