Sylas menggaruk kepalanya kesal. "Aaaakhh! Sialan. Dia mau apa sih sebenarnya?!" sembari mengomel sendirian, Sylas juga turun dari ranjangnya lalu menekan sakral kamarnya, agar terang. Lalu segera bersiap-siap seperti apa yang dikatakan Adrian tadi. Kalau ia akan membawanya entah kemana.
°°°°°°
Dengan hati-hati Sylas membuka pintu utama lalu melangkah keluar dengan pakaian yang sudah siap. Ia menutup kembali pintu rumahnya, dan tidak lupa mengirimkan pesan pada ponsel ayahnya kalau ia keluar sebentar. Takut kalau ayahnya khawatir, dia tidak membangunkan ayahnya karena ia tidak mau kalau mengganggu tidur ayahnya.
Benar saja, setelah pintu sudah ditutup rapat, Sylas berbalik dan melihat Adrian yang sudah menunggu di atas sebuah motor sport hitam miliknya. Sylas tidak mau menunggu, ia langsung berlari kecil ke arah laki-laki itu yang masih santai menunggunya. Setelah keluar rumah, udara dingin seketika langsung menyerang dan menembus kulit-kulitnya.
Apalagi di jam segitu, suasana masih sangat sepih. Hanya ada lampu luar milik tetangganya, dan juga suara-suara kecil hewan malam. Tidak ada orang yang keluar di jam segitu. Hanya orang gila saja yang melakukan aktivitas di jam segitu tanpa menunjukkan lelah di wajahnya.
Dan benar saja, Sylas menemukan orang gila itu. Ia sekarang sudah berdiri tepat di depan Adrian. "Aku nggak nyangka, pak Adrian sengaja gangguan jam tidur seorang anak sekolah," oceh Sylas. Suaranya terdengar dingin karena sedikit bergetar.
Adrian terkekeh kecil, lalu memberikan satu helm merah pada Sylas begitu saja. Sangat santai. "Haha, udah nggak usah ngoceh. Ini masih jadi bagian kerjasama kita. Ini, ambil dan cepat naik," ucapnya. Lalu ia kembali menyalakan motornya dengan sigap menunggu Sylas untuk segera memasang helmnya.
Sylas kembali berdecik kesal. Lalu ia memakai helm, lalu segera naik ke atas motor. Segera setelah Sylas sudah duduk dengan aman di atas motor, Adrian tanpa menunggu lebih lama lagi, langsung menancap gas dan pergi dari sana dengan laju yang sedang.
"Sebenarnya kita mau kemana, sih? ... jangan aneh-aneh ya, pak. Aku nggak mau terlibat masalah apapun lagi!" Sylas kembali mengoceh di belakang punggung Adrian.
Tiba-tiba saja, motor kembali melaju lebih kencang, karena Adrian menarik gas motor yang membuat Sylas sedikit terhentak ke arah belakang. Tapi untung saja satu tangan Adrian sigap menahan satu tangan Sylas agar tidak terjatuh. "Jangan gugup. Pegangan yang kuat," celetuk Adrian dengan santai dan tidak peduli dengan pertanyaan dari Sylas sebelumnya.
Sylas mengerenyit dari balik helmnya itu. "Astaga, kenapa orang ini nyebelin banget?!" batinnya. Ia meremas ujung jaket Adrian, agar tidak terjatuh. Lalu ia kembali bertanya karena tidak mau tenggelam dalam rasa penasaran.
"Ku bilang, pak Adrian mau bawa aku ke mana? Apa bapak tuli karena terkena angin dingin?!" kali ini Sylas mengucapkannya sedikit lebih berani. Di dalam benaknya dia berpikir, siapa sih yang tidak marah diganggu di jam istirahat, tapi tidak diberi penjelasan sama sekali.
Adrian menghela napasnya agak panjang. "Kita mau ke laboratorium milik teman ku. Di sana, kita akan memeriksa keadaan kepala mu itu. Agar kita tau, apa yang sebenarnya terjadi," jawab segera Adrian.
"Udah puas, sekarang? Apa kamu bisa diam sepanjang perjalanan, sekarang?"
Sylas menghela napas setelah mendengar ucapan dari Adrian. Ia terdiam dan sedikit berpikir untuk beberapa detik. "Haaah, jadi itu tujuannya. Tapi bagus juga sih. Supaya gue tau, sebenarnya apa yang terjadi sama ingatan gue. Apalagi akhir-akhir ini, gue mimpi yang aneh. Mimpi tentang Areum," batinnya.
YOU ARE READING
Hidden Class [ON GOING]
Mystery / ThrillerSylas Casablanka, begitu beruntung diterima di sekolah elit seperti SMA Arkamaya melalui jalur beasiswa. Dirinya pikir ia bisa bersekolah dengan baik di sekolah elit itu. Tapi jauh dari dugaannya, ia malah terlibat kasus kematian seorang siswi berna...
|Chapter 20|Hidden Class|
Start from the beginning
![Hidden Class [ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/401051879-64-k191545.jpg)