14 : Pihak Kanan dan Pihak Kiri

4.9K 297 18
                                    

~Satria's Point of View ~

Aku dan Luna duduk berhadapan di meja cafe museum itu. Aku mengajaknya jalan jalan ke museum Jakarta 2019 hari ini. Kami sudah mengelilingi museum itu dua kali. Lalu aku mentraktirnya makan siang (ia mengaku belum makan siang), sebagai ganti traktiran es krimnya waktu di Medan.

"Oya, Luna?"

"Kenapa?" Dia mengangkat kepalanya dari piringnya. Saat itu ia tengah memakan makanan penutupnya, yaitu vanilla pannacotta.

"Gue baru inget."

"Inget apaan? Ngomong jangan dipenggal penggal gitu, ah."

"Enggak. Gue cuma inget kalau wapres kita, kan Jules Carter. Gue pikir kok nama belakangnya sama kayak nama belakang lu, ya? Apa cuma kebetulan aja?"

"Jules Carter? Oh, gue kira lu pengin nanya apa." Luna terkekeh sebelum dengan santainya menjawab, "Itu bukan kebetulan, Satria. Dia oom gue."

Aku sampai tak bisa berkata kata ketika Luna mengatakannya. Dengan santainya.

"Sat...lu gak pa pa? Kok lu kaget sampe speechless gitu."

"Oom lu wapres?" kataku, akhirnya berhasil mengeluarkan satu kalimat dari mulutku.

"Jangan keras keras napa sih. Ya, Oom Jules itu wapres Indonesia. Kenapa emangnya?"

"Lah, kata lu, lu itu yatim-piatu?"

"Emang."

"Terus kok lu bisa kenal sama Oom lu?"

"Oh, jadi waktu gue dibuang di pintu panti, orangtua gue nyelipin sebuah catatan yang isinya nama gue siapa. Setelah gue berumur 13 tahun, dan gue udah jadi agen White Horse kelas 3, gue ngelacak keluarga gue sendiri, keluarga Carter."

"Abis itu?"

"Gue ketemuan sama mereka. Gue diterima di keluarga itu. Ternyata waktu itu Ibu gue yang buang gue. Dia udah meninggal waktu gue dateng ke rumah keluarga Carter di Bandung. Tapi Ayah gue...dia masih idup. Tapi dia lagi keluar kota, karena urusan kerjaan. Gue waktu itu disambut sama Oom Jules dan istrinya, Tante Fatma. Waktu itu Oom Jules baru jadi anggota DPRD Bandung. Dan mereka belum tau kalau gue ini agen White Horse.

"Ternyata keluarga Carter itu keluarga yang besar. Nenek gue punya anak 12. Masing masing punya anak minimal dua, kecuali orangtua gue, anak tertua dari keduabelas anak itu. Mereka cuma punya satu anak, yaitu gue."

"Gila sepupu lu pastinya banyak banget."

"Ada 30 orang. Ya, bisa dibayangin gimana suasananya waktu seluruh keluarga Carter kumpul."

"Lu pernah ikut kumpul kumpul bareng keluarga Carter?"

Luna mengangguk. "Pernah sekali. Keluarga Carter emang kumpul kumpul tiap satu tahun sekali. Waktu itu gue iseng iseng dateng. Ayah gue lagi lagi gaada. Salah satu Oom gue, Oom Kevin, cerita tentang alesan Ibu gue buang gue. Saat itulah, Sat, gue tau rumitnya keluarga ini. Gue merasa bersyukur Ibu gue buang gue ke panti."

"Lho? Kok malah bersyukur? Kenapa?"

Luna terdiam lama. Terlalu lama. Karena tiba tiba saja ada yang memanggilku.

"Satria! Hoi!"

Orang yang memanggil itu langsung menghampiri kami. Sementara Luna menatapnya dengan bingung, begitu juga aku.

"Eh? Lu ngapain disini, Dan? Gila udah lama banget gue gak ketemu lu."

Daniel hanya nyengir. "Lah lu sejak kapan di Jakarta? Wow. Gila. Lu jadian sama Luna Carter? Eh, ini Luna Carter, kan? Temen sekelas kita dulu?"

Agent 'Nerds' Carter | ✔Where stories live. Discover now