43. Would You Wait?

19.8K 1.7K 169
                                    

AUTHOR POV

Otak Chanyeol kosong ketika ia membuka pintu kamarnya dan beranjak keluar sambil menyeret kopernya. Tepat setelah ia berada diluar kamar, ia menangkap sosok ayahnya yang berdiri cemas didekatnya. Pandangan mereka bertemu beberapa saat sebelum ayahnya menyadari kalau anaknya tidak terlihat begitu baik.

"Ayah mendengar beberapa teriakan dan bunyi barang berjatuhan dari dalam. Kau tidak apa-apa? Kau bertengkar dengan Baekhyun?"

Chanyeol menunduk, mengeraskan rahangnya. Ia juga meremas gagang koper yang ia bawa, berusaha meredakan panas hati yang sekarang melampaui batas teratasnya. "Ya."

"Kau... siap pulang?" Tanya ayahnya menyadari ada koper di tangan Chanyeol. "Kau tidak ingin berbaikan dengannya dulu atau apa?"

"Ia menyuruhku pergi. Jadi kenapa kita tidak pergi sekarang saja?" Chanyeol berkata dengan nada penuh luka. "Dia tidak berusaha menahanku, jadi kenapa aku harus tinggal? Seberapa ingin pun aku tinggal, jika ia menyuruhku seperti itu, bagaimana aku bisa berfikir kalau ia juga menginginkanku disini?"

Ayahnya melebarkan dahi. Ini adalah kali pertama ia melihat Chanyeol dalam keadaan panik, penuh luka, dan tampak buruk. Bahkan biasanya anak itu tenang sekali ketika dimarahi. Baekhyun jelas berbeda baginya, terlihat dari nada bicaranya ketika ia membicarakan Baekhyun. Dan itu membuatnya sedikit tidak tega untuk segera membawa anaknya pulang.

"Katakan padaku, kau ingin pulang atau tidak?"

Lama bagi ayahnya untuk menunggu Chanyeol memberi respon. Sesaat ia mengira Chanyeol tidak mendengar pertanyaannya karena anaknya tak kunjung menjawab. Anak satu-satunya yang lebih tinggi darinya itu perlahan-lahan menoleh untuk bertemu dengan mata ayahnya. Saat itu juga, ayahnya tahu jawaban Chanyeol hanya dari tatapan anaknya. Meski begitu, ia tidak mau melihat tatapan penuh luka itu lama-lama. Jadi ia tersenyum dan mengacak rambut ayahnya.

"Kenapa kau mirip sekali denganku, huh?" Ayahnya terkekeh. "Ayah memang sering memarahimu, tapi sebenarnya ayah senang karena kau melakukan hal yang kau inginkan. Ikuti kata hatimu, dan karena ayah sudah terlalu mengenalmu, ayah tahu hatimu ada didalam kamar itu, dan sepertinya orang yang ayah maksud sedang menangis sekarang." Ayahnya menuding kamar Chanyeol, dimana Baekhyun entah-sedang-apa disana. "Ayah mengerti jika kau tidak ingin pulang sekarang, tapi usahakan secepatnya, oke?"

Perlahan tapi pasti, Chanyeol mengangguk. Dan ayahnya lebih dari lega untuk melihatnya. Ia menepuk bahu Chanyeol, dan berbalik berjalan menjauh meninggalkan anaknya.

"Ayah,"

Ayahnya menoleh.

"Dua hari lagi. Aku akan pulang."

Ayahnya tersenyum, lalu meninggalkannya sendiri berdiri lemah ditengah ruang tamu.

.

Baekhyun mengusap wajahnya dengan kedua tangan, membiarkan rambutnya terlihat sedikit berantakan ketika berusaha kembali ke tempatnya. Chanyeol benar, ia harus belajar mengatakan sesuatu sesuai dengan isi hatinya. Tidak diragukan lagi ia menginginkan Chanyeol untuk tetap tinggal, tapi mengapa semua yang keluar dari mulutnya hanya usiran halus?

Ketika Baekhyun berfikir Chanyeol sudah benar-benar pergi, pintu kamarnya kembali terbuka oleh sosok yang pasti. Kaki-kaki panjang itu melangkah mendekatinya diikuti koper tepat dibelakangnya, lalu berlutut didepan Baekhyun yang duduk dipinggir ranjangnya.

"Aku sangat ingin tinggal, kau tahu."

Baekhyun tersenyum berat. "Aku tahu. Aku hanya tidak terbiasa mengatakan semuanya begitu saja. Sulit ketika ayahmu berkata kalau kau akan memegang perusahaan cabang miliknya. Maksudku, itulah tujuanmu yang sebenarnya, bukan? Memegang perusahaan ayahmu dan hidup sukses. Aku bahkan tidak bisa berkata kalau aku adalah kekasihmu, karena aku memang... tidak bisa. Aku tidak siap... menghancurkan masa depanmu."

[ChanBaek] Take You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang