chapter 16

573 56 18
                                        

***

Nyatanya tidak abis pikir juga bagi Gahar dengan apa yang sudah terjadi kehidupannya yang sekarang. Gahar tidak mengerti dengan jalan pikir papah dan kakak sulungnya tersebut. Terlebih papahnya, apakah Diaksa tidak menyadari bahwa Gahar terluka karena tindakannnya?

Kini sekolah kembali menjadi pelariannya, saat malam ia berdebat dengan sang kakak. Membuat hatinya sedikit sakit, ternyata tidak banyak manusia yang bisa ia jadikan tumpuan.

"Hai Kak Gahar!"

Banyak sekali orang yang menyapanya pagi ini, tetapi mood Gahar sedang tidak baik hingga saat Gahar melewati lorong kelas Sheza baru lah Gahar tersenyum tipis.

Apa kabar gadis itu?

Gahar tidak hilang ingatan atas apa yang sudah terjadi kemarin. Gahar dan Sheza menjadi trending topic sekolah karena ketahuan makan bersama di kantin, Gahar lupa menanyakan keadaan gadis itu.

"Nyari Sheza ya, Kak? Kalau jam segini belum datang, lima menit lagi sepertinya. Kak Gahar mau nunggu di dalam?" tanya adik kelas yang kemungkinan sekelas dengan Sheza.

Gahar menggelengkan kepalanya. "Nunggu di sini aja."

"Oke dah, dah Kak Gahar." Lalu anak itu langsung masuk ke kelasnya membiarkan Gahar menunggu di depan pintu kelas mereka. Lalu tidak lama kemudian gadis yang Gahar tunggu-tunggu pun datang dengan menenteng sesuatu, entahlah.

"Loh Kak ngapain di sini?" Melihat bingungnya Sheza, Gahar pun tertawa dan mengucap dalam hati.

"Lucu."

"Nungguin lo. Siang banget, Za?" Sheza melirik jam tangan berwarna coklatnya, lalu menggelengkan kepalanya.

"Enggak, ah. Orang biasa jam segini, kok," kata Sheza.

Gahar mengangguk paham. Lalu tangannya terarah membereskan rambut Sheza yang kelihatan kurang rapi mungkin karena Sheza membawa motor dan memakai helm.

Hal tersebut tidak lepas dari atensi anak-anak yang tidak sengaja melihat Gahar dan Sheza, langsung saja mereka berbisik bahkan ada yang ikut baper melihatnya.

Sheza pun sama, ia sangat malu dengan perilaku Gahar. Bukan malu yang bagaimana, Sheza hanya malu wajahnya ketahuan memerah.

"Jepitannya mana? Kok gak di pake?" tanya Gahar.

Reflek Sheza pun memegang kepalanya, ia lupa tidak memakai jepit yang sempat di belikan Gahar bulan lalu.

"Lupa, Kak.. tadi buru-buru."

Gahar pun membuka tasnya dan memberikan jepitan batu berwarna biru langit, lalu oleh tangannya sendiri Gahar memasang jepitan itu pada rambut Sheza, tentu dengan sangat rapih.

"Nahh cantiknya," gumam Gahar.

"Kak aku denger loh."

"Sheza bilang apa kalau di puji?" tanya Gahar masih menatap Sheza dengan lembut juga dalam.

"Masyaallah makasih Kak Gahar," ucap Sheza dengan senyum manisnya.

"Nah pinternya. Gih masuk kelas bentar lagi bel, Za."

Sheza pun menepuk dahinya. "Oh iya, ya. Wait, Kak... nih buat kamu makan siang." Sheza menyodorkan jinjingan yang ia bawa.

"Apa ini?" tanya Gahar yang langsung penasaran.

"Bukanya nanti aja pas makan siang. Gih Kak Gahar juga masuk kelas, jangan lupa di makan nanti. Bye-bye," ujar Sheza sambil berjalan masuk kelas tidak lupa dengan lambaian tangannya tanpa sadar Gahar pun melambaikan tangannya dan tersipu malu. Karena sadar Gahar menjadi perhatian adik-adik kelasnya Gahar pun langsung stay cool kembali dan melenggang dari sana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GAHAR Where stories live. Discover now