Regen tertegun. Tak ayal rasa khawatirnya timbul juga mendengar berita yang baru disampaikan Bian ini.

Tapi dia bersyukur Embun baik-baik saja.

"Dua duanya, tapi Embun masih jadi prioritas" ucapnya tegas.

***

Bian menatap tembok putih di depannya dengan pandangan lelah. Di sebelahnya, Talitha menatap Bian dengan senyum yang sama sayu. Sudah tiga jam dan belum ada perkembangan dari kondisi Melody. Terakhir kali dokter malah mengatakan sesuatu yang tidak enak didengar.

"Ada luka di kepala Melody karena benturan keras dari dahan pohon yang jatuh tepat di kepala sebelah kanannya."

Ya, mobil Embun memang oleng dan menabrak sebuah pohon tua di pinggir jalan. Dan sialnya, pohon itu ikut tumbang. Mereka berdua di temukan oleh warga yang kebetulan lewat. Dan bersyukurlah pertolongan datang lebih cepat karena kalau tidak, bukan tidak mungkin mereka akan kehabisan darah.

"Tenang aja Bi, doain aja semoga Ody baik-baik" Ujar Talitha, menenangkan. Bian hanya membalasnya dengan senyum lalu menatap tembok putih itu lagi.

Sampai suara seseorang dari koridor panjang di sampingnya membuatnya berdiri.

"Gimana keadaan Embun? Dia baik baik aja seperti yang lo bilang kan? di rawat dimana? Dia udah sadar?" Regen, dengan baju kuyup dan rambut acak-acakan karena hujan, mengguncang-guncangkan bahu adiknya dengan tidak sabaran.

Talitha ikut berdiri, mengernyitkan dahinya bingung.

"Calm Reg, udah gue bilang Embun nggak kenapa-napa. Dia udah sadar dan sekarang lagi istirahat" Jelas Bian, seketika membuat napas Regen berhembus lega. Dia ikut duduk di kursi tunggu, menyandarkan tubuhnya yang basah kuyup dan kepalanya yang terasa berat.

"Sori, lo pacarnya kak Embun, kalian?" Talitha bertanya bingung. Kedua cowok itu segera tersadar ada seseorang yang sejak tadi menatap tanpa tahu apa-apa. Bian segera berinisiatif.

"Kak Litha, ini Regen, pacarnya kak Embun, kakak gue. Regen, ini kak Litha, kakaknya Ody" Jelas Bian, yang dikenalkan segera berjabat tangan.

"Kok kayak nggak asing ya?" Tanya Talitha, lebih kepada dirinya sendiri.

"Regen kan dateng waktu kak Tania nikah kak Lith"

"Enggak enggak, kayak... sebelum itu gue pernah liat ya. Sama Ody..."

Regen tersentak dan menggaruk tengkuknya salah tingkah. Tidak menyangka kakak Melody yang satu ini punya daya ingat yang kuat juga. Padahal kak Tania saja tidak mengingatnya waktu itu.

Bian menengah, lagi-lagi mengambil inisiatif.

"Kak Litha, udah malem mending kakak istirahat deh. Kasian kakak besok masih banyak kegiatan 'kan?"

Talitha menatap dua kakak beradik di depannya dengan pandangan bingung. Merasa ucapannya dialihkan.

Dia melirik jam tangannya yang menunjuk pukul setengah sepuluh malam. Tak ayal tersenyum juga.

"Oke, thanks ya"

***

"Gue takut Liv liat Melody gini"

"Lo pikir gue enggak?"

"Kayaknya kemaren kita masih ketawa ketiwi"

"Dy sadar dong"

"Iya, nggak ada lo sepi nih"

"Kalo nggak ada gue sepi nggak?"

"Lo ngomong apa sih Liv"

Aku dan HujanМесто, где живут истории. Откройте их для себя