Part 4: 'What's wrong with him?'

14.4K 932 2
                                    

*****************

Thalita berjalan menuju kelasnya sambil menunduk. Di belakangnya ada Stevan yang sepertinya juga akan menuju kelas.

"Thal, ke kantin, yuk?"

Thalita menghentikan langkahnya. Baru saja ingin membalikan badannya, Stevan berjalan dengan tatapan lurus ke arah depan, tanpa menengok ke arahnya.

"Thal, mau gak?" Arga berucap. Ia sudah berdiri disamping Thalita.

"Eh--ah, tapi Kak, ini masih jam pelajaran," Jawab Thalita mengelak. Thalita menunduk. Ia salah tingkah berhadapan dengan Kakak Seniornya ini.

"Kata siapa? Hm.." Arga memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, seraya tersenyum kepada Thalita.

"Aku kan tad--"

Thalita mendongakkan wajahnya. Bertepatan dengan itu, bel sekolah berbunyi 3 kali, menghasilkan kegaduhan dari setiap kelas.

"Udah bel tiga kali, itu tandanya kita udah jam pulang. Kantin dulu, yuk!" Tanpa menunggu persetujuan dari Thalita, Arga segera menarik pergelangan tangan Thalita, menuju kantin.

"Eh tapi Kak--"

*****************

"Wah, nerd kaya dia berani ya ngegandeng Kak Arga."

"Omfg. Kak Arga seleranya kayak begitu ternyata!"

"Bitch, please,"

Thaliya hanya menunduk. Ia mengumpat dalam hati.

Arga duduk tepat dihadapan Thalita, hanya terhalang dengan meja saja.

Ia--Arga--memajukan wajahnya. Jarak antara wajahnya dengan Thalita, kini dapat terhitung oleh hitungan senti.

"Gak usah peduli sama mereka, anggap cuma ada kita berdua. Elo, sama, gue." Arga berucap dengan nada yang berbisik. Thalita hanya mengerjap-ngerjapkan kedua kelopak matanya. Jantungnya berdetak tak terkontrol saat ini.

Untungnya, Arga memilih tempat paling sudut, dekat dengan dinding. Dan itu lumayan membantu Thalita dari tatapan sinis para siswi.

Arga memundurkan wajahnya, bersikap tenang seolah ia tak melakukan apapun.

"Mau mesen apa, Thal?" Tanya Arga.

"Samain aja deh, Kak." Jawab Thalita. Ia bahkan tak tahu menu apa yang ada dikantin sekolah ini.

"Oke. Tunggu bentar, ya." Arga berdiri, kemudian berjalan santai menuju tempat pesanan.

Selagi menunggu Arga, Thalita menopangkan dagunya dengan kedua kepalan tangannya.

"Kak Arga baik, ternyata. Tapi mirip sama siapa, ya?" Gumam Thalita, diiringi sebuah pertanyaan diakhir kalimatnya.

Thalita menjentikkan jari kanannya.

"Mirip Justin! Eh, gak! Dia mirip Austin! Kalau Justin... mirip Stevan. Iya, Justin mirip Stevan," Thalita bergumam lagi. Kali ini bukan Arga yang memenuhi rongga pikirannya, tetapi Stevan.

"Ah, gila. Stevan mah ganteng, tapi dinginnya kebangetan," Gerutu Thalita, seraya memindahkan posisi tangan yang menopangnya menjadi terlipat diatas meja.

Thalita menunduk, kemudian tersenyum geli ketika mengingat ada tiga orang Kakak Kelas memberi Stevan setoples cokelat berbentuk love dengan surat yang dibalut amplop merah muda. Astaga! Konyol sekali.

"Ya Tuhan, Thal! Lo denger gue gak, sih?!"

Thalita tersentak. Ia mendongakkan wajahnya, kemudian tersenyum lebar disertai gelengan kepala.

[1] TCLS: Nerdy Girl vs. Coldest Boy [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang