Ia menggeleng, wajahnya mulai menegang, kembali. "Itu terdengar nggak masuk akal. Bagaimana mungkin pihak panti melakukan itu. Padahal jelas, ini pembunuhan dan Areum juga mati. Apa mereka nggak merasa sedih? Kenapa bisa mereka memutuskannya begitu gampang?" suaranya sedikit meninggi, lalu secara bertahap turun kembali. Seakan ia menahan emosinya yang menggebu-gebu.
Adrian belum menoleh ke arah Sylas. Ia hanya menatap hal yang sama, dengan napas panjang yang menggemah. "Aku tau, Sylas. Aku juga ngerasa kalau ada yang aneh. Seperti ada yang sengaja mengendalikan pihak panti untuk mundur dan menutup segalanya. Aku nggak tau pasti, siapa yang ngelakuin itu. Tapi, dia sepertinya punya kuasa dan juga bekingan yang kuat "
"Kuasa dan bekingan yang kuat?" ucap batin Sylas. Ia berpikir untuk beberapa detik. Dari sekian banyaknya wajah yang muncul di kepalanya, kenapa harus wajah dari anak-anak Mahkota?
Sembari berpikir keras, angin kecil tiba-tiba meniup rambutnya, membuat helai-helai dari rambutnya berantakan di dahinya. Adrian nampak mulai menoleh ke arahnya. Menatapnya dengan bola mata yang berbinar dan ada sesuatu maksud yang tidak bisa terbaca di bola matanya itu.
"Dengar, Sylas." Tiba-tiba Adrian kembali berucap, itu membuat fokusnya pecah. Dan langsung menatap laki-laki itu.
"Walaupun kasus ini ditutup secara resmi. Aku nggak akan membiarkannya begitu saja. Dan aku, nggak bisa kalau sendirian melawan ini. Gimana kalau kita bekerjasama?"
Mendengarnya, Sylas mengerenyit heran. "Hah? Kerjasama. Apa maksudnya?"
"Bekerjasama untuk menyelidiki lebih dalam masalah ini. Ya, memang ini sangat beresiko untuk mu. Tapi kalau kamu mau terlepas dari tuduhan ini dan nggak terlibat lebih jauh, maka nggak ada cara lain. " Adrian terus menjelaskan segalanya.
Nampak dari wajah Sylas, yang kebingungan untuk mengambil keputusan saat itu juga. Apalagi perkataan Adrian juga ada benarnya bila dipikirkan lebih dalam lagi. Tidak ada cara lain dan tidak ada orang lain yang bisa membantunya untuk keluar dari masalah ini, selain Adrian. Apalagi sepertinya ada pihak yang tidak setuju kalau masalah ini di kuak lebih dalam lagi.
Adrian tiba-tiba berdiri dari duduknya, saat Sylas sudah ingin menjawab tawarannya itu. Adrian menarik napas panjang, memasukkan kedua tangannya di saku celananya, lalu menghembuskan napasnya keluar secara perlahan. Laki-laki itu mendongak menatap langit sembari berucap, "Kamu pikirkan aja dulu. Aku nggak akan memaksa mu untuk hal yang berbahaya kayak gini. Apalagi, kalau kamu setuju, kamu akan repot di sekolah itu."
Sylas juga ikut berdiri begitu saja. "Apapun itu. Aku setuju. Bukan karena aku peduli dengan orang lain yang nggak ku kenal. Tapi, ini demi diriku. Nama baikku dan juga untuk orang tuaku. Apa yang harus kulakukan di sana?" mata Sylas tajam menembus udara siang hari.
Mendengar jawaban pasti dan juga berani dari Sylas, membuat Adrian tersenyum kecil. Lalu ia menoleh menatapnya dalam. "Jawaban yang tepat. Tugas mu hanya satu. Awasi pergerakan anak-anak yang sangat dekat dengan Astrid. Lalu laporkan cepat padaku kalau ada hal yang aneh dan mencurigakan. Jangan sampai mereka tau kalau kamu memantau mereka. Dan, kalau kamu menemukan sesuatu katakan secepatnya padaku," jelas Adrian.
Sylas hanya mengangguk kecil. Nampak Adrian merogoh sesuatu dari saku celananya. Itu sebuah kertas kecil dengan tulisan yang tebal. Dengan cepat Adrian menarik satu tangan Sylas, lalu memberikan kertas itu dengan cepat. "Ini kartu nama ku. Alamat tempat tinggal, dan juga nomor telepon ku ada di sana. Segera hubungi aku kalau kamu butuh bantuan."
Sylas menatap tangannya yang didalam genggamannya sudah ada kartu nama milik Adrian. Ia sedikit lebih menggenggamnya keras. Lalu berucap dengan agak terbata. "Ba-baiklah. Aku pasti akan melakukannya," ucap Sylas.
Adrian kembali tersenyum setelah mendengar itu. Kemudian ia menoleh ke arah depan. "Sudahlah, cukup untuk pertemuan kita hari ini," ucap kembali Adrian. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Sylas yang tidak sadar kalau laki-laki itu sudah melangkah menjauh darinya.
°°°°°°
Di rumah besar yang menyerupai bangunan istana yang begitu megah, nampak Arjana berjalan santai ke sebuah ruangan yang sedang tertutup rapat. Di lorong yang ia lewati untuk bisa tiba di ruangan itu, dipenuhi dengan lukisan-lukisan aneh yang tidak banyak orang sukai. Hanya orang-orang tertentu yang menyebut lukisan-lukisan yang ada di rumah Arjana sebagai karya seni.
Setelah tiba dan berdiri tepat di depan pintu ruangan yang nampak sesak itu, Arjana mentakupkan sedikit mulutnya. Sebelum memegang gagang pintu dan masuk ke dalam, ia menarik napasnya agak dalam dan panjang. Ia terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu.
Lalu detik selanjutnya, ia membuka pintu dengan tajam. Aura yang sangat kecam tiba-tiba terasa dari dalam ruangan itu. Ada pula aroma yang begitu mencekam langsung keluar dan menembus hidung Arjana yang masih berdiam diri di luar ruangan yang sudah terbuka itu.
Perlahan ia melangkah masuk dengan santai dan tanpa ekspresi apapun. Yang ada di pantulan cahaya matanya, hanyalah hasrat dan sesuatu yang ingin ia capai. Tapi sesuatu itu, tidak ada orang lain yang mengetahuinya.
Di lantai atas, beberapa pelayan yang ada di rumah itu sudah terbiasa dengan apa yang sering Arjana lakukan di ruangan itu.
"Tuan muda Arjana, ke sana lagi?" tanya seorang pelayan yang sedang membantu menyetrika pakaian, bersama dua orang pelayan lainnya.
Satu pelayan lainnya menyambut. "Hsst, jangan dibahas. Nanti tuan muda dengar, kita dapat hukuman."
"Sebenarnya, ada apasih di ruangan itu? Apalagi di bawah tanah. Tuan muda kayak benar-benar nggak mau kalau ada orang lain yang tau, tentang apa yang dia lakukan di ruangan bawah tanah itu."
"Mungkin itu hal yang penting. Atau juga tugas sekolahnya. Nggak ada yang tau, jangan berpikiran aneh-aneh," jawab pelayan satunya yang umurnya sedikit lebih tua dari dua pelayan lainnya.
Sembari mereka berbincang-bincang kecil, bersamaan mereka juga cepat-cepat membereskan pekerjaan mereka yang sudah hampir selesai. Apalagi, kalau mereka mengerjakannya bersama-sama.
_Bersambung_
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INSTAGRAM SAYA JUGA. (@terra_jing)
YOU ARE READING
Hidden Class [ON GOING]
Mystery / ThrillerSylas Casablanka, begitu beruntung diterima di sekolah elit seperti SMA Arkamaya melalui jalur beasiswa. Dirinya pikir ia bisa bersekolah dengan baik di sekolah elit itu. Tapi jauh dari dugaannya, ia malah terlibat kasus kematian seorang siswi berna...
|Chapter 19|Hidden Class|
Start from the beginning
![Hidden Class [ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/401051879-64-k191545.jpg)