Part 13: The Secret of: Arga, Stevan.

9.1K 709 2
                                    

NO DARK READER!

Biasakan vote sebelum membaca, dan comment sesudah membaca. Terima kasih.

*************

"ARGA BRENGSEK! KELUAR LO!"Stevan membanting pintu rumahnya. Para maid yang tengah bekerja terkagetkan dengan Stevan yang tiba-tiba datang dalam keadaan emosi.

Arga datang menghampiri Stevan dari arah ruang tengah.

"Ada apa?"Tanya Arga yang kini sudah berada dihadapan Stevan.

"Bacot!"

Satu tinjuan menghantam pipi kanan tepat disudut bibir Arga. Arga tersungkur ke lantai, pukulan Stevan begitu keras menghantam pipi hingga tulang pipinya.

"Apa-apaan lo, hah?!"Arga berteriak emosi. Tangan kirinya memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

Para maid segera pergi menuju ruangan lain. Sebelumnya, Arga dan Stevan tidak pernah bertengkar sehebat ini.

"Ngomong apa aja lo sama Lita?!"Tanya Stevan menarik bahu kiri Arga dengan kasar.

"Gue gak ngomong apa-apa, anjing!"Jawab Arga menepis tangan Stevan dengan kasar.

"Brengsek lo, Ga! Semua yang gue punya udah lo rebut, dan sekarang lo mau rebut Thalita dari gue? Bangsat!"Dan lagi. Stevan melayangkan beberapa pukulan kesetiap tubuh Arga. Begitupun juga Arga, ia membalas pukulan Stevan yang diberikan padanya.

"Jangan harap lo bisa ngambil Thalita & Keyra dari gue!"Bisik Stevan ditelinga Arga.

Stevan mengambil tasnya disofa, lalu beranjak pergi menuju kamarnya.

Arga tersenyum miring seraya mengelap darah yang berada disudut bibirnya, lalu berjalan menuju kamarnya.

****************

Thalita mengambil tissuenya lagi dan lagi. Baru beberapa jam yang lalu ia memutuskan hubungannya dengan Stevan, tissue yang ia beli tadi sudah habis sebanyak 3 pack. Bisa bayangkan seberapa kacaunya kamar Thalita kini, hanya karena tissue?

"THAL, KAK DANNISH PULANGG!"Ujar seseorang dari luar sana.

Thalita menghiraukannya. Ia masih sibuk mengelap ingus dan air matanya yang menyebabkan wajahnya memerah.

"Gue benci Stevan! Gue benci Stevan, gue benci Stevan! Gue benci Stevan! Gue benci Stevan! Gue benci Stevan!"Gumam Thalita berulang kali. Thalita sudah terlalu jatuh kedalam permainan Stevan dan Arga ini. Ia hanya gadis yang dijadikan bahan taruhan oleh keduanya. Garis bawahi: bahan taruhan.

"KAK DANNISH, DEVAN! THAL GALAUUU!!!"Ucap Thalita berteriak.

"Thal kamu kenapa?!"

"Kak Thal, woy! Lo kenapa???!"

Dannish dan Devan mengetuk pintu kamar Thalita dari luar dengan heboh. Mereka berdua mendengar teriakan Thalita tadi.

"Kenapa gue bodoh banget, ya Tuhan!"Thalita merutuki dirinya sendiri. Ia menyesal sudah mengenal dua manusia populer itu.

Kedua pria itu--Dannish dan Devan--masih mengetuk pintu kamar Thalita, namun tak juga dibukakan oleh Thalita. Hingga akhirnya...

BRAKK..

Pintu kamar Thalita didobrak oleh kedua pria itu, menyebabkan pintu kamar Thalita rusak.

"Ya Tuhan!"Devan menganga setelah melihat kondisi kamar Thalita ini. Sangat berantakan. Kalian tahu, film kapal Titanic sewaktu menabrak karang es? Nah, kira-kira seperti itu keadaan kamar Thalita sekarang. Bedanya, dikamar Thalita tidak sampai ada genangan air. Ha-ha.

Sedangkan Dannish tak peduli dengan keadaan kamar Thalita ini, ia hanya peduli kepada adik perempuannya yang kini sedang menangis tersedu-sedu.

"Kamu kenapa, Thal?"Tanya Dannish lembut. Dannish duduk diatas kasur--disamping Thalita--seraya mengusap rambut Thalita yang sudah kacau berantakan ini.

Thalita memeluk Kakak lelakinya ini, ia menangis dibahu Dannish. Sedangkan Devan hanya menatap sendu keduanya dari jarak yang mungkin hanya satu meter dari keduanya.

"Stevan,"Lirih Thalita dengan suara yang terdengar hanya sekilas, namun dapat didengar oleh Devan.

"Ada apa sama dia?"Tanya Devan, mewakili pertanyaan yang kini sudah berkumpul dibenak Dannish.

"Thalita benci Stev, titik!"Ucap Thalita seraya memukul bahu Dannish untuk meluapkan emosinya.

"Tenang dulu, Thal."Ujar Dannish masih mengusap lembut rambut Thalita.

Lima menit lamanya Dannish dan Devan membiarkan Thalita untuk tenang terlebih dahulu, baru keduanya bertanya pada saudari perempuannya ini.

"Kamu kenapa? Cerita sini, biar Kakak sama Dev tau apa masalah kamu,"Ucap Dannish. Devan yang kini sudah duduk disamping Dannish, mengangguk setuju dengan ucapan Kakak lelakinya ini.

"Stevan mainin Thal."Jawab Thalita menunduk.

Dannish dan Devan saling pandang, lalu berteriak kaget. "APA?! SERIUS???!"

Thalita mengangguk. "Dia taruhan sama Kak Arga, siapa yang bisa dapetin Thal, dia bisa dapetin apa yang dia mau, termasuk buat mainin Thal,"

"Anjing."Gumam Devan tersulut emosi. Kedua telapak tangannya terkepal kuat.

Dannish melirik Devan sekilas. Adik lelakinya ini memang selalu seperti itu jika Thalita tengah berada didalam masalah. Wajar, Devan sangat menyayangi Thalita, seperti dirinya--Dannish--kepada Thalita.

"Terus kamu udah yakin, Stevan cuma mainin kamu doang?"Tanya Dannish. Pasalnya, ia tahu sifat Thalita seperti apa. Jika Thalita sedang kesal dalam masalah, pasti Thalita selalu ceroboh.

"Iya!! Thal benci Stevan. Fixed."Ucap Thalita dengan mantap.

Devan meredamkan emosinya terlebih dahulu sebelum membuka mulutnya untuk berbicara.
"Gue rasa Kak Stevan gak mungkin ngikutin alur taruhan itu. Lo bilang sendiri kan, kalau dia itu cuek, dingin, jutek, gak pedulian. Nah gimana dia bisa punya pikiran buat mainin lo cuma gara-gara taruhan? Think big."Ucap Devan berpendapat.

"Tap--"

"Denger gue dulu. Gue punya temen yang cueknya setengah mati kayak Kak Stevan itu, dia pernah diajak taruhan sama temennya buat dapetin satu cewek, tapi dia punya rencana lain, dia gak ngejawab taruhan itu, dia ngedapetin cewek itu ya karna dia emang udah sayang sama cewek itu. Dan setelah mereka pacaran 2 bulan, temennya itu bilang semuanya ke si cewek, si cewek mutusin cowoknya tanpa minta semua penjelasan dari cowok itu dulu. Terus si ceweknya nyesel, sampe akhirnya cowoknya itu ngejelasin semua ke ceweknya. Then, mereka berdua langgeng sampe sekarang. Udah 1 tahun lebih malah. Nah, gini deh. Lo udah minta penjelasan dari Kak Stevan?"Tanya Devan diakhir penjelasannya itu. Thalita diam sebentar, mencerna setiap kata yang diucapkan oleh adiknya ini.

"Belum,"Jawab Thalita seraya menggeleng.

"Bego."Ucap Devan asal. Dannish menoyor dahi Devan, tak suka dengan respon Devan barusan.

"Jaga omongan lo, idiot."Ujar Dannish.

"Bacot. Lo juga itu ngatain gue idiot,"Balas Devan tak mau kalah. Dannish hanya mendengus kesal mendengar balasan Devan.

"Terus sekarang Thal harus gimana?"

****************

Bersambung..

Maaf baru sempet next :d tugas sekolah menumpuk seperti sampah -_-

[1] TCLS: Nerdy Girl vs. Coldest Boy [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang