part 1

40K 1.9K 52
                                    

Tanganku digandeng lembut kak Zio menaiki tangga, dia membawaku menuju kamarnya. Kak zio adalah anak pertama tante Moza. Papaku dan papanya saudara kandung. Tapi kini mereka sudah meninggal karna kecelakaan mobil di Belanda saat melakukan perjalanan bisnis. Mamaku juga meninggal dua minggu setelahnya karna kecelakan pesawat. Kecelakaan itu sudah lama sekali, sudah 5 tahun yang lalu. Semenjak itulah aku tinggal di rumah tante Moza.

"Bella.." Suara kak Zio menyadarkanku dari lamunan.

Aku tersadar dan langsung bertemu mata abu-abu miliknya. Mata yang sama sepertiku dan Farhel miliki. "Iya? Maaf, Bella melamun." Ucapku gugup. Bagaimana tidak, aku dan dia hanya beda 2 tahun dan sekarang kami berada didalam ruangan yang sama dan juga privasi. Walaupun lebih ganteng farhel tapi tetap saja kalian harus tau, dia cowok yang Penampilannya selalu keren dan rapi seperti artis, mungkin karna dia anak band yang slalu menjaga penampilannya.

"Darah apa dibajumu itu?" Dia mengernyit melihat darah dibaju sekolahku. Dia meraih tanganku untuk melihat ada luka atau tidak, "tak ada luka. Hanya ada darah." Ucapnya sambil melihat seteliti mungkin.

Aku tersenyum untuk membuatnya tenang. Walaupun aku tidak mempunyai orang tua lagi tapi aku masih bisa merasakan kasih sayang, "tadi Bella nolongin teman kecelakaan. Makanya pulangnya jam segini." Kataku berbohong. Mana mungkin aku mengatakan apa yang sebenarnya, itu tidak masuk akal.

Kulihat matanya menyipit tidak percaya. Dia hendak berbicara tapi aku langsung memotongnya. "Percayalah. Bella tidak apa-apa. Lihat? Tak ada luka," aku menunjukkan wajah dan kaki. Menyuruhnya benar-benar melihat.

Dia mengangguk percaya, "pergilah ganti bajumu. Nanti tidur saja ditempat tidurku, aku tidak bisa tidur lagi."

Aku hendak berjalan kekamar mandi tapi terhenti ketika menyadari bahwa bajuku ada dikamarku, "baju Bella ada dikamar."

"Biar bu Ani nanti yang mengambilkan. Kau mandi saja dulu." Dia berjalan keluar dan aku langsung masuk kekamar mandi.

Aku memandangi cermin lebar didinding setelah tadi aku mengatur air panas untukku mandi di jam segini. Terlihat dipantulan cermin tubuhku yang kumel seperti orang baru saja keluar dari hutan. Aku merendam tubuhku yang mulai terasa tidak enak dan aneh. Sambil bersenandung kecil aku mencerna apa yang sudah terjadi.

*****

Author pov:

Suara alarm berbunyi nyaring dan bergetar hebat di nakas. Bunyi yang cukup mengusik tidur Seorang gadis yang meringkuk deperti udang dibalik selimut. Bella menguap lalu terduduk untuk mematikan alarm dengan kesal. Sudah delapan hari semenjak kejadian kecelakaan tabrak lari yang menimpa dirinya,  tubuhnya kini benar-benar aneh.

Dia berjalan gontai kekamar mandi, bersiap-siap untuk pergi sekolah. Kemarin dia tak masuk sekolah dengan alasan tidak bisa menahan kantuk hebat yang akan membuatnya tak bisa berfikir. Itu alasan yang konyol, padahal dia hanya mau mengamati tubuhnya berjam-jam didepan cermin

Setelah dia siap untuk berangkat, dia berjalan kedapur untuk mengumpul dimeja makan bersama Farhel dan Zio yang kebetulan sudah ada sejak tadi.

"Pagi," sapa Farhel, membuat Bella mendengus mendengarnya. Gadis itu menarik bangku yang besebrangan dengan mereka. Didepannya sudah ada sepiring nasi goreng daging yang sudah disiapkan Bi Ani dengan porsi biasanya. Dengan pandangan tak selera dia mencoba memasukkan sesendok nasi goreng itu kemulut.

Bella membuang makanannya menggunakan tissu. Dia menjulurkan lidahnya seperti anak kecil yang tak suka atas makanan yang diberi sang ibu. "Rasanya tidak enak. Aku tidak bisa memakannya," ia mendorong piring ketengah meja, menandakan dia tak mau menyentuhnya lagi.

SANDI PERAKWhere stories live. Discover now