CEMAS BERLEBIHAN

5.4K 549 58
                                    

Hujan deras tengah malam ini, Ily dan Al masih terjaga. Ily tidur bersandar di dada bidang Al sambil memainkan kalungnya. Mereka sama-sama disibukan dengan pikirannya masing-masing. Petir dan guntur terdengar menggelegar, Al tahu jika seperti ini, Ily sangat ketakutan, makanya dia tidak jauh dari Ily sejengkal pun.

"Yang."

"Iya," jawab Ily mendongak menatap Al yang menunduk, menatapnya.

"Kenapa belum tidur?" tanya Al lembut mengusap pipi Ily denggan punggung tangan.

"Aku takut, Honey, hujan di luar sangat deras dan petirnya juga bikin aku enggak bisa tidur," rengek Ily manja membuat Al gemas.

"Ih, kamu tuh, ya, udah ada aku di sini masih aja takut. Sudah tidur saja. Apa mau kita main kuda-kudaan dulu?" tanya Al menggoda Ily, menaik-turunkan kedua alisnya.

"Enggak nolak kalau kamu ajak," jawab Ily membuat tawa Al lepas memenuhi kamar sederhana mereka.

Al beranjak dari ranjang, mematikan lampu utama menggantinya dengan lampu tidur yang remang membuat suasana semakin mendukung untuk mereka melakukannya. Malam yang dingin diiringi air yang gemericik menjadi melodi ronantis. Al menghampiri Ily yang tidur terlentang, Al merebahkan tubuhnya di samping Ily. Al tersenyum, meraba bibir tipis Ily hingga si pemiliknya terpejam meraskan sentuhan lembut Al.

"I love you, Cabun," bisik Al pelan di telinga Ily lalu dia melancarkan aksinya.

Napas Al dan Ily sama-sama memburu. Al menjatuhkann tubuhnya di samping Ily lalu menoleh Ily yang masih mengatur napasnya. Saat Al baru saja memejamkan mata, suara telepon terdengar. Al tak menghiraukannya, tetapi Ily mengambil dan melihat peneleponnya.

"Honey, Supri menelpon. Angkat cepat, siapa tahu penting," perintah Ily lembut mengulurkan HP kepada Al.

Dengan malas Al menerima panggilan itu.

"Halo, ada apa, Pri?" tanya Al, mata masih terpejam.

"Mas, gelombang tinggi, kapal sandar di Lanal. Pelabuhan ditutup."

"Terus bagaimana keadaan barang-barang kantin? Masih aman?" tanya Al khawatir lalu duduk bersandar di kepala ranjang.

Ily yang sedang memakai dasternya, menjadi cemas mendengar percakapan suaminya itu. Ily bersandar di dada Al, memberi ketenangan. Dia menarik selimut untuk menutupi bagian bawah Al yang masih polos.

"Cuma barang yang ada di gudang Mas, sepertinya kemasukan air," jawab Supri membuat Al semakin cemas.

"Besok pagi aku naik ke kapal. Kamu selamatkan dulu barang yang bisa diselamatkan."

"Baik. Mas," jawab Supri lalu Al memutuskan panggilannya.

Al meletakan HP-nya di nakas lalu melihat Ily yang sudah melendot manja di dadanya.

"Apa kata Supri?" tanya Ily mendongak melihat Al yang tersenyum tipis.

"Masalah sedikit. Besok pagi aku naik ke kapal, ya? Kamu jangan bekerja apa pun dulu sampai nanti setelah melahirkan. Jangan bandel, kalau dibilangin nurut sama suami. Aku enggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenapa saat lahiran nanti. Aku mau kamu dan anak kita sehat," ujar Al mengelus rambut Ily.

"Iya, Honey, aku sementara ini juga sudah menolak pesanan. Padahal sudah mulai ramai orderan, sebenarnya saying, Honey, tapi aku juga enggak mau terjadi apa-apa sama anak kita."

"Aku mengizinkankanmu bekerja hanya untuk mencari kesibukan biar kamu enggak jenuh saat aku tinggal kerja. Mencari nafkah itu tugas utamaku, kamu hanya sekadar membantu," terang Al sambil menangkup kedua pipi Ily lalu mencium bibirnya singkat.

PERNIKAHAN DINI (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang