Burning Maps

1.6K 227 51
                                    

Mata Asa membulat, mulutnya menganga lebar. satu, dua, tiga....

"HATCHIIIM!"

Suara bersin Asa sukses membuat semua terlonjak, hingga sosok yang mengagetkan The Fourhorsemen pun ikut kaget setengah mati.

"MEOOWW!"

"ITU KUCING!" desis Asa ngeri. dia alergi dengan bulu kucing, alergi yang lumayan parah hingga dia selalu merinding tiap melihat kucing.

"Astaga, kukira apa!" gerutu Greyson sambil mendekati kucing itu. kucing itu mengeong marah, lalu lari ke dalam kegelapan. "Ugh, bikin kaget saja! kau pula, Asa! kurasa seluruh ludahmu telah menempel di mukamu! Kau menularkan bakteri padaku bodoh!"

"Siapa suruh kau berjongkok di depanku, namanya orang bersin mana bisa ditahan!" Asa menyeka hidungnya kesal. "Oke, jadi kita mulai dari mana? Tidak ada gangguan lagi kan?"

"Kita pecah jadi dua kubu, kubu satu aku dan Asa, kubu dua Greyson dan Logan," Chloe bangkit dari posisinya semula. Tanpa berkata apa-apa lagi, semua langsung berpencar mencari ruangan yang mungkin berisi sesuatu.

"Dikunci, harusnya kita sudah menebaknya," keluh Logan sambil mendesah begitu mencoba membuka pintu terdekat. "Kira-kira kuncinya ada di satpam itu tidak ya?"

"Kurasa ya, tapi ini kunci biasa, aku bisa membukanya dengan mudah," Asa mengangkat bahu sebelum mengeluarkan sebuah jepit dari kantong jaketnya.

"Hei, kau dan Chloe sih enak! Aku dan Logan mana bisa memakai jalan ala pencuri seperti itu!" gerutu Greyson sewot. "Asa, kau ambilkan kuncinya dong di pos satpamnya?"

"Seriously?! Kalian yang tak bisa membuka pintunya dan aku yang harus mengambil kuncinya? Kalian ini gimana sih!" omel Asa. "Mentang-mentang aku paling muda, jadi aku yang selalu jadi korban?"

"Begini deh, kau buka pintu ini dulu. Lalu, aku, Greyson dan Logan akan menggeledahnya, sementara kau ambil kuncinya di satpam itu. ayolah Asa, kan kau yang paling berbakat dalam hal... ekhem, mencuri begini?" Chloe berusaha berbicara selembut mungkin.

"Intinya, kalian malas mengambilnya kan? Enggak usah pakai alibi aku paling berbakat blablabla gitu deh," Asa cemberut bete. Chloe cengengesan. Asa mengutak-atik lubang kunci itu sejenak, sebelum akhirnya pintu itu menceklik terbuka. "Segera geledah, aku akan segera kembali."

"Thanks, Asa cakep," bisik Greyson sembari mengedip ganjen kearah Asa. Asa mendengus sebelum menyentil jidat Greyson.

"Gak usah alay ya," gerutu Asa. Asa berjalan meninggalkan ketiga teman satu grupnya yang tertawa terkekeh melihat reaksinya. Asa mendesah begitu tangannya mendorong pintu masuk gedung besar itu.

Siapa yang bilang kalau jadi paling muda membuat kita jadi yang paling dimanja?

-----*****-----

Asa berjingkat pelan melintasi halaman gedung setelah memastikan tak ada satupun CCTV. Asa bergerak cepat kearah pos satpam yang masih tertidur lelap seperti bayi itu.

"Ck, aku yakin, mau kau diberi obat tidur atau tidak, kau akan tetap tidur saat berjaga," gerutu Asa pelan, melirik satpam gendut yang tertidur nyenyak itu. Asa menatap dengan teliti kearah pakaian sang satpam, memastikan kalau kunci itu tergantung di suatu tempat. Dan segepok kunci yang dijadikan satu itu ternyata tergantung di lubang sabuk si satpam.

"So easy," gumam Asa sambil mengayun pelan tumpukan kunci ditangannya. Asa berjalan keluar dari pos satpam sambil terus bergumam pelan, ketika matanya menangkap bayangan itu.

Bayangan itu kabur, tidak terlalu jelas karna sangat gelap. Tapi Asa yakin, dia tidak bermimpi.

Sosok itu manusia, nyata. Memandang tepat kearahnya, tak bergerak, hanya terus berdiri, memandang Asa. dibelakangnya, sebuah mobil hitam yang kilatnya terlihat samar. Yang terlihat darinya hanyalah tubuhnya yang ramping yang membuat Asa yakin kalau orang ini perempuan, bajunya yang putih dan melambai terbawa angin, hingga separuh mukanya. Asa hanya bisa melihat dengan jelas lipstiknya. Lipstiknya yang merah menyala, satu-satunya hal yang dapat Asa pastikan dengan jelas dalam kegelapan.

Now You See MeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant