Part 9 Escape

4.2K 649 30
                                    

Kapal Alex, Nina, dan Elda tiba di Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Mereka turun dari kapal membawa tas masing-masing dan memasuki sebuah gedung bekas toko alat pancing untuk beristirahat.

Di dalam gedung toko itu mereka memasang tenda khusus berbahan cukup tebal agar tetap aman dari udara tercemar di sekitar mereka. Satu konsentrator oksigen yang mereka bawa telah terpasang di tengah-tengah tenda. Tiga selang dari alat itu terhubung langsung dengan masker masing-masing. Menjaga pasokan oksigen mereka selama tertidur.

"Kita harus tidur, besok kita cari mobil dan segera menuju Pretoria," kata Nina.

Kelelahan tampak jelas di wajah mereka.

Nina telah merencanakan perjalanan ke Pretoria agar dapat mengakses pesawat jet pribadi milik keluarganya dan bisa terbang menjauhi Afrika bersama Alex dan Elda. Pesawat itu mungkin sudah sangat tua, tapi sebagai mantan teknisi pesawat terbang, Nina van Werke tahu bagaimana memperbaikinya.

Mereka tertidur pulas. Tapi Nina dan Elda tidak tahu Alex merencanakan sesuatu yang buruk.

Tepat jam 12 malam, Alex terbangun dan mendekati Nina yang telah terlelap di sampingnya. Tangan Alex tiba-tiba mencekik leher Nina dan mencabut masker oksigennya. Dengan pikirannya Alex mencoba menyempitkan jalan napas Nina dari dalam.

Mata Nina terbelalak.

Dengan cepat Nina memikirkan Elda, sebelum nafasnya habis. Nina sempat menendang perut Elda untuk membangunkannya dan menyuruhnya untuk segera melarikan diri melalui jendela toko.

Elda kaget setengah mati. Seluruh tubuh Alex berpendar biru. Ia tampak seperti makhluk luar angkasa.

Elda berhasil kabur dengan membawa tas ranselnya. Ia melompat keluar jendela dan berlari sebisanya.

Nina telah meregang nyawa.

"Oh begini rasanya mengakhiri nyawa seseorang? Menyenangkan!"

Alex tidak peduli pada Elda. Ia keluar dari gedung toko. Lalu berlari menuju lautan. Ia butuh ikan biru itu lagi.

***

Elda sampai pada padang gersang di balik bukit. Ia sangat kelelahan dan akhirnya terjatuh ke tanah.

Detik-detik terakhir sebelum pingsan, ia mengingat tendangan Nina yang menghantam perutnya.

Suatu pesan untuk bertahan hidup.

Maka Elda mencoba meraih ransel di punggungnya, karena ia baru saja ingat kalau dia membawa tiga tabung oksigen portabel.

Tarikan nafas panjang memindahkan oksigen dari dalam tabung ke tubuh Elda. Ia tetap tengkurap selama beberapa menit lalu kembali berdiri. Kakinya nyeri namun ia tetap berusaha berjalan sekuat tenaga.

Ia melihat mobil terparkir di kejauhan lalu mulai berjalan lebih cepat ke arah mobil itu.

Elda menghidupkannya dengan mengutak-atik kabel di bawah setir, dan mengemudikannya ke arah Timur.

Dalam satu jam Elda akan mengalami hipoksia jika tidak menemukan tabung oksigen selain tiga tabung kecil yang ia bawa di dalam tas ranselnya.

Ya Tuhan, Nina... tewas. Alex kenapa...? Apa yang terjadi tadi...?

Elda hanya bisa menangisi nasibnya. Tapi berpasrah diri pada nasib bukanlah prinsip hidup Elda. Bagaimanapun ia akan berusaha bertahan hidup walau sehari saja. Mobilnya terus menyusuri pantai selatan Afrika menuju Maputo ibukota Mozambique. Tempat Ayahnya pernah bertugas sebagai Global CEO perusahaan produksi robot dan mecha suit untuk perang.

"Aku tahu di mana bisa memperoleh oksigen tambahan."

Elda melihat radio panggil yang sepertinya masih berfungsi pada dasbor mobil yang ia kendarai. Ia menekan beberapa tombol.

MINDSHIFT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang