Ambisi

3.2K 152 0
                                    

* 13 *
Lalu prilly mengdahului perkenalan itu dengan Rendy, " aku prilly" sikap Prilly yang tiba-tiba menjulurkan tangannya kearah Rendy yang masih tak bisa kabur dari wajah prilly yang tampak cantik. Tangan Rendy bergetar dan berkeringat dingin, seolah ingin menyembunyikan rasa gugupnya namun Rendy tidak bisa, dia tetap terlihat gugup, " a....ku Rendy"
Tiba2 suara tawa kembali menyeruak memenuhi ruangan itu " ya ampun Rendy, kamu tampak gugup sekali, menaklukan segala macam penyakit km bisa, tanpa ada rasa gugup dan canggung, lalu knpa km terlihat ciut skli dihadapan prilly" gurauan ayahnya seketika membuat prilly tersenyum, senyuman pertama yang Rendy lihat dari bibir prilly. " senyuman itu, yang membuat hati aku berdetak lebih kencang seperti genderang yang mengintai aku untuk menelusuri hati kamu prill" dewa fortuna Rendy mulai meracau.
Rendy masih memegang tangan prilly, dia baru sadar kalau dia menggenggam tangan prilly sangat erat sehingga membuat prilly susah utk melepas genggaman itu. Prilly kewalahan ketika ingn melepas genggaman Rendy, dia berusaha mengangkat jemari nya , namun Rendy masih terpenjara dalam tatapannya sehingga prilly tak bisa melepasnya. Prill, tau kah kamu hanya selang beberapa detik kamu bisa memagnet seluruh jiwa ku dengan kecantikan iner beauty yang kamu miliki, Ada rasa di dalam dada, ketika kamu tersenyum manja
Membuatku terpana Akupun tak kuasa Tuk menahan gejolak ini Ingin kukatakan Aku menyukaimu prilly. Suara hati Rendy yang bisa dia curahkan hanya dalam angan nya saja karena dia takut prilly tdk merasakan perasaan yang sama.
Kedua orangtua prilly saling saling main mata melihat ekspresi wajah Rendy yang terpancar rasa suka kpd Prilly. Sekian lamanya tangan prilly digenggam Rendy, akhirnya prilly memberanikan diri untuk berbicara " Rendy, bisa kamu lepaskan tanganku?" Perkataan prilly tak membuat Rendy terperanjak dalam lamunannya. Prilly menoleh ke arah kdua orangtuanya, dan hanya senyuman bahagia yang tampak diwajah papah dan mamahnya, begitupun dengan om Reyvan membiarkan putranya tertegun melongo dihadapan prilly.

AMBISIWhere stories live. Discover now