Ambisi

2.9K 215 0
                                    

* 23 *
Kini om Reyvan dan Rendy tau permasalahan yang sedang dihadapi kluarga prilly. " tante....itu bukan mau Aku, itu semua mau nya Ayah aku" digo mencoba membela dirinya. " apa???? Kamu bilang kemauan ayah km? Bukankah km sndiri yg menginginkan kuliah itu? Untuk menghindar dari apa yang aku inginkan" prilly mengumpulkan seluruh tenaga nya untuk menyanggah omongan digo. " lebih baik kamu pulang, percuma pintu maaf sudah aku tutup rapat2" prilly membuang muka dari pandangan Digo membuat digo merasa sakit hati. " siapa dia? Knpa dia ada dirumah km?" Digo menunjuk kearah Rendy yang sedari tadi berdiri disebelah prilly. " dia Rendy, anak teman papah aku" jelas prilly tanpa menjelaskan lebih detail. " prill...aku mhon beri aku waktu sebentar saja untuk bicara sama km". Prilly memang tak bisa marah terlalu lama kpd Digo, hingga dia pun mendekati digo, kini posisi mereka saling bertatapan, membuat Rendy Iri dan dia segera menundukan kpalanya, om Reyvan melihat putranya yg tampak menekuk wajahnya, dengan satu rangkulan om Reyvan mmbawa Rendy masuk ke dalam. Lalu disusul dengan orangtua prilly masuk ke dalam juga. " prill dengarkan aku cinta aku tidak seperti pelajaran bahasa indonesia, yang memerlukan pendapat beberapa ahli untuk mnemukan sebuah pengertian, setelah itu baru bisa disimpulkan, namun cinta aku spt matematika, ilmu pasti bermodalkan rumus tak prlu menggunakan pendapat beberapa para ahli" Digo menarik tangan prilly, dia bawa kekasihnya itu ke dalam pelukannya. Digo mnghela nafas sejenak, dia cukup tegang ketika akan mngeluarkan kputusan dia " aku akan bicarakan lagi ttg rencana kepergian ku ke Amerika sama Ayah ku". Prilly tidak bergeming karena kpla nya baru terasa pusing setelah tadi dia pingsan.

AMBISIWhere stories live. Discover now