0° C (part two)

Mulai dari awal
                                    

"Kamu nggak baca smsku?" Tanyanya dengan nada seakan aku melewatkan kesempatan menang undian berhadiah seratus juta rupiah.;

Seandainya dia di hadapanku sekarang, mungkin aku akan menjitaknya sedikit. "Serangan beruntun SMS-mu itu baru berhenti sepuluh detik sebelum kau meneleponku."

"Oke. Jadi malam ini ada acara reunian SMA kita di restoran Central. Ayo pergi!!"

Teman dekatku di SMA hanya Karen, jadi tidak ada orang yang benar-benar ingin kutemui sampai aku harus pergi ke sana. Apalagi masa SMA adalah masa ketika asmaku mencapai puncaknya sehingga aku jarang masuk sekolah dan berinteraksi dengan yang lain.

Lalu aku melihat ke sekeliling rumahku, masih sepi dan suram. Aku malas pergi ke acara reuni itu tapi aku juga malas menghabiskan hariku di rumah ini sendirian.

"Aku ikut. Jam berapa?"

"Kau yakin? Sudah minta izin ke suamimu? Aku takut dimarahin membawa istri tercintanya keluar sampai malam." Karen terkikik sebentar setelah mengucapkan kata 'suamiku'. Yah aku yakin Mr.Cold tidak akan mempermasalahkan hal sekecil itu. Lagipula dia bukanlah Mr.Cold jika peduli tentang kegiatanku.

"Yakin. Apa kau bisa datang untuk menjemputku?"

"Kok aku harus menjemputmu segala? Ajak saja suamimu sekalian mengantarmu ke sana. Lagipula aku juga penasaran ingin melihat mukanya."

"Dia sedang sibuk. Lagipula kau yang mengajakku masa tidak mau berbaik hati sedikit mengantarkanku?" Aku bisa saja memakai taksi atau angkot jika aku mau. Tapi kalau berurusan dengan Karen, aku harus bisa bersikap sedikit egois juga agar aku tidak terlalu sebal dengannya ketika dia berlaku lebih egois.

"Ya sudah aku jemput jam enam. Nanti kirimkan aku alamat rumahmu. Bye."

Tuuutt... tuuutt...

Benar-benar orang yang seperti angin topan. Rasanya keheningan di rumah ini kembali berkali-kali lipat setelah Karen mematikan teleponnya. Tapi paling tidak angin topan ini membuatku tidak harus menghabiskan malam ini kesepian dan sendirian.

**

tiingg..tongg...tiinggg...tonngggg...tiiinngggg...toonnnggggg...

Bunyi bel pintu yang tidak sabaran itu membuatku membuka mata untuk kesekian kalinya. Setelah baru beberapa menit lalu aku berdamai dengan alarm alamiku dan mencoba mendapatkan tidur sejenak, terbangun karenanya bukan hal yang menyenangkan.

Aku berusaha berdiri dengan kedua kaki yang terasa tidak siap menopang tubuhku. Akibatnya aku terjatuh mencium lantai. Tanganku yang bergesekan langsung dengan lantai terasa panas dan memerah.

Tingg tonngg... bunyi bel itu kembali lagi setelah membuatku terjatuh karenanya. Semoga saja yang di luar sana bukan sekedar anak iseng atau penagih iuran bulanan.

Yang pertama kali kulihat di depan pintu adalah Karen yang membawa tas yang berukuran cukup besar. Lengkap dengan senyuman dan tatapan memelasnya. Aku melirik ke arah jam karena penasaran dan ternyata baru pukul setengah lima. Seorang Karen Paulina sampai di tempat janjian satu setengah jam sebelum waktu bertemu? Pasti ada yang tidak beres. Dan dugaanku benar ketika dia membuka mulutnya dan berkata, "Numpang mandi dan dandan please?" Tangannya yang bebas membentuk tanda peace sambil tetap memamerkan senyuman pepsodent-nya.

Melihatku tidak menjawab kata-katanya, Karen mengubah taktik merayunya. Sekarang tangannya bergelayut di tanganku dan kembali memohon, "Ayolah. Dari tempat aku dan narasumberku bertemu tadi lebih dekat ke alamat yang kau berikan dibanding rumahku. Kalau aku pulang balik ke rumahku, bisa-bisa aku tidak akan sempat menjemputmu. Daerah dekat rumahku kan macet, terus sudah masuk jam pulang kantor lagi..."

Cold Marriage [Re-upload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang