.: 07 :. Cahaya.

549 71 1
                                    

Keesokkan paginya,

Cahaya matahari menembus tirai kamar Kim Jongin, dan Soojung terbangun dengan sengaja. Ia kaget kenapa ia bisa berada dalam posisi seperti ini.

Ya posisi duduk diatas tikar lembut yang berada disamping kasur besar milik Kim Jongin. Dan yang lebih anehnya lagi, tangannya tengah menggenggam tangan milik Kim Jongin. Ah tidak, Soojung menepuk dahinya dengan tangan yang tidak terikat itu. Ia memanggil kembali ingatannya yang terbangun tengah malam untuk mendapatkan segelas air lalu mendengar gumaman dan nyatanya adalah Kim Jongin yang tengah mengigau.

Jam berapa ini?

Dia harus segera bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia harus melakukannya sebelum Kim Jongin bangun dan memberinya hukuman atas sikapnya yang pelupa.

"Kau mau kemana?"

Baru saja melepaskan diri dari Kim Jongin, suara berat laki-laki itu membuat langkah Soojung yang tinggal sekali lagi dapat membuatnya keluar dari kamar itu terhenti. "A- aku ingin menyiapkan sarapan." jawab Soojung.

Tak ada balasan atas jawabannya itu. Sedangkan Soojung, entah kenapa ia tidak bergeming. Bukankah ini kesempatan yang bagus untuk melarikan diri dari pertanyaan ataupun aksi Kim Jongin selanjutnya?

"Kau boleh pergi, cepatlah siapkan sarapan untukku. Jika aku tidak mendapatkannya ketika selesai berkemas, akan ku hukum kau di depan seluruh mahasiswa Kyosan." Soojung menelan ludahnya dengan kasar. Jongin bukanlah orang yang main-main. Lebih baik sekarang ia bergegas turun ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk Jongin.

Tanpa gadis itu sadari, lelaki yang berbicara padanya tadi tersenyum melihat tingkah lucunya. Andai saja Soojung tahu kalau sekarang Jongin ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya, sayangnya Jongin tak akan berani mengatakannya. Dia sadar kalau Soojung semalaman tertidur disampingnya dalam posisi duduk. Pasti Soojung mengetahui kebiasaan Jongin yang suka mengigau dan menangis dalam tidur dan memilih untuk menenangkannya layak seorang bayi. Melihat wajah Soojung yang tenang saat tertidur membuat Jongin tak jadi berteriak dan memarahinya karena masuk ke kamarnya tanpa izin. Lebih baik Jongin melanjutkan tidurnya malam itu dan tidak mengganggu tidur Soojung juga.

Setelah ia selesai mandi dan bersiap, Jongin tidak menemukan Soojung di dapur dan meja makan. Beberapa pembantunya memberitahu kalau setelah menyiapkan sarapan untuk Jongin dengan kedua tangannya, Soojung pergi ke kamarnya untuk berkemas juga. Ah, Jongin lupa kalau Soojung satu kampus dengannya. Lebih tepatnya Soojung berkuliah di kampus milik keluarganya.

Jonginpun duduk di meja makannya dan melihat menu yang Soojung buatkan untuknya. Hanya sepiring roti panggang dengan telur dan bacon serta segelas susu hangat. Sederhana, namun cukup untuk mengisi tenaganya. Sepertinya Jongin puas dan tidak akan memberikan hukuman pada gadis itu.

"Kau sudah siap? Kita akan berangkat sepuluh menit lagi." kata Jongin yang menyadari kedatangan Soojung.

Gadis itu hanya menggunakan setelan kaos putih yang ditimpa cardigan berwarna donker dengan jeans. Santai tapi aura kecantikannya tidak tertutupi. "Ne? Tapi aku belum sarapan."

Oh iya, Jongin lupa. Di meja makan hanya ada satu porsi makanan dan itu menjadi makanannya saat ini. Dia menyuruh pembantunya untuk tidak masak sarapan karena 'budak' barunya yang akan masak untuknya.

"Kalau begitu makan ini." Jongin beranjak dari tempat duduknya dan menyodorkan sisa roti isinya pada Soojung. "Ambilah, kenapa? Tidak mau?" tanya Jongin.

Seketika Soojung langsung menggeleng dan mengambil sisa roti itu lalu melahapnya. Ia tahu, mungkin jika mengelak perintah Jongin sekecil apapun itu hukuman untuknya sudah menunggu.

Almost 🍃Where stories live. Discover now