ALHAMDULLILAH, SAH

6.4K 483 28
                                    

Janji sakral itu telah diucap Al, dengan bantuan adik ipar Widya yang menjadi wali nikahnya. Semua berjalan lancar. Rumah dengan nuansa putih abu-abu itu kini sudah sepi ditinggalkan para tamu yang menjadi saksi pernikahan mereka.

"Alhamdulilah." Mora menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Terima kasih ya, Tan, Om," ucap Al yang juga ikut duduk di sofa bersama Ily.

"Iya, sekarang Ily tanggung jawab kamu. Jika sampai terjadi sesuatu dengannya, aku sama Om tidak akan segan-segan mengambil Ily dari kamu," ancam Mora diselingi gurauan, tetapi terkandung nada serius.

"Iya, Tan. Al akan berusaha menjaga Ily sama calon anak kami dengan baik."

"Tapi seusia kalian itu masih labil. Takutnya nanti hati kalian jalan-jalan kalau sudah melihat yang baru," sahut Choky yang duduk di samping istrinya.

"Insyaallah tidak, Om," jawab Al tersenyum manis.

"Terus kamu sudah dapat pekerjaan belum?" tanya Mora, Al dan Ily saling menatap dan Al menggeleng ke arah Mora dan Choky.

Choky berdecak sedangkan Mora menghela napas berat. Mereka tampak berpikir sesuatu, hingga Mora memiliki ide cemerlang.

"Oke, kali ini Tante kasih kerjaan kamu. Tapi pekerjaan ini berat dan memiliki tanggung jawab yang besar. Kamu masih mau?" tanya Mora menatap Al.

"Apa pun pekerjaannya saya akan lakukan, untuk menyambung hidup kami, Tan," jawab Al pasti.

Mora menjelaskan pekerjaan yang akan diberikan kepada Al. Al tampak serius mendengar penjelasan Mora.

"Nah, kamu jelas, kan, sekarang?" tanya Mora kepada Al selesai menjelaskan.

"Jadi, Ily jarang dong ketemu Al, Tan?" tanya Ily manja dan bergelayut di lengan Al.

"Itu sudah risiko yang harus ditanggung seorang istri. Kalian pikir setelah menikah, bisa bersamaan dan berdua-duaan terus seperti saat masih pacaran?" tukas Mora dijawab anggukan Ily.

"Enak aja kamu! Justru kalau sudah menikah, istri itu sering ditinggal suami untuk mencari nafkah di luar rumah. Tugas istri menjaga harta benda dan kehormatan keluarga di rumah saat sang suami sedang berada di luar rumah. Syukur-syukur mendoakan suami agar diberi keselamatan saat bekerja dilancarkan rejeki dan jalannya," timpal Choky memberi nasihat untuk sepasang pengantin baru itu yang masih tergolong sangat belia untuk merasakan kerasnya hidup berumah tangga.

"Tapi nanti kalau mati lampu atau Ily butuh bantuan gimana? Sedang Al di tengah laut. Masa iya Al berenang ke daratan?" sahut Ily polos.

"Kamu harus belajar berpikir dewasa, Yang. Harus melihat kenyataan, memang ini jalan kita sekarang. Kamu harus kurangi manja sama pemikiran negatifmu itu," jawab Al lembut agar tidak menyinggung perasaan Ily.

"Nah, betul kata Al itu, Ly. Sekarang kamu sudah menjadi ibu rumah tangga. Jadi, semua pekerjaan yang memang sudah menjadi kewajibanmu harus kamu jalankan. Contoh kecil saja memasak, kamu harus bisa masak untuk suami kamu biar dia enggak jajan di luar," jelas Mora.

"Masih mending kamu, Ly, paling juga ditinggalnya sehari semalam, coba kamu lihat tantemu, kadang Om bisa dua minggu tidak pulang. Tapi Om sama Tante bisa melewatinya. Intinya saling percaya dan komunikasi lancar. Saling keterbukaan itu penting antara suami istri. Jika ada masalah segera diskusikan bersama sebelum berlarut-larut semakin besar masalahnya. Saling kerjasama itu juga perlu, apa tugas suami dan apa tugas istri, kalian jalankan peran itu sebaik mungkin, agar semua menjadi ringan," timpal Choky mengambil sebatang rokok dan membakar ujungnya.

"Ada lagi, suami itu ibarat pengemudi dan istri kondektur. Kalian harus kerja sama agar kendaraan yang kalian tumpangi tidak jatuh ke jurang. Paham maksud, Om?" tanya Choky menatap Al dan Ily bergantian.

PERNIKAHAN DINI (KOMPLIT)Where stories live. Discover now