Sylas Casablanka, begitu beruntung diterima di sekolah elit seperti SMA Arkamaya melalui jalur beasiswa. Dirinya pikir ia bisa bersekolah dengan baik di sekolah elit itu. Tapi jauh dari dugaannya, ia malah terlibat kasus kematian seorang siswi berna...
Bismillah, semoga rame. Tolong dukungannya teman-teman dengan vote dan juga selalu memberikan komentar di setiap chapter. Mari dukung penulisnya dengan cara yang sehat.
🍁🍁🍁
°°°°°°
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Setelah mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Arjana, nampak tubuh Rafka sempat terhentak karena tidak menyangka kalau laki-laki itu akan mengeluarkan ucapannya di tempat ini. Tangannya sedikit mengepal. Terdengar ia sedang menelan ludahnya berat.
Bahkan Sylas yang berdiri di sampingnya terdiam sejenak, dan memperhatikan sesaat samping wajah dari temannya itu. Napas Sylas sedikit tertarik. Lalu ia beralih menatap Arjana yang masih kekeh memberikan tatapan tajamnya kepada Rafka yang tidak mau menjawab sama sekali.
"Apa-apaan ini. Kita emang nggak sederajat kayak kalian. Tapi nggak gini juga, cara kalian ngerendahin kami. Ya, gue tau dan gue paham kalau gue emang patut dicurigai. Dan nggak ada yang ngomong kalau gue nggak terima akan hal itu. Tapi maksud dari omongan lo, yang seakan-akan menyudutkan Rafka, itu salah. Dia nggak mungkin kenal dengan Areum, kalau dia mengenalnya pasti udah ngomong ke gue sebelumnya," ucap Sylas panjang lebar.
Ia semakin menatap dalam Arjana yang masih dengan tenang, menanggapi suasana yang terjadi sekarang. Beberapa anak-anak yang ada di sana juga tidak lekat dari tontonan menurut mereka seru ini. Dan semakin lama, mereka semakin berdatangan.
"Woi! Anak beasiswa! ... hm, atau gue panggil lo dengan nama lo aja, ya? Woi! Sylas. Lo nggak tau apapun tentang sekolah ini, dan juga tentang orang-orang yang ada di dalamnya." Tiba-tiba Dorian menyela di tengah-tengah rasa emosi dari Sylas.
Laki-laki itu menyeringai samping. Ia menatap dalam, dengan kedua tangannya yang bertengger di pinggangnya dengan santai. "Apa lo pernah denger dari anak-anak, tentang peraturan nggak tertulis di Arkamaya? ... hm, sepertinya lo udah denger sih. Tentang, lo nggak boleh sama sekali nyinggung anggota Mahkota. Dan ... lo jangan terlalu percaya dengan orang-orang yang ada di Arkamaya."
Dorian menjeda ucapannya untuk sesaat. Lalu ia melirik sinis ke arah Rafka yang nampak tertunduk dan masih dalam mode diamnya.
Lalu ia kembali melanjutkan dengan lentunan nada suara yang sama. "Noh, liat temen lo itu. Emang dari luar dia bisa banget dipercaya. Tapi kira-kira dia bener-bener nggak nyembunyiin sesuatu dari lo, hah?"
Sylas semakin emosi. Napasnya semakin memanas setelah mendengar ucapan Dorian itu, yang penuh nada yang merendahkan. Ia meremas kepalan tangannya, mengerenyit tak terima dan berucap lantang kembali.
"Maksud lo apa, hah? Jadi lo mau gue curiga sama temen gue sendiri? Dan atas dasar apa lo ngomong kayak gitu. Dia aja, nggak membalas omongan dari Arjana. Yang berarti dia jujur dan teman lo itu, Arjana. Dialah yang bersalah!"