Part 10: Sesuatu telah terjadi.

2.8K 264 5
                                    

Hay Gus... thanks ya buat temen-temen yang udah baik-baik kasih Vote... membantu banget buat naikin Mood Author. So... Happy Read ^^

Suara deburan ombak perlahan membangunkan Chella. Ia mengerjap-kerjapkan matanya sambil menyibakkan selimut tipis yang menyelimutinya semalam penuh. Tapi, saat matanya menelusuri ruang dimana ia tertidur saat ini, ia sedikit terkejut. Ini adalah kamarnya, dan seharusnya ia tak berada di sini.

"Bukannya kemarin aku masih di kamar cuci? Kenapa aku sudah berada di sini?", Chella mengucek matanya sambil mendapatkan kesadarannya penuh. Suaranya lemah dan serak. Lalu ia teringat sesuatu, "Gawat, jangan-jangan aku belum mengangkat cucianku dari kemarin malam!"

Ini masih pukul 5 pagi, dan ia langsung terburu-buru, takut bila seseorang mendahuluinya bangun. Ia berlari keluar kamar dan melihat kamar cuci.

Bersih.

"Lalu di mana cucianku?"

Kembali, ia berlari menuju tempat menjemur pakaian, dan semua pakainnya sudah terjemur rapi di sana.

"Apa kemarin aku yang melakukannya? Tapi kenapa aku tak mengingatnya sama sekali?" Chella memukul kepalanya, mencoba mengingatnya. "Apa mungkin salah satu pangeran?", Chella mengacak rambutnya kesal.

Chella berpikir sejenak sambil berjalan menuju dapur. Hingga akhirnya ia menemukan jawabannya. "Ahh benar! Kemarin mungkin aku terlalu capek!"

Alasan kenapa Chella mengatakan hal tersebut karena ia memiliki sebuah penyakit, di mana ia akan tidur sambil berjalan saat tubuhnya merasa kewalahan dengan aktivitas yang ia lakukan seharian. Saat ia di rumah, tak jarang ia berjalan sambil tertidur. Tapi kini ia sedikit khawatir, karena tak ada yang menjaganya, tak seperti Ayahnya yang akan mengantarnya kembali ke kamar saat tiba-tiba ia tidur di sofa depan rumahnya dulu.

"Sepertinya aku harus lebih berhati-hati!"

_________________________________

Henry menginjakkan kakinya satu per satu menuruni tangga. Matanya terlihat masih setengah terbuka. Ia merasa sangat haus. Sambil berjalan sedikit gontai, akhirnya ia sampai juga di depan pintu dapur. Kini ia hanya perlu menaiki dua anak tangga yang rendah dan ia akan sampai di dapur.

Tiba-tiba, Henry langsung terdiam sejenak tepat di ambang pintu, ia melihat sesuatu yang bersinar di dapur dengan matanya yang berair. Ia melihat seorang bidadari yang sepertinya salah tempat. Wajahnya berkilau seperti air yang tersinari cahaya matahari. Ia mengenakan kaos putih yang juga sangat berkilau di depan jendela yang sengaja di buka. Membiarkan dirinya di selimuti cahaya matahari pagi, tepat ke seluruh tubuhnya. Rambut gelombang nan tebalnya menggeliat di terpa angin yang tak akan lepas dari pulau ini.

Ia terkejut, dan ia mencoba untuk membuka matanya lebih jelas. Ia mengucek-ucek matanya dan akhirnya ia bisa mendapatkan kembali kesadarannya secara penuh.

Setidaknya untuk sesaat sebelum ia kembali melayang.

Ia masih diam di ambang pintu melihat Chella yang sibuk dengan jus alpukat milik Ronald di pagi hari. Dia juga merasa aneh, jantungnya berdetak terlalu kencang hingga nafasnya sesak. Ia langsung mundur beberapa langkah menuruni anak tangga dan memegangi dadanya.

Ada apa denganku? Tidak.... ini bukan apa-apa. Sadarlah Henry!! Memangnya ini pertama kalinya kau lihat wanita cantik?

Ia menguatkan hatinya dan mencoba mengabaikannya. Henry kembali berjalan pelan dan santai ke arah meja, tepat di sebelah Chella. Henry menyisir poninya ke samping menggunakan tangannya sambil mengambil gelas dan langsung menuangkan air putih ke dalamnya. Tapi jantungnya semakin meraung. Ia tak kuasa dan langsung membanting gelasnya. Bahkan sebelum ia sempat meminum isinya.

'Tukk!!'

Chella sedikit terkejut dan langsung menoleh Henry. "Ada apa?"

Henry masih menunduk. Ia membiarkan poninya jatuh melambai ke depan membuatnya semakin menutupi keningnya, bahkan separuh matanya. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia langsung pergi dari dapur. Meninggalkan Chella yang masih bertanya-tanya.

"Ada apa dengannya?"

Jantung Henry masih tak beraturan. Bahkan ia tak bisa merasakan dahaganya lagi. Ia duduk di meja makan sambil memegangi dadanya. Pandangannya melayang dan kosong.

Henry menarik nafas dan membuangnya keras.

Tiba-tiba, ia berjingkat kaget saat ia menyadari bahwa ia tidak duduk sendirian di meja kayu berbentuk kotak memanjang itu. Tepat di sampingnya, Ronald menjatuhkan seluruh kepalanya di atas meja dengan masih menggunakan baju tidurnya. Bahkan rambutnya seperti Tarzan. Rambut yang selalu ia tata rapi kini ia biarkan mengacak seluruh kepalanya. Pencerminan apa yang ada di dalam kepalanya saat ini.

"Kau mengagetkanku!", Henry melotot dan nafasnya naik turun semakin tak beraturan.

"Hmm!", Ronald masih meneggelamkan seluruh wajahnya di meja.

"Kau kenapa? Sejak kapan kau disini?"

Ronald diam tak berkutik. "Jauh sebelum kau menuruni tangga!"

"Ada apa denganmu? Kalau kau masih mengantuk, sana kembali ke kamarmu!"

Ronald mengangkat kepalanya perlahan dan mulai menatap Henry dengan seluruh wajahnya. Matanya menegang dan tajam. Tatapan yang mengancam.

"Oh My dear!!", Henry semakin tersentak saat ia melihat wajah Ronald. Ia tidak terkejut dengan tatapan dinginnya sama sekali, tetapi ia terkejut pada wajahnya yang seperti Zombie. "Ada apa dengan wajahmu? Wajahmu kusut sekali? Matamu juga sangat hitam! Kau tidak tidur semalaman?!"

Ronald tak merubah ekspresi datarnya. Ia berkedip-kedip pelan lalu kembali membenamkan wajahnya di meja.

"Akan ku suruh Chella mengambilkan obat untukmu! CHEL-", Perkataan Henry langsung terbungkam oleh tangan Ronald. Perlahan, Ronald mengangkat kepalanya lagi.

Henry menurunkan tangan Ronald, "Ada apa denganmu?", Henry semakin tak faham.

"Tidak... aku tidak perlu obat, aku hanya butuh sedikit waktu untuk istirahat. Seperti ini!"

"Kau yakin?", Henry sedikit merasa tenang.

Ronald mengangguk pasti sambil mengatupkan mulutnya rapat.

"Kalau itu maumu!". Lalu Henry teringat sesuatu. "Jangan-jangan kau semalaman menonton film itu lagi ya?"

Ronald mengangkat kepalanya dan wajahnya yang sedikit memanas. Hingga akhirnya,

"Aduh! Sakit!", Henry mengerang kesakitan sambil mengelus kepalanya yang di pukul keras oleh kakak yang lebih tua beberapa jam itu. "Kau kenapa sih??!"

"Apa yang kalian lakukan di pagi cantikku ini huh?", Adric turun dari atas sambil mengeringkan kepalnya. Dan di saat yang bersamaan, Chella keluar dari dalam dapur.

"Ron... aku taruh jus mu di..."

'Pyaakk'

Chella tak sengaja tersandung dan jatuh di samping Ronald, Ronald langsung terkejut dan mengangkat kepalanya kaget. Sementara seluruh jusnya jatuh di lantai tak bersisa. Gelas pun pecah, meninggalkan beling-beling tajam.

"Chella... apa kau baik-baik saja?". Reflek, Henry beranjak dari tempat duduknya dan membantu Chella berdiri.

Situasi hening.

Henry langsung tersadar dengan apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan. Dengan cepat, dan tanpa mengatakan apapun, ia langsung pergi dan beranjak dari tempatnya sekarang. Menghilang dari pandangan seluruh orang.

"Henry..?", bahkan Adric heran dengan sikap Henry. Mata Adric dan Chella mengikuti langkah Henry hingga ia benar-benar pergi dari jangkauan mereka berdua.

Di saat yang bersamaan, Ronald langsung berteriak pada Chella, "INI SEMUA SALAHMU!!", dan Ronald pun ikut pergi setelah ia meneriaki Chella sambil menunjuknya.

"Ada apa dengan mereka berdua?", Chella keheranan. Kini matanya berpindah mengikuti langkah Ronald.

"Kau benar, mereka aneh!"

●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●ᴥ●●ᴥ●

***VoteComme***

REJENSON: Cinderella with 5 Step-PrincesWhere stories live. Discover now