AR | Part 5 - His Offer

En başından başla
                                    

"Kau benar." Alexa mengaku. "Aku sudah tau semua track record Justin, seberapa player dan berengsek namanya di media. Siapa saja mantan teman kencannya." Alexa menatapnya—berusaha keras untuk tidak menampakkan raut sedih di wajahnya. "Tapi, tidak menutup kemungkinan itu hanya berita yang dibuat-buat mengingat dia adalah pria paling diinginkan di—"

"Itu yang dikatakan Justin padamu? Dan kau percaya?"

Alexa tersenyum. "Justin tidak mengatakan apa-apa, Luke. Aku hanya menerimanya. Aku menerimanya karena dia. Karena dia seorang Justin Drew Stevano." Alexa mendesah dan memandang keluar jendela. "Kau pernah bilang, hati kita bisa merasakan begitu kita menemukan orang yang tepat. Orang yang kita cintai ...."

Jeda sejenak. "Jadi, sekarang kau ingin mengatakan, kau mencintai lelaki berengsek itu?"

"Masih terlalu cepat untuk berkata itu cinta. Kami baru mengenal. Aku hanya merasa ... dia orang yang tepat saja." Alexa menatap Lucas, dan saat itulah ia melihat ketakutan menghiasi wajah dan menggelapkan matanya.

Sesak. Kenapa mereka harus berakhir seperti ini?

Apa yang pernah dikatakan Lucas salah. Dulu sekali, hati Alexa pernah merasa menemukan orang yang tepat—Lucas Robert Leonidas. Lelaki yang berdiri di depannya. Nyatanya, hati Lucas lebih merasa Miranda-lah orang yang tepat untuknya. Cukup. Sekarang sudah seharusnya Alexa menghadapi kenyataan.

"Lexa ...."

Alexa tersenyum sekalipun sedih. "Aku menemukannya. Aku menemukan Justin. Lelaki itu yang akan menjadi awal dan akhirku."

Jeda sejenak. Rahang Lucas mengeras, dan Alexa merasakan kesakitan di matanya. Lalu, kepalan tangannya meninju permukaan meja. "Kupikir ... kupikir kau mencintaiku ...."

Alexa terkejut, tapi nada serak—hancur—dalam suara Lucas lebih menghancurkan hatinya. Rasa sakit berkelebat di wajah Lucas. Alexa langsung merasa menyesal ... juga bingung. Kenapa lelaki ini bisa begitu tampak tersiksa sementara ia sudah memiliki Miranda?

"Luke ...."

Hening beberapa saat. Sampai tawa sumbang Lucas memecah kesunyian. "Baiklah. Baiklah jika itu pilihanmu." Lucas mendekat, sebelum kemudian memeluk Alexa. Mendekapnya erat.

Alexa terkejut, tapi ia tetap membiarkan Lucas memeluknya. Pelukan Lucas membuatnya merasa aman, dicintai, dilindungi. Seakan tidak akan ada yang bisa menyentuh dan menyakitinya selama bersama lelaki ini. Tanpa sadar, Alexa mencondongkan tubuh ke arah Lucas—menyerap kehangatannya. Berusaha keras agar air matanya tidak keluar.

Lucas mengelus belakang kepalanya lembut. "Berbahagialah, Alexa. Aku menyayangimu."

Nadi Alexa berpacu cepat. Namun, ia terlalu terkejut untuk menanggapi, lidahnya terlalu kelu untuk berbicara. Seakan ada rongga besar yang tercipta di dadanya begitu Lucas melepas pelukan, lalu kecupan Lucas terasa di keningnya.

Membeku. Alexa tidak bisa melakukan apa-apa selain menatap nyalang langkah Lucas yang menjauh. Lelaki itu lalu keluar dan menutup pintu.

Rasa kehilangan membanjiri dada Alexa, tetapi perasaan terkhianati dan kecewa lebih mendominasi. Alexa jatuh besimpuh, menangis sesenggukan sementara ucapan Lucas terus terngiang-ngiang.

"Apa kau sefrustasi itu untuk membalas dendam padaku?"

Lucas tahu segalanya dan dia memilih diam. Miranda juga tahu, karena itu mereka memilih menyembunyikan hubungan mereka dari Alexa. Sialan. Hati Alexa mencelos.

Apa ada lagi hal yang lebih menyakitkan dari ini?

Apa ada lagi hal yang lebih menyakitkan dari ini?

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Jadi, lelaki seperti itu yang kau sukai?"

Alexa tersedak, ia baru memakan beberapa suap pasta ketika ucapan Justin mengejutkannya. Alexa meraih gelas wine dan meneguk isinya perlahan, sementara tatapannya terfokus pada Justin.

Lelaki itu duduk di depannya, masih sibuk dengan makan siang. Sekalipun, ia tidak melirik Alexa seperti yang ia lakukan sepanjang menuju restoran di rooftop hotel bintang lima ini. Alexa mengembuskan napas panjang dan menaruh gelasnya. Kesal karena Justin tidak terus diam.

"Aku tidak mengerti maksudmu," elak Alexa.

"Lucas Leonidas ...." Nama Lucas terdengar seperti peringatan. "Lelaki yang membuatmu memakai kacamata hitam di tengah hari. Seberapa banyak dia membuatmu menangis?"

"Mr. Stevano."

"Mari kita tebak; dia menikahi wanita lain, atau kalian berdua sama-sama menangisi kau yang harus menikah denganku. Kira-kira mana yang paling tepat?"

Alexa tersenyum meremehkan. Memaksa meredam rasa sakit hati yang menyiksa, menjejalkan ke sudut untuk dihadapi nanti. "Kalau aku bilang yang kedua, apa kau akan membatalkan perjodohan kita?"

"Baik. Sepertinya memang yang pertama." Justin menaruh garpu dan pisaunya, sebelah tangannya mengetuk di atas meja sementara tatapannya kini terfokus pada Alexa. Senyum misteriusnya membuat nadi Alexa melonjak. "Interesting. One side love, huh?"

"Justin ...."

Sebelah alis Justin terangkat kaget, lalu senyumnya berubah menjadi kegembiraan puas. "Bagus. Ini sudah kali kedua kau memanggil nama depanku. Yang pertama, ketika kau mengenalkanku pada si berengsek itu, lalu sekarang. Teruskan. Aku suka kau memanggilku Justin."

Alexa mengerjap, mencoba memproses apa yang dimaksud Justin.

"Sayangnya ... dua-duanya disebabkan si berengsek itu. Membuatku muak. Ah, dia juga yang membuatmu mau merapikan setelanku. Jujur saja, aku sedikit terkejut."

Walaupun kata-katanya tajam, jemari Justin yang membelai pipi Alexa sangat lembut. Matanya terpusat penuh padanya—warna hazelnya dipenuhi amarah tertahan yang membuat Alexa gemetar. "Tapi aku lebih muak mengetahui dia membuatmu menangis, Babe."

Nadi Alexa berpacu. Alexa menarik napas dalam-dalam, meraih jemari Justin—hendak menjauhkannya. "Mr. Stevan—"

"Justin. Panggil aku Justin." Tidak semudah itu. Jemari Justin ganti menangkap jemarinya, menggenggam tangannya yang gemetar. Ketika Alexa menatap matanya lagi, dia melihat es itu luluh menjadi kelembutan. "Wanna make a deal? Keep call me Justin, and I'll give anything that you want. Termasuk membalas dendam si berengsek itu."

Degup jantung Alexa menggila. Rasanya menakjubkan menyadari betapa besar kekuatan yang ia dapatkan darinya. Namun, lelaki ini adalah Justin Stevano. Bisakah tawarannya dipercaya?

TO BE CONTINUED

TO BE CONTINUED

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Alexa Robinson [STEVANO#1]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin