Rasti hanya tersenyum malu mendapat godaan dari Digo yang benar adanya. Diam-diam, Rasti memang memiliki rasa pada Dimas meski Dimas hanya menganggapnya seorang adik.

"Ih malu-malu. Iya iya deh besok ikut Abang. Anggep aja kado dari Abang karena hari ini kamu senang sudah mendapat teman baru.."

"Berarti aku boleh ajak Kak Sisi juga dong Bang? Biar sekalian, kalau nanti aku sama Kak Dimas. Abang sama Kak Sisi aja."

"Apaan sih kamu! Jangan lupa kalau Abang sudah punya calon istri yaa? Boleh aja kamu ajak dia, tapi awas ya jangan buat rusuh disana. Gak enak sama Oom Hardi."

"Siiaaapp!!"

Rasti mengangkat tangan kanannya dan bersikap hormat pada Digo yang hanya tertawa pelan. Setelah mengecup kepala sang adik, Digo pun keluar dari sana dan menuju ke kamarnya. Jujur, ia masih kepikiran dengan ucapan Rasti. Tentang Sisi? Ya! Apakah yang di maksud Rasti adalah Sisi yang ia kenal? Atau ada Sisi lain? Tapi mengingat ciri-ciri yang diucapkan Rasti, baik, ramah, ceria, tingkahnya manis dan lucu, cantik lagi. Bukankah itu mirip sekali dengan ciri-ciri Sisi si gadis kecilnya? Heiii!! Apakah ciri-ciri yang terakhir juga termasuk? Secara tak langsung Digo mengakui kalau gadis kecilnya itu cantik bukan?

"Ahh, gadis kecil itu memang menyusahkan dimana-mana!"

*******

"Yahhh..Kakak gak bisa dateng? Yaudah deh kapan-kapan aja." Kata Rasti yang sedang berbicara dengan seseorang di telpon.

Digo segera memarkirkan motornya saat mereka sudah sampai di tempat Oom Hardi.

"Iya Kak gak papa kok. Kakak semangat juga yaa belajarnya. Da.." lanjut Rasti mengakhiri telponnya lalu turun dari boncengan Digo.

"Telpon siapa?" Tanya Digo melepaskan hellmnya dan menaruhnya di kaca spion motor.

"Kak Sisi,"

"Lalu bagaimana?"

"Kak Sisi gak bisa datang katanya dia ada les mengemudi hari ini..." jawab Rasti lesu yang merasa gagal memperkenalkan Sisi dengan Abangnya.

"Les mengemudi?" Ulang Digo.

"Heem. Kenapa?"

Apakah benar itu dia?
Sisi si gadis kecil yang aku kenal?

Digo membatin, apa semua ini hanya kebetulan atau memang orang yang sama? Digo masih penasaran.

"Bang! Kenapa?"

"Ahh enggak, ayoo masuk! Katanya mau ketemu Dimas.." jawab Digo menggoda adiknya.

"Abang jangan gitu dong. Sama aja Abang malu-maluin adik sendiri kalau sampai Kak Dimas tau!" Protes Rasti yang mengikuti Abangnya masuk.

"Tau apa?"

Tiba-tiba jantung Rasti serasa mau copot saat mendengar suara Dimas ada di belakangnya. Digo yang berada di depan menoleh duluan ke belakang. Ia memperhatikan wajah Dimas yang bingung, dan wajah adiknya yang syok.

"Tau apa Ras, kok kamu bisa sampe malu?" Tanya Dimas mendekat pada Rasti yang sedang berusaha menetralkan jantungnya.

"Eh i...ituu..Kak. Ya masalah wanita lah Kak. Ada rahasia wanita yang gak harus cowok ketahui." Jawab Rasti gugup plus ngasal membuat Digo mau tak mau menahan tawa melihat sikap adiknya itu.

Dimas mengangkat sebelah alisnya pertanda ia masih kebingungan.

"Benarkah? Tapi aku malah tau seluruh rahasia wanita. Termasuk-"

"Keep your mouth Brother! Adik gue masih kecil. Jangan kotori pikirannya!" Potong Digo sebelum Dimas melanjutkan ucapannya.

"Haha...oke oke! Abisnya Rasti ada-ada aja sih. Udah ah ayo sarapan bareng duluuu!! Udah ditunggu Bos Besar!" Kata Dimas sambil tertawa merangkul bahu Rasti yang masih dag dig dug.

Say I Love YouWhere stories live. Discover now