PERUBAHAN POSITIF

5.1K 513 99
                                    

Pagi ini Ily sibuk menyusun kue di keranjang. Al sibuk mengecek hasil penjualan kantin, tampak pusing dan sesekali dia mendengus kesal. Ily yang melihat hanya tersenyum dan menggeleng.

"Kenapa sih, Honey?" tanya Ily menghampiri Al yang tengkurap di lantai dengan berbagai kertas, pulpen, dan kalkulator berserakan di depannya.

"Ini loh, Yang, dari semalam ngecek barang masuk dan keluar, tapi enggak sesuai dengan uang yang ada. Ternyata susah juga, Yang. Aku baru pegang satu usaha aja pusingnya begini, bagaimana Tante Mora yang sudah memiliki cabang banyak?" jelas Al sambil mengacak rambutnya frustrasi.

Ily terkekeh melihat kekacauan wajah suaminya itu. "Kamu nanti kalau sudah terbiasa pasti bias, Honey. Baru satu usaha yang dipercayakan kamu, bagaimana nanti kalau Tante benera minjami modal, terus kamu pegang usaha sendiri? Semua butuh pembelajaran, Honey. Kamu yang sabar dan jangan menyerah, ya?" Ily mengembalikan kepercayaan suaminya lagi untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Makasih ya, Sayang, kamu selalu bisa buat aku merasa tenang dan kembali semangat," ucap Al tersenyum manis lalu duduk dan memeluk Ily.

"Iya, sama-sama, Honey. Sudah menjadi kewajibanku," jawab Ily membalas pelukan Al lalu mengusap punggungnya lembut. Al nyaman dan tenang di pelukan istrinya.

"Kamu mau ke pasar?" tanya Al setelah melepas pelukannya.

"Iya. Kenapa?"

"Aku mau ikut," ujar Al sambil merapikan sebagian kertas yang berserakan di lantai.

Ily hanya tersenyum, ini kali pertamanya Al mau ikut ke pasar. Ily berdiri lalu lanjut merapikan dagangannya di keranjang. Selesai menyusun dagangannya, Al membawakan keranjang Ily, mereka berjalan kaki ke pasar.

"Segar, ya, Yang, pagi begini keluar jalan-jalan. Udaranya masih sejuk." Al menghirup dalam udara pagi yang belum terlalu banyak polusi seperti kota besar.

"Iya, Honey, aku suka tinggal di sini, enggak seperti di Jakarta. Lebih tenang, nyaman dan ...," ucapan Ily menggantung kala dia mengingat kedua orang tuanya. Ily menunduk melihat langkah kakinya yang berjalan bersamaan dengan langkah kaki Al.

"Kenapa, Sayang?" tanya Al khawatir menghentikan langkahnya. Al memerhatikan wajah istrinya yang mendadak sedih.

"Aku kangen Mommy sama Daddy, Honey," jawab Ily dengan suara parau, Al kembali dilanda rasa bersalah.

Al mengelus pipi Ily lembut dan mengusap punggungnya memberikan ketenangan. Dari lubuk hati Al terdalam, sebenarnya dia juga sangat merindukan keluarganya. Namun, dia selalu menahan dan tidak memperlihatkannya kepada Ily. Ini kali pertama bagi Ily mengeluh rindu orang tuanya kepada Al.

"Kamu sabar dulu, ya? Nanti kalau kita sudah siap menemui mereka, aku janji, kita bakalan pulang ke Jakarta," ucap Al terdengar serius dan tulus. Ily mengangguk lalu mengusap air mata.

"Senyum dong, masa sih juragan kue ngantar dagangan cemberut. Nanti kalau pelanggannya kabur gimana?" Al berniat menghibur Ily.

"Aaaaahhhh, Honey, kamu tuh, ya ... selalu bisa menggodaku," rengek manja Ily sambil memperlihatkan wajah imutnya yang lucu.

"Kamu aja mau aku goda, buktinya nih sampai perut buncit begitu," jawab Al mengerling sambil menunjuk perut besar Ily.

"Ihhhhh, Honey!" Ily mengentakan kaki ke tanah membuat Al terkekeh. "Godaan kamu tuh, menagihkan, tapi awas aja kamu berani lagi menggoda wanita lain, aku akan benar-benar ninggalin kamu!" ancam Ily membuat Al bergidik ngeri.

"Enggak, Yang, cuma kamu yang aku goda. Beneran, sumpah! Mereka saja yang menggodaku," jelas Al serius. takut Ily akan mengorek luka yang sempat Al gores dalam hatinya.

PERNIKAHAN DINI (KOMPLIT)Where stories live. Discover now