It Was Always You

Start from the beginning
                                    

"Bu...bukan. Aku kemari untuk menemui Ian Parker?"

"Siapa? Aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya."

"Oh. Ya, pastilah ia salah memberi alamat. Maafkan aku."

Aku bisa mendengar suara jam berdentang 7 kali dari dalam rumah itu. Saat itu aku hendak pergi ketika lelaki berwajah ganjil itu menahan siku ku.

"Apa kau Satria Syujana?" bisiknya, masih mencengkram siku ku dengan keras. Aku mengaduh pelan.

"Ya. Itu aku."

Lelaki itu memegang telinganya. Aku baru sadar di telinga nya ada sebuah alat jadul yang saking jadulnya aku pun tak tahu apa namanya. Tapi yang jelas fungsinya adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Alat itu sejenis ponsel. "Apa, sir? Ya, tunggu sebentar."

Dia mengalihkan pandangannya ke arahku. "Satria Syujana, tolong berdiri tegap menghadapku. Nah, seperti itu. Sekarang diamlah." Lelaki itu mengedipkan matanya tiga kali. Saat itulah aku tahu di matanya terdapat sebuah alat temuan terbaru yang fungsi nya adalah untuk memotret tanpa kamera. Kedipkan saja matamu, dan kau sudah menangkap momennya.

"Perkenalkan, aku Jacob. Ya, sir?" Jacob lagi lagi memegang telinganya. Kemungkinan berbicara dengan Ian. "Baiklah baiklah. Satria, silahkan ikuti aku."

• • •

"Gina? Apa yang kau lakukan disini? Kau tak bisa menemuiku begitu saja..."

"Maaf, maam. Aku sudah mencoba untuk menahannya. Tapi ia memaksa," kata Bea merasa sangat bersalah.

"Luna, dengar, Dani berkhianat."

Pikiran Luna langsung berputar cepat. "Bea, tinggalkan kami."

Seketaris nya menurut. Ia keluar dengan mmberikan tatapan aneh ke Gina.

"Apa maksudmu?" tanya Luna, kembali duduk di kursi kantornya. Sementara Gina duduk di hadapannya.

"Daniel menyebrang."

"Ia berkhianat?"

"Ya."

"Darimana kau...maksudku, kapan kau tahu?"

"Dua hari yang lalu. Dia mengatakan ia lebih memilih sahabatnya dibanding White Horse."

"Son of a bitch ," umpat Luna. "Kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini, huh? Awalnya Satria. Lalu Daniel. Selanjutnya apa? Kau?"

"Aku tak akan sudi menyebrang ke sisi menjijikan itu. Tidak, aku akan terus bersamamu. Kalau perlu, aku akan mati bersamamu."

Luna tersenyum miring. "Apa yang kaukatakan itu memiliki arti yang dalam. Terima kasih."

"Well, itu sudah kewajiban agen White Horse, kan?"

• • •

Elevator itu berdengung dengung, menuju ke dalam perut bumi. Membawaku dan Jacob di dalamnya. Tak ada dari kami yang berbicara selama perjalanan singkat itu.

Pintu elevator terbuka dengan suara dentingan. Yang kulihat pertama kali adalah sebuah ruang tamu yang mewah dan luas. Semuanya berwarna putih. Bahkan karpet nya pun berwarna putih.

"Ikuti aku," kata Jacob singkat. Tanpa menunggu jawabanku, dia mulai berjalan. Akulah yang harus menyamakan langkahnya yang panjang panjang.

Kami melewati berbagai macam ruangan. Mulai dari ruang tamu itu sendiri, dapur, dan ruang keluarga. Semuanya berwarna putih.

Hingga sampailah kami di depan sebuah ruangan. Dengan pintu kayu berwarna putih, tentu saja. Jacob mengtuk pintu dua kali.

"Jacob? Apa kau membawanya bersamamu?" Terdengar seruan dari dalam. Aku bisa melihat Jacob menelan ludahnya.

Agent 'Nerds' Carter | ✔Where stories live. Discover now