21. Unofficial Date?

Start from the beginning
                                    

Lalu aku mengikuti arah pandangan Baekhyun, mendapati ia sebetulnya sama sekali tidak memandangi pemandangan melainkan menatap kosong entah kemana.

Sebuah ide menghampiri otakku.

"Pak! Bisa berhenti sebentar?" Teriakku pada sang supir. Setelah bus yang kami tumpangi berhenti di pinggir jalan, tanpa ijin aku menarik tangan Baekhyun. Meski ia sempat menolak, aku bersikeras menariknya.

Baekhyun menatap kosong pada bus yang kini berjalan menjauhi kami. Bibirnya sedikit terbuka, sepertinya sebentar lagi ia akan mengumpat. Tapi tidak sedikit pun suara tinggi yang kudapatkan ketika ia berbicara.

"Apa yang kau lakukan? Kita masih jauh dari rumah." Ucapnya tenang. Jika begini, aku teringat ketika kita pertama kali bertemu. Pada saat itu ia bersikap sangat dingin dan menakutkan.

"Aku sengaja. Aku tidak berfikir kau akan merasa lebih baik jika kita diam di rumah. Setidaknya disini kita bisa melakukan banyak hal di bandingkan hanya bersantai di rumah, bukan?"

Baekhyun diam.

"Baekhyun, sungguh, aku sudah berusaha menolak. Tapi guru berkata bahwa sebaiknya Ren duduk dengan orang yang ia kenal. Ia bahkan memindahkan posisi duduk Yifan, jadi aku mohon-"

"Tak apa. Bukan salahmu. Aku hanya... mungkin sedikit sensitif hari ini."

Aku menghela nafas keras. "Aku janji akan melakukan sesuatu. Tolong jangan bersedih karena hal ini, Baekhyun. Aku berjanji akan memperbaiki ini dan menjaga diriku darinya, kau percaya padaku, kan?"

Baekhyun mengangguk pelan, menempelkan senyum tipis yang nyaris tidak terlihat. "Ya."

"Bagus. Sekarang, cium aku." Aku menutup mataku, dan bisa kudengar ia tertawa kecil. Setelahnya kurasakan sepasang bibir mengecup bibirku sekilas dan menjauh, mau tak mau aku mengutuk karena merasa tidak rela kehilangan sensasi menakjubkan yang disebabkan oleh bibir Baekhyun.

Tapi aku tersenyum lebar ketika membuka mataku, karena Baekhyun tersenyum lebar menampakkan giginya. Aku mengacak rambut depan Baekhyun, tersadar bahwa kini pria di depanku menurunkan rambut depannya sehingga membentuk poni yang rapi, benar-benar tidak tersisa aura dewasa di dalam dirinya.

Aku mengaitkan jari-jari kami dan berjalan menuju sebuah restauran tradisional yang menyajikan beberapa masakan terkenal di Korea. Aku rindu masakan Korea, dan kurasa ini juga solusi yang tepat bagi orang yang sedang bersedih hati. Aku dan Baekhyun bercengkrama sebelum makanan datang, setelah itu tidak ada yang bersuara karena kami sangat lapar.

Baekhyun memakan makanannya seperti tupai. Pipinya mengembung dan mengempis serta bibirnya sedikit bergoyang ketika mengunyah. Jari lentiknya memegang sumpit dengan cara yang unik, mengambil apapun di depannya lalu memasukkan makanan itu ke mulutnya tanpa henti.

"Apa kau akan memakan itu?" Tanya Baekhyun dengan mulut penuh. Ia menunjuk mangkok nasiku dan saat itulah aku tersadar bahwa aku tidak menyentuh makananku sedikit pun. Sumpitku pun terasa longgar di tangan. Tapi anehnya, aku merasa kenyang, sangat kenyang. Hanya dengan melihat Baekhyun menyantap makanannya, aku merasa senang dan kenyang.

Aku menggeleng dan menyerahkan semangkuk nasiku ke depan Baekhyun. Dan aku cukup heran ketika ia segera memakan nasiku tanpa jeda, lebih cepat dari sebelumnya. Aku tertawa dan sebisa mungkin membenahi noda-noda yang ia buat di sekitar bibirnya, dan ia akan tersenyum kikuk setiap kali jariku mengelus ujung bibirnya.

Acara selanjutnya adalah karaoke. Ya, memang sangat aneh jika di lakukan di hari senja. Bahkan sang kasir menatap aneh pada kami berdua. Mungkin ia berfikir bagaimana mungkin dua orang siswa berbaju SMA datang di hari senja ke ruang karaoke tanpa membawa satu gadis pun?

[ChanBaek] Take You HomeWhere stories live. Discover now