|Chapter 27|Hidden Class|

25 2 1
                                        

Bismillah, semoga rame. Tolong dukungannya teman-teman dengan vote dan juga selalu memberikan komentar di setiap chapter. Mari dukung penulisnya dengan cara yang sehat.

🍁🍁🍁

°°°°°°

Di jam yang sama, kini Arjana sudah tiba di aula utama bersama Morrigan yang juga berjalan di belakangnya, menuju ke arah samping panggung aula

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di jam yang sama, kini Arjana sudah tiba di aula utama bersama Morrigan yang juga berjalan di belakangnya, menuju ke arah samping panggung aula. Ia berniat untuk mengatakan sesuatu hari ini juga. Entahlah, Arjana ingin mengatakan apa. Karena tidak ada yang tahu isi kepalanya, bahkan Morrigan yang sudah tumbuh kecil bersamanya hingga sekarang masih belum bisa mengerti secara keseluruhan dari tindakan yang selalu Arjana ambil.

Morrigan tidak naik ke atas panggung. Ia hanya berdiri diam menunggu semuanya datang. Arjana melangkah perlahan naik ke atas panggung, bersiap untuk mengatakan sesuatu pada anak-anak lainnya.

Gadis itu mengambil ponsel miliknya, dan ingin menghubungi Vienne dan yang lainnya. Ponsel Morrigan, dan seluruh anak-anak dari Mahkota masih ada pada mereka. Tidak ada yang berani mengambilnya dari tangan mereka. Karena walaupun itu peraturan di sekolah ini, itu tidak akan bisa membelenggu kekuasaan anak-anak kaya itu.

Setelah membuka ponselnya, ia mengirimkan pesan pada Vienne, agar segera datang ke aula utama. Setelah pesannya terkirim dengan lancar, pintu aula kembali terbuka perlahan, menampakkan Lucian yang melangkah masuk dengan tenang, setelah memberikan informasi pada semua anak-anak di Arkamaya.

"Bagaimana?" pertanyaan dengan tatapan tajam langsung tertuju pada Lucian, dari sahabatnya yang ada di atas panggung utama.

Lucian kini sudah dekat dan berdiri di samping Morrigan. Lalu ia berucap dengan lantunan nada suara yang tenang. Arah tatapannya, langsung ke Arjana, yang menunggu jawaban. "Beres. Mereka semua udah jalan ke sini," jawabnya.

"Bagus. Kita hanya perlu membuat ini berlalu seperti dulu. Dengan tenang, seperti air yang mengalir di sungai. Seperti itu pula, segalanya akan berjalan." Arjana menghembuskan napasnya tipis.

Morrigan juga ikut menatapnya dari bawah. "Ar, sebenarnya rencana lo itu apa sih? Gue nggak tau apa dampaknya, kalau lo ngomong baik-baik ke mereka semua. Apa dampaknya, kalau menenangkan mereka semua? Itu nggak berguna, Ar."

Lucian yang mendengarnya, tidak mengatakan apapun. Ia hanya menanti jawaban lainnya yang akan keluar dari temannya itu.

"Sudahlah. Nggak ada yang penting lagi buat di omongin."

Jawaban yang keluar dari mulut Arjana itu, membuat Morrigan dan Lucian sedikit terpaku diam dan mengerenyit kecil. Mereka tidak menyangka kalau Arjana sama sekali tidak mau berbagi kekhawatiran dengan mereka berdua. Nampak dari wajahnya saja, dan juga tatapannya yang memang tajam seperti biasanya, nampak menyimpan sesuatu. Rasa khawatir dan takut akan suatu hal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 2 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hidden Class [ON GOING]Where stories live. Discover now