03 | Revised

12.5K 704 11
                                    

03.

Aku terbangun dengan terengah-engah dan badan berkeringat dingin. Aku mencoba untuk duduk tetapi badanku terasa sakit saat kugerakkan. Saat itulah aku baru teringat bahwa aku baru saja tersadar dari pingsan akibat kecelakaan itu. Memori akannya membanjiri pikiranku begitu saja. Begitu tiba-tiba sampai kepalaku terasa sakit.

"Sat, tidur dulu, lah. Jangan sok kuat. Lo baru aja bangun," Daniel yang rupanya duduk di sebelahku datang menghampiri. "Gue dan Nala baik-baik aja. Luka lo yang paling parah di antara kami."

"Gue...pingsan?" Saking hebat sakitnya, aku sampai harus memegangi kepalaku. "Udah berapa lama? Ini di mana? Rumah sakit?"

"Iya, ini di rumah sakit. Lo udah pingsan sepuluh hari. Gue, Nala, dan bahkan temen-temen sekelas khawatir banget. Lo ketinggalan banyak banget pelajaran."

Bahkan aku tak perlu menjadi ahli pembaca wajah untuk tahu bahwa sahabatku ini jelas berbohong. "Kalo mau bohong, pasang muka yang lebih meyakinkan, dong," kataku, bermaksud menjitak kepalanya tapi berujung erangan kesakitan lantaran aku lupa tubuhku masih terasa nyeri dan sakit.

"Sadar diri, atuh, Kek," Daniel menjitak kepalaku. Tidak sakit, tetapi aku tetap mengaduh. "Eh, sori, Sat. Sakit, ya? Namun tetep lebih sakit kalo disakitin sama gebetan, kan? Ya, kan, ya, kan?" Ia menjitak kepalaku lagi, lebih keras kali ini. "Kalo mau bohong, pasang muka yanglebih meyakinkan, dong."

"Tau sialan, gak, Dan? Lo tuh, sialan."

"Lho, ngaca atuh, Kek."

Aku menyerah. Lagipula jika kau berdebat dengan Daniel, kemungkinan kau akan memenangkannya hanyalah 15%. Ya, sejago itulah Daniel dalam berdebat—atau bahasa gaulnya: bacot.

Sadar ada yang terasa kurang, aku berkata, "Dan, Nala mana? Pantes sepi."

Tiba-tiba kerai di samping kiriku tersibak dengan gerakan cepat. "CIE NYARIIN GUE CIE," Dan terdengarlah seruan Nala yang khas. 

Aku tertawa. "Gue yakin lo udah nungguin di situ sampai gue nanyain lo ada di mana. Iya, kan? Ketebak banget, sih, lo jadi orang."

Nala berpura-pura tersipu malu. "Ah, Satria, lo ternyata mengenal gue dengan baik. Terharu aku, tuh."

Aku memeragakan gerakan muntah. "Don't ever use 'aku-kamu' kalo ngomong sama gue. DO NOT do it. Ever again."

Kami melanjutkan obrolan kami dengan asyiknya. Namun kami diinterupsi oleh ketukan di pintu. Saat orang yang mengetuk masuk, betapa terkejutnya aku ternyata yang mengetuk adalah ayahku! Ayahku! Bisa kalian bayangkan itu? Pemimpin White Horse yang super sibuk, yang saking sibuknya selalu melupakan tanggal ulangtahun anak satu-satunya, yang super sibuknya bahkan tidak datang ke wisuda SD dan SMP anaknya—pemimpin White Horse yang super sibuk itu berada seruangan denganku!

Aku sudah siap menyemprot ayahku dengan kata-kata seperti 'Oh, jadi aku harus kecelakaan dulu untuk mendapat perhatianmu?'. Namun kenyataannya, aku hanya bisa berkata dengan tergagap-gagap, "A...Ayah...apa yang kau...lakukan di sini?"

Ayahku menutup pintu kamar dengan wibawa dan kharisma yang begitu hebatnya, sampai-sampai Daniel dan Nala langsung keluar kamar tanpa harus diminta.

"Jadi, Satria, Ayah sudah mendapat laporan mengenai kronologinya. Namun Ayah ingin mendengar kejadian yang sebenarnya langsung darimu. Ceritakanlah apa yang terjadi."

Menahan rasa sakit di kepala, aku mulai menceritakan semuanya pada Ayah. Mulai dari mobil yang mengikutiku sampai sosok misterius di balik lelaki berpakaian serba hitam yang kuduga adalah dalang dibalik kecelakaanku.

Setelah mendengar ceritaku, Ayah terdiam cukup lama. Ia bergumam sendiri. Aku tak bisa mendengar apa yang sedang digumamkannya. "Baiklah, kalau begitu," katanya pada akhirnya. "Ayah akan membawamu pulang hari ini. Sesampainya di rumah, Ayah ingin kau bertemu dengan seseorang."

Catatan Penulis:

Robert Downey Jr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Robert Downey Jr. as Jonathan Syujana (ayahnya Satria)

Maaf ya kalo pendek dan gak lebih baik dari versi aslinya. Ini gua nulis chapter ini setelah bimbel. Abis ngeliat angka Matematika yang gak kenal belas kasih, gua nulis ginian. Gila gila gila. Namun demi readers ku tersayang, apa, sih, yang nggak? Y ga y ga y ga. Apasih.

Sekali lagi, gua minta maaf kalo ini gak sepanjang ekspektasi lo semua. Namanya juga chapter filler. Maaf, ya. Chapter-chapter selanjutnya bakal gua usahain panjang, deh. 

Tiap ada tambahan cast sampingan (cast selain castnya Satria dan Luna bakal gua sebut cast sampingan), gua bakal selalu ngingetin jangan terpaku sama cast yang gua kasih. Kalian bebas mau ngebayangin Satria itu yang main siapa, bebas buat ngebayangin kalo aktris/model/penyanyi ini lebih cocok buat mainin Luna, dan bebas buat mikir kalo Robert Downey Jr. itu gak pas buat mainin Jonathan Syujana. Kalian bebas nentuin cast sendiri. Cast yang gua buat hanya sebagai panduan bagi yang gak bisa atau yang gak punya ide buat nentuin cast sendiri.

Maaf kalo bahasa gua jadi ruwet. Efek ngantuk, nih. Wkwkwk.

Oke, bye, all.

Agent 'Nerds' Carter | ✔Where stories live. Discover now