Curhat

4.1K 304 11
                                    


Tata POV

"Xel kita mau kemana sih?" Tanyaku bingung, saat ini kami sedang berada di mobilnya. Dan aku bertanya karena Oxel baru saja melewati arah yang berbeda dengan arah ke rumahku.

"Kita makan sebentar ya, gue laper kalo pulang pasti ga akan ada siapa-siapa." Jawabnya tenang, kelewat tenang malah. Duh kok gue jadi canggung sendiri gini sih?

Jujur aku belum pernah jalan berdua dengan Oxel seperti ini, kalaupun jalan bersama itu juga pasti ada Revan dan Dino. Jadi aku tidak mengerti harus membicarakan hal apa dengannya saat sedang berdua seperti ini.

"Lo ga ada alergi seafood kan?" Tiba-tiba Oxel bersuara lagi. "Engga kok." Jawabku singkat. Ya memang aku tidak ada alergi apapun terhadap makanan laut, berbeda dengan Revan yang hanya bisa makan ikan dan cumi saja sedangkan makanan laut lainnya dia tidak suka, lebih tepatnya alergi. Pernah ia mencoba nekat makan udang saat pergi bersamaku dan Dino, dan hasilnya badannya langsung merah-merah dan gatal. Bahkan malamnya mom dan dad terpaksa membawanya ke rumah sakit karena gatalnya tak kunjung sembuh dan ruam merah terus bertambah di sekujur tubuhnya. Poor you, Revan.

"Oke, kita makan di Bandar Djakarta aja ya." Putusnya lagi. Aku hanya mengangguk menyetujuinya.

"Sebenernya gue ngajak lo makan karena gue ngerasa kesepian." Aku langsung kaget menoleh ke Oxel saat suaranya yang rendah itu kembali terdengar, dan kini aku menangkap ada perasaan sedih di dalamnya.

"Maksud lo? Kesepian gimana?" Tanyaku penasaran. Oxel yang beken abis dan salah satu cogan populer di sekolah bahkan di luar sekolah merasa kesepian? Boong banget!

"Ya kesepian, seakan ga ada yang perhatian sama gue. Bokap nyokap gue aja cuek banget, mereka lebih prefer ke pekerjaan mereka dibanding gue." Keluhnya lagi.

Jujur aku bingung harus bersikap atau memberi tanggapan seperti apa. Duh Oxel kenapa lo jadi curcol dadakan gini sih?

"Jadi lo anak tunggal?" Entah hanya pertanyaan konyol itu yang dapat ku keluarkan sekarang.

Air wajahnya yang tadinya sedikit sendu sekarang malah berubah semakin keruh. Aduh gue salah nanya kayaknya. Tata bego!

"Jawabannya enggak dan iya." Jawabnya singkat. Maksudnya apa sih? Tapi lagi-lagi aku memilih diam. Duh Tata lo ngapain jadi banyak diemnya sih, bukan lo banget!

"Enggak karena sebenernya gue punya seorang kakak, dan iya karena kakak gue sekarang udah pergi ninggalin kita semua." Saat penjelasan itu diutarakan aku baru bisa ber-Oh ria. Eh tunggu.....

"Ninggalin?" Tanyaku lagi.

"Iya, kakak gue meninggal waktu gue SMP karena sakit, padahal dia posisinya lagi jauh dari kita semua karena lagi kuliah kedokteran di luar negeri. Dan saat itu juga bokap sama nyokap gue berubah total sikapnya. Mereka jadi dingin sama gue, kayak ga perhatian dan ga sayang lagi sama gue. Mereka sedih dan terpukul, mereka sayang banget sama kakak gue sampe-sampe apapun yang kakak gue minta selalu mereka penuhi. Bokap dulu pernah bilang kalo suatu saat kak Valdo yang bakal gantiin beliau buat ngurus rumah sakit keluarga, sedangkan gue ngurus perusahaan properti keluarga yang sekarang diambil alih bokap dan om gue." 

"Duh gue turut sedih ya atas meninggalnya kakak lo. Tapi serius deh bokap sama nyokap lo ga mungkin lah ga sayang sama lo." Koreksiku pada perkataan Oxel tadi.

"Tapi nyatanya emang begitu. Jujur, kadang gue iri sama lo dan Revan, kedua orang tua lo selalu keliatan kompak dan sayang banget sama kalian." Akunya lagi dengan senyum yang dipaksakan. "Sorry ya Ta, gue jadi curhat gini ke lo. hahaha." Tawanya kini terdengar sumbar karena sepertinya ia menahan tangis. Gila, gue ga pernah liat Oxel rapuh gini.

Summer Love SongWhere stories live. Discover now