JANGAN MENCARIKU

5.4K 558 119
                                    

Ily Pov

Setelah aku dan Al menangis bersama di lantai, aku melanjutkan memasak untuk kami sarapan. Hari ini jadwal kapal jalan, itu artinya, Al akan berangkat bekerja. Al masuk ke kamar mandi sedangkan aku menyiapkan sarapan. Selesai Al mandi, kami sarapan bersama. Di tengah sarapan, aku bertanya kepadanya, "Berapa hari kapal beroperasi?"

"Dua hari. Ada apa?" tanya Al sambil mengunyah.

"Enggak apa-apa, mungkin aku enggak akan masak selama kamu enggak di kos," jawabku tanpa melihatnya. Al diam melanjutkan sarapannya.

Setelah mendapat informasi jika kapal sudah sandar di pelabuhan, Al segera berangkat. Aku membereskan alat memasakku yang kotor. Setelah Al berangkat, aku mendatangi Bidan Yanthi, membawa uang yang aku dapat dari hasil jualanku dan hasil menyisihkan sisa uang belanja dari Al. Setelah sampai di tempat Bidan Yanthi, aku mengisi data identitas. Bidan muda itu ternyata juga sedang hamil sepertiku, mungkin usia kandungannya tidak jauh denganku. Aku berbaring di kasur dan Bidan Yanthi memeriksa kandunganku. Selesai memeriksa, dia duduk di kursi belakang meja kerjanya sedangkan aku duduk di kursi depan mejanya.

"Bagaimana, Bu? Apa bayi saya sehat?" tanyaku khawatir karena dari awal kehamilan baru ini kedua kalinya aku memeriksakan kehamilanku.

"Bayinya sehat, apa Ibu Ily mengkonsumsi susu ibu hamil?" tanya Bidan Yanthi lalu aku menggeleng karena memang aku tidak pernah minum susu khusus ibu hamil sejak hamil.

"Kalau bisa diusahakan mengonsumsi ya, Bu, untuk menambahkan nutrisi pada anak. Banyak-banyak minum air putih dan kurangi konsumsi gula sama es, agar berat janin tetap stabil sesuai dengan usia kandungan Ibu."

"Iya, Bu, saya usahakan," jawabku dengan senyum ramah.

"Ini saya tulis resep untuk vitamin agar janin kamu tetap kuat dan sehat."

"Ini harus ditebus semua di apotek ya. Bu?" tanyaku melihat kertas resep itu.

"Iya, kalau bisa semua," jawabnya yang membuatku berpikir, dengan uang yang aku miliki, apa cukup untuk menebus vitamin ini?

"Ya sudah, Bu, saya pamit pulang dulu. Nanti ditebus kalau suami saya sudah pulang bekerja," kataku ditanggapi senyuman manis dari bidan muda itu. Aku mengeluarkan uang untuk membayar. "Berapa, Bu, biayanya?"

"Bayar saja uang pendaftarannya, untuk periksa gratis karena usia kandungan kamu dengan saya sepertinya selisih sedikit. Khusus buat kamu," jawabnya yang membuatku merasa sungkan.

"Ah, jangan, Bu, nanti Anda rugi," tolakku justru membuat dia terkekeh.

"Rugi dari mana kalau hanya satu pasien saja. Nanti kalau kamu melahirkan, baru bayar," ujarnya yang membuatku sangat berterima kasih padanya. Setidaknya uang ini nanti bisa untuk membeli susu hamil.

"Terima kasih banyak ya, Bu," ucapku menjabat tangannya girang.

"Iya, jaga kandungan kamu, ya? Usia kamu masih sangat muda, rentan dengan keguguran," jelas dia membuat hatiku khawatir. "Jangan terlalu kelelahan, jaga kondisi agar selalu fit dan yang terpenting, jangan stres karena itu berpengaruh besar pada janin," timpal dia lalu aku jawab dengan anggukan mantap.

Setelah selesai memeriksakan kandungan, aku berjalan kaki ingin pergi ke apotek. Karena tempatnya agak jauh, sekitar lima kilometer dari kosan, aku berniat naik angkotan. Saat sampai di depan gang, aku melihat sepasang orang tersenyum manis padaku. Seorang wanita merentangkan tangannya, dengan rasa rindu yang teramat dalam, aku berlari kecil menyambutnya.

"Gue kangen banget sama lo, Ily," ucapnya saat kami sudah berpelukan.

"Gue juga kangen lo, Bri," jawabku meregangkan pelukan kami. "Kapan kalian sampai di sini? Kenapa enggaak mengabari sebelumnya?"

PERNIKAHAN DINI (KOMPLIT)Where stories live. Discover now