20 : Penyiksaan Dengan Kecemburuan

3.9K 215 2
                                    

Hihihiw. Adakah yang kangen Luna Carter? Yaa walau doi cuma gak muncul di satu chapter, tapi kok gue ngerasa Luna udah lama gak muncul, ya. Haha gue kangen sama Luna Carter. Bhak.

Okesip, lanjut.

QOTD dari gue, yang gaperlu dijawab kalau gak mau jawab : What's your favorite summer's song?

*

~Luna's Point of View ~

Yang pertama kali gue liat ketika gue bangun adalah cahaya yang tepat menyinari wajah gue. Silau.

"Lu udah bangun, rupanya."

Gue noleh ke sumber suara, yang ada di samping kanan gue. "Sialan. Lepasin gue."

Gambaran penculikanku semakin jelas sekarang. Waktu itu aku sedang ada di salah satu ruangan di dalam markas White Horse di Garut. Kalau tak salah ingat, saat itu gue lagi ngecek kelengkapan persenjataan di gudang senjata. Tiba tiba aja lima orang masuk ke ruangan itu dan nyulik gue gitu aja. Sampai sekarang gue masih bingung kenapa lima orang itu bisa masuk markas dengan gampangnya? Atau mungkin mereka agen White Horse yang berkhianat.

"Gak segampang itu, Luna." Yah seenggaknya gue tau pribadi asli orang ini. Rupanya dia bukan orang yang baik seperti yang ditunjukannya waktu aku bertemu dengannya sebulan yang lalu. Walaupun wajahnya masih terlihat tampan.

"Lepasin gue, keparat!" Gue berusaha membuka ikatan dengan segala cara, tapi semua sia sia. Posisi gue saat ini adalah berbaring, dengan tali tambang yang mengikat tubuh gue ke bangsal.

"Sebelum itu, gue punya pertanyaan buat lu."

"Bagus, semakin cepet lu ngomong apa yang lu mau, makin cepet juga tim gue bakal nyelametin gue dari...salah satu ruangan di markas Bleeding Tree terkutuk ini." Darimana gue tau ini salah satu ruangan di markas Bleeding Tree? Mudah. Di setiap ruangan di dalam markas Bleeding Tree, terdapat sebuah simbol. Simbol itu tentu aja adalah simbol pohon berwarna hitam dengan tumpahan darah di atasnya, simbol Bleeding Tree.

"Yang gue mau? Gue mau info dimana White Horse sembunyiin senjata Alpha 450. Asal tau aja, harga sebuah Alpha 450 adalah 100 juta rupiah di blackmarket. Dan, oh, akan banyak pihak yang mau membelinya dengan harga lebih."

"Lu belum kapok nyiksa agen White Horse, huh? Lu gak pernah belajar? Kalau sampai mati pun, mereka gabakal ngasih tau informasi White Horse."

"Kecuali kalau mereka berkhianat. Dan gue belom selesai nanya ke lu. Lu pastinya udah denger, kan, tentang budak manusia yang dijual di blackmarket? Nah empat hari yang lalu, mereka kabur. Tapi gue sih curiga bahwa pihak lu yang nyelamatin budak budak kotor itu. Jadi sekarang gue pengin nanya ke lu, dimana lu sembunyiin mereka?"

"Lebih baik gue mati daripada ngasih tau kedua informasi itu."

"Oh, enggak. Gue gak pengin lu mati. Lu kan calon istri gue. Apalagi bokap lu orang penting di Bleeding Tree. Tujuan sebenernya gue mau dijodohin sama lu...yah, gue pengin posisi gue kokoh di singgasana kepemimpinan Bleeding Tree. Kalau lu mati, bokap lu bakal marah besar ke gue, dan posisi gue bakal jadi rapuh di Bleeding Tree."

"Terus lu pengin ngapain? Jangan banyak bacot deh."

Gue tau kalimat terakhir gue agak keterlaluan buat seorang pemimpin Bleeding Tree, namun persetanlah. "Kita belum nikah aja, lu udah berani ngomong kayak gitu ke calon suami lu. Gue gatau gimana kehidupan pernikahan kita nanti kalau lu ngomong kayak gitu terus ke gue."

"Lu gabakal berani bunuh gue."

Lelaki itu mengangkat alisnya. "Gue berani. Cuma kayaknya lebih baik gue nyiksa lu dulu, deh. Siapa tau lu nyerah setelah gue siksa." Ia tersenyum licik. "Lagipula bokap lu gabakal keberatan, kok, kalau anak satu satu nya gue gores dikiit aja." Ia mengatakannya sedemikian rupa, sehingga membuatku muak.

Agent 'Nerds' Carter | ✔Where stories live. Discover now