Bagian 7

14.2K 850 11
                                    

Kayla berjalan pelan memasuki rumahnya yang besar dan langsung saja berhadapan dengan ibu tirinya yang selalu menyiksanya setiap hari.
Senyum licik di wajah ibu tirinya membuat langkah kakinya terhenti dan menatap wajah nenek lampir di hadapannya tanpa rasa takut.

"Malam ini ada tamu yang datang, jadi kamu gak boleh keluar kamar. Kamu mengerti?!" Ingatnya dengan nada mengancam, Kayla tertawa mengejek mendengarnya, berani sekali perempuan licik ini memintanya tidak keluar kamar.

"Lo pikir ini rumah lo hah? Lo gak ada hak larang-larang gue di rumah Ayah gue sendiri!" Balasnya sengit dengan wajah marahnya, ia sudah tidak kuat lagi dengan perlakuan Ibu tirinya yang tidak berperikemanusiaan bahkan Ayahnya tidak pernah mau mempercayainya atas tindakan Ibu tirinya yang selalu menyiksanya di rumah layaknya seorang pembantu di rumah ini, padahal di rumah ini ada pembantu yaitu Bi Inah, kenapa harus ia yang di perlakukan seperti pembantu dengan nenek lampir ini.

PLAK!

Tamparan lagi yang di dapatnya,ini adalah sudah ratusan kali tamparan yang selalu di dapatinya dengan Ibu tirinya. Bahkan tamparan nya pun sudah kebal di wajahnya sehingga ia tidak merasakan sakit dan pedis.

Jambakan kuat dirasakannya sehingga tubuhnya sedikit mundur, di lihatnya wajah ibu tirinya yang melotot marah kepadanya, namun tidak membuatnya di penuhi rasa takut baginya wanita yang di hadapannya ini adalah setan yang harus di enyahkan dari bumi ini untuk kembali ke neraka.

"Berani-berani nya kamu bicara seperti ini padaku! Aku ini adalah ibu mu-" belum selesai Ibu tirinya berbicara tangan Kayla memaksa lepas jambakan rambutnya, ia menatap nanar ke arah wanita di hadapannya dengan wajah memerah.

"Lo bukan Ibu gue! Sampai kapan pun lo bukan Ibu gue, dasar wanita gak tahu diri!" Bentaknya berapi-api, ia paling benci jika wanita di hadapannya ini mengatakan bahwa dia adalah Ibunya, sampai kiamat pun dia tidak akan pernah menganggap wanita jahat ini adalah Ibu nya, tidak akan pernah! Walaupun dia adalah Ibu tiri nya, namun ia tidak akan pernah menganggap wanita ini adalah pengganti Ibunya, wanita yang liciknya masuk kedalam keluarganya dan memperlakukannya begitu sadis, ia heran apa yang ayahnya liat dari wanita jelek di hadapannya ini?

PLAK!

Kembali di rasakannya tamparan kuat, namun ini adalah tamparan yang begitu kuat sehingga ia merasakan cairan asin di ujung bibirnya, di sentuhnya ujung bibirnya yang sudah koyak dan tersenyum mengejek kepada wanita di hadapannya, rasa perih yang di rasakan akibat tamparan dari Ibu tirinya tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya selama ini.

"Kamu adalah anak pembawa sial di keluarga ini!" Ucapnya kembali menampar pipi Kayla sama kuatnya seperti tadi, cairan asin kini dirasakannya lagi di ujung bibirnya satunya lagi tetapi mulutnya tidak pernah meringis kesakitan bahkan menangis hanya tatapan datar dan senyum mengejek yang selalu di berinya.

"Dan lo adalah malapetaka di keluarga gue, nenek lampir!" Balasnya dengan datar dan dingin, amarah Ibu tirinya sudah sampai ke puncak sehingga tangannya mendorong sadis tubuh Kayla membuat gadis itu terjatuh di lantai.

Wanita paruh baya yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran tuan rumahnya berlari cepat kearah Kayla yang sudah tersungkur di lantai, wajahnya begitu khawatir dengan keadaan anak majikannya nya yang begitu menderita. Tangannya membantu Kayla untuk berdiri, air mata yang sedari tadi di tahannya kini melucur perlahan turun di pipinya.

Ia selalu melihat Kayla di siksa oleh Ibu tirinya tanpa rasa belas kasihan bahkan Kayla pernah pingsan akibat siksaan dari ibu tirinya yang begitu kejam itu.

"Sudah nyonya! sebaiknya nyonya masuk saja ke dalam biar non Kayla saya yang urus," Ucapnya pelan begitu Kayla sudah dapat berdiri di sampingnya.

"Pokoknya saya gak mau kalau dia sempat keluar dari kamarnya! kunci saja kamarnya bila perlu dan jangan beri dia makan malam ini!" Perintahnya tegas dan langsung saja pergi keluar dari rumah menuju garasi.

Bi Inah menoleh ke arah anak majikannya yang begitu berantakan, ia mengelus sayang puncak kepala Kayla dan segera membawa Kayla ke kamarnya dengan pelan.

Tubuh Kayla meluruh di atas kasurnya dengan lemah, wajahnya begitu berdenyut akibat tamparan keras dari ibu tirinya itu.

"Sini non biar bibi obati lukanya," Kayla hanya menurut dengan ucapan bibi nya, semenjak ibunya meninggal bi Inah lah yang selalu menjaganya dengan kasih sayang. Setiap ia di siksa habis-habisan oleh ibu tirinya, Bi inah selalu mengobatinya dan merawatnya dengan baik. Cuma bi Inah yang dapat mengerti dengan perasaanya sekarang,hanya dia lah tempat Kayla selama ini mengadu di saat semua orang tidak menginginkannya.

"Kayla kangen Bunda, Bi." Ucapnya lirih begitu lukanya telah selesai di obati oleh bi Inah dengan hati-hati. Bi Inah yang mendengarnya hanya mengelus kepala Kayla dengan sayang, baginya Kayla seperti anak kandungnya menyadari bahwa Kayla begitu dekat dengannya saat dia  masih kecil.

"Kayla mau mati aja Bi supaya bisa jumpa dengan Bunda, Kayla udah capek hidup bi selalu saja Kayla di siksa, Ayah pun sudah gak peduliin Kayla lagi." ucapnya dengan nada putus asa, sebutir air mata telah lolos jatuh keluar dari matanya, ia begitu lelah dengan keadaan yang selalu saja membuat dirinya menderita. Selalu saja ia mendapat penyiksaan yang tiada akhirnya,ia sudah lelah dengan semuanya.

Bi Inah yang mendengarnya hanya mengelus kepala Kayla dengan lembut sambil berkata "Tuhan gak akan beri cobaan kepada hambanya di luar batas kemampuan hambanya, Bibi yakin tuan besar masih memperdulikan non Kayla, non hanya perlu bersabar dan terus berdoa kepada Tuhan."

Kayla menggeleng pelan tidak menyetujui perkataan bi Inah "Tapi Kayla udah gak sanggup lagi Bi, Kayla capek, Kayla ingin istirahat untuk apa Kayla hidup kalau orang saja mengharapkan Kayla mati?" Tubuhnya bergetar dan isakan memilukan keluar dari bibirnya, ia sudah tidak tahan lagi menahan tangis yang selalu di telan dalam dirinya berpura-pura bahwa ia adalah gadis yang kuat dan tidak akan menangis, namun ia adalah gadis yang begitu rapuh.

Penderitaan yang selalu di rasakannya tidak pernah berakhir,ia sudah lelah dengan takdirnya, ia sudah putus asa. Bahkan tuhan saja tidak menyayanginya lagi sehingga ia selalu menderita.

Ia ingin seperti teman-teman nya di sekolah, merasakan kebahagiaan dan kasih sayang orang tua, ia ingin itu. Terkadang ia begitu iri melihat temannya yang selalu di jemput ayahnya dan di berikan pelukan hangat oleh ayahnya, ia menginginkan itu! Ia menginginkan ayahnya yang memeluknya erat mengatakan bahwa penderitaannya selama ini sudah berakhir,ia ingin sekali! Tapi apa itu akan terjadi? Mengingat ayahnya yang tidak memerdulikannya lagi dan lebih memfokuskan pekerjaannya di luar negeri.

Jika ia di minta hidup dan mati maka pilihan dia adalah mati, ia ingin mati. Ia ingin berjumpa dengan Bundanya, ia tidak ingin lagi hidup dengan penderitaan. Ia ingin tenang, ingin sekali.

Begitu lama Kayla menangis sehingga ia merasakan tubuhnya begitu lelah, Bi Inah yang melihat Kayla sudah kelelahan membawanya tidur di kasur dengan mengelus rambut kayla dengan lembut. Tangisan pilu yang di keluarkan Kayla mengiris hatinya, ini adalah Ketiga kalinya ia mendengar Kayla menangis seperti ini setelah kejadian meninggalnya bunda Kayla.

Senyum tulusnya menyungging menganggumi betapa kuatnya Kayla menghadapi cobaan yang begitu berat, setelah bunda nya meninggal  sikap Kayla begitu berubah tidak ada lagi ia mendengar Kayla tertawa dan sikap riangnya melainkan Kayla yang dingin dan pendiam.

"Kamu adalah anak yang kuat Kayla." Ucapnya dan mencium kening Kayla dan segera beranjak keluar dari kamar Kayla membiarkannya beristirahat.


Lorcin

Lorcin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
K A Y L A (SUDAH DI TERBITKAN)Where stories live. Discover now