chapter 6 : Cant handle my demons anymore

Start from the beginning
                                    

Setelah itu , Alex dengan cepat membayar pesanannya dan segera meninggalkan tempat itu karena risih .

Ia pun dengan cepat menuju parkiran. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seseorang menodongkan pistol kepada gadis yang tampak ketakutan tersebut. Dengan cepat, Alex membatalkan niatnya untuk segera pulang. Segera ia merogoh satunya dengan tampang berharap. Untungnya , masker dan beanie hat si Alex masih di kantongnya.ia segera memakai kedua benda itu dan melepaskan jasnya dan ia sembunyikan di dekat gang itu. Kini tersisalah kemeja putihnya itu . Dengan sedikit mengendap-endap , akhirnya ia hampir sampai di dekat pembunuh.

"Lepaskan dia atau kau mati?" Tantang Alex ketika ia sudah mendekat kearah pembunuh itu. Pembunuh itu menyeringai dan mendekat ke arah Alex. Alex tersenyum kecut.

"Langkahi dulu mayatku, bung." Ujarnya dengan nada yang meremehkan Alex. Alex menggeram lalu menggertakkan giginya karena kesal. Diam-diam Alex mengambil pisaunya yang telah ia sembunyikan tadi. Kalau biasanya ia hanya melawan pembully, pengedar narkoba, orang yang pantas mati dan lain-lain namun ia kini dihadapkan dengan pembunuh.

Pembunuh itu akan menarik pelatuk pistolnya. Alex tak kalah cepat, ia akhirnya menggenggam pisaunya semakin erat dan tiba-tiba saja Alex melayangkan pisaunya ke arah mata si pembunuh itu sehingga matanya pun bolong. Wanita yang ditodong tadi itu bergidik ngeri sambil menangis sesenggukan.

Melihat si pembunuh itu tadi terluka , ia mengambil pisau yang tadi dilemparkannya. Ia lalu menusukkan pisaunya ke perut si pembunuh itu.

Dorr!!

Tak disangka pembunuh itu menembak kaki Alex yang mengakibatkan ia kehilangan lumayan banyak darah. Alex terkapar di tanah dan meringis kesakitan.

Wanita yang tadi awalnya diam itu diam-diam memukul pangkal kepala si pembunuh itu.

Bruakk!!

Pembunuh itu pingsan . Tangan wanita itu gemetaran , ia lalu membuang kayunya sembarangan. Alex pun berusaha bangkit, ia mengambil pisau yang terjatuh disebelahnya itu. Alex dengan cepat menikam jantung si pembunuh. Wanita itu menelan ludah karena melihat pembunuhan secara langsung.

"Hey! Bantu aku! " teriak Alex pada wanita itu. Sekali lagi, Alex ambruk ke tanah.

Dengan panik, wanita itu berlarian ke arah Alex. Ia cepat-cepat merobek kemeja putih Alex .

"Hey! Kau apakan kemeja mahalku ini!?" Ujar Alex lalu menggertakkan giginya.Bukannya menjawab pertanyaan Alex, wanita itu malah menggulung kemeja Alex lalu menjadikanya sebagai pengurang keluarnya darah.

"Kau diam saja. Aku dokter. Ini dapat mengurangi banyaknya darah yang keluar. Kau bawa mobil tidak? Aku akan membawamu ke rumah sakit." Ujar wanita itu. Alex menjawabnya hanya dengan mengangguk. Perempuan itu tadi segera membantu Alex berdiri.

Merekapun -Alex dan wanita itu- kini sudah berada didalam mobil sport milik Alex . Seperti biasa , George menyambut Alex dengan gonggongan. Namun, ia juga menggongging galak pada wanita itu karena merasa ia asing.
"Sudahlah George , kau tak perlu bersifat seperti itu." Ujar Alex lalu mengelus-elus anjingnya. Oh iya, untuk sekedar informasi, kini Alex sedang shirtless.

Layaknya manusia, George lalu berhenti menyalak. Wow, how smart George is ?

Wanita itupun mengemudikan mobil milik Alex. Sesekali ia memasang raut khawatir sambil menelan ludahnya.

"Kau kenapa? Jangan takut, aku tak akan membunuhmu." Ujar Alex lalu tersenyum. Wanita itu mengangguk ragu dan membalasnya sambil tersenyum kecut.

"Omong-omong izinkan aku mengenalkan diri, namaku Alexandro Rex Brozer , kau bisa memanggilku Alex dan aku AH yang kepanjanganya adalah Alex Handsome. Mmh, ya, dan kau jangan membocorkan rahasiaku! Atau kepalamu akan kupenggal dan kujadikan gantungan di kamarku ." Ujar Alex menyeringai.

**

The woman's POV

"Omong-omong izinkan aku mengenalkan diri, namaku Alexandro Rex Brozer , kau bisa memanggilku Alex dan aku AH yang kepanjanganya adalah Alex Handsome. Mmh, ya, dan kau jangan membocorkan rahasiaku! Atau kepalamu akan kupenggal dan kujadikan gantungan di kamarku ."

Aku menelan ludahku sendiri ketika Alex mengatakan itu. Man, siapa sih yang tidak takut berhadapan dengan seorang pembunuh sekalipun ia tampan. Errgghh, no!

Diapun mengguncang-guncangkan badanku .

"Eh ? Apa? " tanyaku layaknya orang bodoh , ia mengacaukan konsentrasiku ke mengemudi.

"Kau belum mengenalkan dirimu padaku." Ujarnya dengan muka flat dan polos. Ehh, menurutku itu imut?

"O-okay, namaku Jessica Roberto Myls , kau bisa memanggilku Jess, uhm, ya, aku tak akan menyebarkan rahasiamu." Ujarku sedikit gugup. Ia menatapku intens. Ya Tuhan , betapa kerennya dia? Sungguh, bibirnya itu membuatku ahhh!!

Dia mendekatkan tangannya ke dahiku. Aku menelan ludahku . Sentuhannya benar-benar hebat.

"Kau tak panas kok. Man, c'mon don't worry about me . I've killed many bad persons . Umm , and I think you are good person." Ujarnya padaku. Aku yakin pipiku pasti merah sekarang.

"Ehm, thanks, omong-omong kita sudah sampai." Ujarku berusaha mengalihkan pembicaraan .

Kamipun menuju ke Rumah Sakit dimana tempatku bekerja.

"Kau?!" Ujar Alex tak percaya ketika melihat seseorang dihadapanku .

Dia adalah...

***
A6 gantung nih ye

Hello, I'm coming back gaez. Geez , I have a bad news . Besok masuk sekolah lagi astaga -,- malas guee

Oh iya , btw kasih vomments ya :)

Bcz make the story isn't simple as you read that :)

:))

Vomments for next chp ? :)

Psychopath ? 2 (ADA YG KETIGA)Where stories live. Discover now