chapter 3 : bad deeds or good deeds?

Start from the beginning
                                    

Haha, pintar kan aku? ,batinku.

"Sir, saya pamit dulu." Ujarku sopan

Mr Bruce pun mengangguk dan aku segera pergi dari gedung tempatku bekerja itu.

**

Jam sudah menunjukkan pukul 8.00 AM, kupercepat kayuhan sepeda pancalku ini. Sekarang tujuanku adalah ke Gallery untuk mendapatkan uang tambahan.

Setelah setengah jam mengayuh, akhirnya aku tiba di sebuah gedung bewarna putih pucat . Ya, itu adalah Gallery. Dengan sigap kuparkirkan sepeda pancalku ini di parkiran khusus sepeda.

Aku pun memasuki Gallery yang bisa dibilang luas ini. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku, refleks aku menoleh ke arah belakang.

"Mr Alex? " tanyanya menyebut namaku
.
"Oh yes sir, apa tema lukisan yang akan saya buat kali ini? " tanyaku sopan pada orang itu, he is Mr.Adams

"Kau akan membuat lukisan bertema pembunuhan, kalau hasilnya bagus akan kuberi kau lima ratus dollar. Sanggup?"

Melukis hal tema pembunuhan? Its so fuckin easy haha.

"Yes. Okay sir. Kapan kubawa kemari?"
Tanyaku.

"Minggu depan." Balasnya

Aku pun membicarakan beberapa hal lain. Setelah itu, aku cepat-cepat pamit pada Mr. Adams lalu mengayuh sepedaku.

Saat sampai di Jalan Fredoscen , aku melihat ada orang yang menyeret sepuluh anjing paksa, kurasa ia akan menjualnya secara illegal atau menyiksanya. Kuparkirkan sepedaku sembarangan, lalu aku segera berganti pakaian dengan hoodie hitamku, beanie hat, masker , dan sarung tangan. Aku lalu ke arah pria itu tadi.

"Hey, lepaskan atau mati?" Tantangku .

"Cih, memang kalau tidak kau mau lakukan apa padaku? Dasar bocah sok pahlawan!" Tanyanya sekaligus mengejekku.

Fuck

"Membunuhmu, okay?" Jawabku sinis sekaligus menyeringai.

"Lakukan saja kalau kau bisa! Haha!!" Tantangnya lagi yang membuat hatiku geram.

Dengan rasa geram, kudekati dia yang masih tertawa lepas. Kupojokkan dia ke pojok gang. Setelah itu kutonjok perutnya sampai dia muntah darah. Dia menegang dan menatapku melotot

Biasa saja kali kalau ngefans,batinku.

Setelah itu kutonyor wajahnya. Tampak tulang wajahnya bergeser tak pada tempatnya. Setelah itu, aku lalu mengeluarkan alat kesayanganku. Its a knife.

Kuambil batu kerikil dekat gang itu. Kusumpalkan saja batu kerikilnya kedalam mulutnya agar ia tahu agar mulut itu harusnya dijaga.

Aku lalu mengarahkan pisauku ke tenggorokkannya. Sayangnya, ia tak bisa berbicara sepatah katapun apalagi berteriak karena kusumbat mulutnya dengan batu kerikil ha-ha . Malang sekali kan ?

Setelah itu, aku benar-benar menusuk-nusukkan pisauku ke tenggorokkannya. Ia menatapku melotot. Darah mulai membasahi baju putihnya.Aku menyeringai ke arahnya. Kugenggam erat pisauku itu lalu kuangkat dia keatas. Setelah itu, kutusukkan pisauku ke arah kejantanannya.

Darah kembali mengucur untuk kesekian kalinya. Ia menatapku memelas ingin dibebaskan. Enak saja!

Setelah itu kuputar kepalanya hingga bunyi 'ckrek' terdengar. Mungkinkah tulangnya patah? Aku tak peduli , tapi kurasa iya.

Sekarang kepalanya tak tegap lagi. Itu lucu sekali man!

Kubuka baju dan celananya. Nampak penis yang sudah tak berbentuk lagi. Kutebas separuh tubuhnya, dia belum mati juga ya? Hebat

Darah kembali mengucur mengotori gang yang sempit ini. Sekarang badan bagian atas dan bawah tak bersatu lagi. Kuhembuskan nafasku dalam-dalam lalu kutikam jantungnya. Yep, ia mati dalam kondisi yang mengerikan. Jangan lupakan aku yang mengukir AH di dada bidangnya.

**
Author's POV

Alex lalu beranjak dari tempatnya setelah ia membunuh seorang penyiksa hewan. Ia lalu membebaskan anjing-anjing liar itu. Alex menunjuk-nunjuk orang yang tadi dibunuhnya. Anjing-anjing itu tahu apa maksud Alex. Alex mengisyaratkan pada mereka untuk memakannya. Dengan cekatan anjing-anjing itu berlari ke arah si penyiksa hewan dan Alexpun meninggalkan tempat itu.

**

Satu jam kemudian, tiga orang polisi yang sedang berpatroli di daerah tersebut mencium bau aneh . Mereka langsung saja mendatangi sumber bau itu. Mata mereka membulat menyaksikan mayat seorang pria yang sudah tak berdaging lagi. Mereka menutup hidungnya dengan cepat karena baunya sungguh tidak enak.Mereka tentu saja tahu siapa pelakunya, AH, si pembunuh yang berkeliaran sesukanya dan memangsa siapa saja yang layak tuk dimangsa. Mereka pun menelpon aparat penyelidik dan kepala kepolisian Chicago tentu saja.

**

Jordhan's POV

Kuhembuskan nafasku dalam-dalam. Pagi-pagi bawahanku sudah memberitahu berita buruk saja. Mayat lagi mayat lagi. Aku dengan cepat menyetir mobil polisi ini. Kunyalakan sirine supaya aku bisa lebih mengebut karena aku takut jika nanti semakin macet.

Akhirnya aku sudah sampai di tempat bawahanku itu. Aku lalu turun dari mobil polisiku. Terlihat disana kelima bawahanku dan dua aparat penyelidik beserta seorang mayat pria yang tubuhnya tak terbentuk lagi. Aku bergidik ngeri membayangkan dia dikuliti dan dibelah menjadi dua bagian.

"Sir Jordhan! Pelakunya AH!" Ucap salah satu bawahanku yang bernama Harry.

"Ya, dari cara menyiksanya itu sudah jelas. Sekarang coba cek CCTV!" Perintahku pada mereka berlima sementara aparat penyelidik masih mengidentifikasi mayat itu.

"Oh iya, kenapa aku tak kepikiran ya!" Ujar bawahanku yang lain , Logan.

Aku memutar bola mataku .

Bodoh sekali, batinku.

**

Kami sedang menyelidiki CCTV . Ternyata mayat itu adalah pria yang menyiksa anjing liar dan akan menjualnya secara illegal . Aku mengamatinya dengan penuh selidik. Aneh sekali, tak biasanya ia meninggalkan bukti. Mungkinkah ia tak tahu bahwa ada CCTV? Persetan dengan hal itu!

Lalu aku memperhatikan layar komputerku seteliti mungkin. Holy crap! Pelakunya tertangkap CCTV ! Aku lalu melihat seperti apa sih rupa pembunuh yang telah menewaskan beberapa orang akhir-akhir ini?

Aku sempat ngeri ketika pelaku dengan enteng membunuh tubuh si korban. Aku membayangkan bahwa si korban itu adalah aku. Mengerikan bukan?

Rasa penasaranku akhirnya terjawab. Ia memakai beanie hat, hoodie hitam, skinny jeans dan memakai pisau bergagang merah untuk membunuhnya. Sayangnya, aku tak bisa melihat mukanya karena tertutup masker.

How smart he is ?

Aku yakin pasti si pelaku bukanlah orang awam biasa. Kurasa ia adalah seorang pembunuh berhati dingin yang memiliki IQ tinggi. Menarik juga, batinku.

But hell yeah, aku dapat melihat dengan jelas matanya: bewarna biru terang dengan tatapan mematikan. Dia bahkan seperti mau membunuhku dengan tatapannya itu.

Meskipun begitu, aku yakin suatu saat akan memusnahkannya karena yang namanya kejahatan pasti akan terkalahkan oleh kebaikan. Aku tersenyum simpul menyiapkan plan untuk- nya.

**

I need vomments cause it makes me spirit and also happy :)

Vomments for next chapter , please?


Psychopath ? 2 (ADA YG KETIGA)Where stories live. Discover now