Part 15: Epilogue

12K 850 8
                                    

NO DARK READER!

Biasakan vote sebelum membaca, dan comment sesudah membaca. Terima kasih.



P.S : Aku bakal share 1-4 part versi terbaru ya. :)

***************

Hari ini Stevan berniat untuk mengajak Thalita ketempat yang sudah disiapkan oleh Stevan, Bastiaan dan juga Fajar.

"Udah siap semua?"Tanya Stevan kepada Bastiaan melalui telfon genggamnya itu.

'Udah, lo tinggal ngajak Thalita aja'

"Makasih, ya."Ucap Stevan, lalu mematikan telfon tersebut.

Stevan menyimpan ponselnya kedalam saku celananya, setelah itu menarik nafasnya.

--

Stevan berjalan mengitari koridor sekolah--mencari Thalita.

Ketemu! Thalita tengah berdiri didepan papan majalah dinding yang hanya berjarak 3 meter dari tempatnya berdiri. Senyum Stevan mengembang. Dengan langkah cepat, Stevan mendekat kearah Thalita.

"Lit,"Panggil Stevan yang kini sudah berdiri disamping Thalita.

Thalita menoleh seraya membenarkan posisi kacamatanya itu. "Ya?"

"Pulang sekolah ini, bisa temenin aku ke Cafetaria, gak?"Ujar Stevan dengan tatapan memohonnya (lagi).

"Gue, gak bisa."Jawab Thalita ragu.

"Kenapa?"Tanya Stevan. Raut wajahnya berubah menjadi kecewa.

"Thal, pulang sekolah nanti, anter aku ke toko buku, ya?"Seorang pria datang dari arah belakang Stevan. Keduanya sontak menengok.

Stevan mengepalkan kedua tangannya, mengetahui yang mengajak Thalita pergi itu adalah Arga.

"Iya, Kak."Jawab Thalita seraya mengangguk.

Stevan menoleh kearah Thalita. "Kenapa ajakkan Kak Arga langsung disetujuin?"Tanya Stevan dengan nada tak suka.

"Gue pacar dia,"Jawab Arga dengan santai. Jari-jari tangan kirinya dikaitkan dengan jari-jari tangan kanan milik Thalita.

Apa yang barusan dikatakan oleh Arga?

Pacar?

Seriously?

Pertanyaan demi pertanyaan mulai berkumpul dibenak Stevan. Dadanya terasa sesak. Ingin rasanya ia memberi bogeman kepada Arga, namun disini ada Thalita.

"Sejak kapan?"Tanya Stevan. Nada bicaranya kali ini merendah. Rasa sesaknya sudah memenuhi rongga tenggorokannya. Stevan membutuhkan oksigen. Sangat.

"Kapan, ya? Umm, kapan, sayang?"Tanya Arga pada Thalita. Matanya yang satu berkedip kepada Thalita, memberi kode.

"Kemarin,"Jawab Thalita, mengerti akan kode yang diberikan oleh Arga tadi.

"Jawaban yang bagus, Thalita! Silahkan pergi, Mr.Madison,"Usir Arga dengan senyumnya yang merekah.

Stevan tersenyum kepada Thalita. Bukan senyum yang tulus, melainkan senyum miris. Thalita pasti tahu itu.

"Makasih. Maaf ganggu."Ucap Stevan, lalu meninggalkan Thalita dan Arga.

--

"Terus sekarang harus gimana, Kak?"

****************

[1] TCLS: Nerdy Girl vs. Coldest Boy [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang