|Chapter 19|Hidden Class|

119 13 6
                                        

Bismillah, semoga rame. Tolong dukungannya teman-teman dengan vote dan juga selalu memberikan komentar di setiap chapter. Mari dukung penulisnya dengan cara yang sehat.

🍁🍁🍁

°°°°°°

Di hari yang masih sama

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.

Di hari yang masih sama. Di bawah langit yang sudah menjelang tengah hari. Di sebuah taman kecil di bawah pohon rindang karena besar, Sylas duduk di sebuah bangku besi panjang cukup untuk tiga orang. Ia memberikan satu jarak dari Adrian yang nampak juga duduk tepat di sampingnya. Laki-laki itu terdiam untuk beberapa detik semenjak mereka tiba di taman itu, dan duduk. Belum ada dari mereka yang memulai pembicaraan.

Adrian nampak santai, dan menyandarkan punggungnya di bangku itu. Lalu ia sedikit menggulung lengan kemejanya yang ia pakai. Di sampingnya, Sylas yang sedaritadi terus diam, merasakan sedikit ketegangan. Bukan karena apa, di sampingnya sekarang adalah seorang polisi yang beberapa hari sebelumnya memandangnya sebagai seorang pembunuh. Dan sekarang, mereka duduk berdua seperti seseorang yang sudah mengenal lama. Itu membuatnya tidak bisa tenang.

"Kasusnya udah dihentikan," ujar Adrian dengan santai. Ia akhirnya memecah keheningan yang sudah berlangsung beberapa menit di tempat itu.

Sylas yang mendengarnya, mengerjab pelan, lalu menoleh tajam dengan kening yang berkerut. "Apa?!" Sylas menjada ucapannya untuk beberapa detik. Lalu menelan ludahnya berat, dan kembali melanjutkan ucapannya. "Apa maksud anda, pak?!" lanjutnya, dengan suara yang masih meninggi.

Dengan santai Adrian sedikit menggerakkan alisnya ke arah atas, dan menjawab. "Ya, begitulah. Ada sesuatu yang memang nggak bisa berjalan selancar keinginan kita."

"Tapi itu nggak masuk akal! Ini jelas-jelas pembunuhan, pak. Ada korban yang kehilangan nyawanya. Dan bapak sendiri yang bilang, kalau ini kasus pembunuhan. Bagaimana bisa dihentikan gitu, aja?!" Sylas semakin mengernyit, tidak menyangka kalau terjadi hal seperti ini.

Adrian tidak langsung menjawab. Ia mengangkat satu kakinya ke atas kakinya yang lain. Lalu dengan santai menghembuskan napasnya, terdengar sangat panjang. "Ada pihak dari panti yang datang ke kantor untuk menyelesaikan masalah ini dengan damai," ucap Adrian dengan halus.

Lalu ia kembali berucap, sembari memandang ke arah depan. Menatap beberapa atap rumah warga, dan juga bangunan-bangunan besar lainnya yang ada di belakang rumah-rumah warga itu. "Mereka bilang nggak ingin memperpanjang masalah ini. Dan juga, sepertinya mereka nggak peduli dengan keadilan untuk korban. Karena mereka dengan mudahnya menandatangani surat resmi untuk menghentikan penyelidikan. Itu sebabnya aku bisa menangkap kesimpulan kalau mereka sudah pindah dari panti ini," jelas Adrian.

Mendengar itu, Sylas belum bisa menerimanya. Karena kalau seperti itu, namanya tidak akan bisa baik lagi di mata anak-anak Arkamaya. Karena walaupun Astrid mungkin terlibat karena ada sidik jarinya di senjata pelaku, tapi pasti tidak akan ada yang mau menyalahkannya. Terlebih dia salah satu anggota Mahkota yang sangat berkuasa di sekolah. Sedangkan ia, hanyalah murid beasiswa yang tidak akan tahu bagaimana nasibnya kedepannya.

Hidden Class [ON GOING]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant