Part 2 The Neonatus Cry

6.1K 773 43
                                    

Marina sedang menyelesaikan catatan mengenai beberapa titik aquifer yang mereka temukan ketika tiba-tiba saja rasa sakit di perutnya memuncak.

"Marina, apa ini saatnya?"

"Ya, cepat Sam. Per... siapkan ruangannya!" Marina mengerang kesakitan.

René dan Taka mulai mempersiapkan ruangan bersalin. Selimut dan air hangat mereka letakkan di samping Marina.

"Marina kita atur posisimu dulu. Mana yang kau anggap nyaman?"

"Kkau bantu Aku berbalik, Aku pakai posisi all-four saja." Sam bergerak semakin cepat dan tangkas membalikkan badan Marina agar dapat bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Sam sudah latihan berkali-kali sebelumnya. Ia senang sekaligus gemetar, akhirnya saat ini tiba.

"Sakit punggung dapat diminimalkan dan gravitasi membantu bayinya keluar. Aku juga akan menyarankan posisi ini untuk istriku nanti, Taka."

"Atau untuk dirimu René. Kau juga sebentar lagi melahirkan. Perut buncitmu sudah mau meledak."

"Setelah istriku lahir, Aku akan berjuang punya perut kotak-kotak."

"Kau melucu ya? Beranjak dari tempat tidur saja kau butuh perjuangan ekstra keras."

"Sudah tenanglah. Sebentar lagi istriku mau keluar dan melihat dunia."

"Atur napasmu, Marina. Kepalanya sudah kelihatan. Dorong."

Marina meremas kuat seprai matras di bawahnya. Lalu berteriak, "Kau pria paling menyebalkan, Sam!!!!!" Bayinya pun berhasil keluar. Mereka membantu Marina bersandar. Sam langsung meletakkan sang bayi di pelukan ibunya. Tangis bayi itu mendobrak kesunyian seisi planet.

"Setelah seratus tahun manusia bersalin dengan dibantu teknologi super canggih, hari ini aku merasa menjadi wanita paling bahagia karena persalinanku berjalan alami dan dibantu oleh seluruh alam semesta. Kau, anakku, akan kunamai Calea."

"Calea, nama yang bagus." Sam mencium kening istri dan anaknya. "Apa kau serius dengan ucapanmu tadi? Aku pria paling menyebalkan?"

"Meski kau menyebalkan dengan ekspresi sok jantan ala militer itu aku menyayangimu apa adanya, Sam." Mereka tertawa bersama.

Tatapan René tak dapat berpindah dari bayi itu.

"Cantik. Istriku cantik sekali." René tersenyum melihat Calea.

"Taka, maaf, kau harus menunggu setahun lagi."

"Tak apa, Marina. Berilah waktu kepada waktu. Aku akan menunggunya."

"Kau sangat sabar, Taka."

Taka menaikkan alisnya tanda setuju.

"Kalian sebaiknya kembali ke pos. Aku akan merawat Marina dan Calea dulu, lalu nanti ikut membantumu Taka."

"Tak usah repot, Sam. Aku bisa sendiri. Hanya tinggal dua pohon lagi yang belum kuberi pupuk."

"Terima kasih, Taka. Aku hargai itu."

***

Taka melompat turun dari kepiting raksasa. Pakaian tebal dan uap panas dari pipa-pipa mesin penggerak menghangatkan tubuhnya yang sedang memupuki dua pohon kecil.

Tiba-tiba Taka dikagetkan oleh munculnya sesuatu di kejauhan. Ia cepat-cepat memasang plastik pelindung pohon, lalu kembali ke dalam kepiting raksasa.

"Teman-teman! Kabar buruk. Ada badai pasir menuju kemari dalam tiga menit!"

"René, pindahkan kepiting ini supaya lubang pintu masuknya tepat berada di atas pohon-pohon kecil kita. Lalu nyalakan semua bor kaki dan hujamkan kepiting ini ke dalam tanah, agar kita tidak terlempar oleh badai pasir itu."

MINDSHIFT [TAMAT]Where stories live. Discover now