Kale masih asik menatap masakannya, entah sesuai selera mereka atau tidak, ia tak peduli. Yang penting sudah melaksanakan perintahnya. Mau protes pun, rasanya tak mungkin. Ia sadar siapa ia, dan mereka. Mereka dengan kekuasaannya sementara dirinya tidak punya bekingan apa-apa.
"Udah selesai? Lama amat."
Kale hampir saja berteriak akibat terkejut melihat Jasver yang tiba-tiba saja sudah berada dibelakangnya. paling menjengkelkannya adalah nafas hangat pria itu terasa di lehernya, jujur dirinya sangat merinding. Jasver adalah orang pertama yang harus dijauhi.
"Bb-lum." Jawab Kale bergetar.
Jasver menaikan satu alisnya. Melihat laki-laki itu yang seolah takut kepadanya. "Lo takut sama gue?"
Kale dengan refleks mengangguk, lantas menggeleng panik. "Em... Maksudnya, sedikit takut."
Jasver mendengus, padahal terlihat jelas dimatanya bahwa anak ini sangat takut kepadanya.
"Gak usah takut, gue gak makan orang. Tapi kalo terkam orang, hampir pernah." Ujarnya dengan kekehan kecil sambil berlalu menuangkan air kedalam gelas di belakang Kale.
Kale menelan ludah gugup, ia jelas mengerti.
"Lo seriusan laki-laki?" Jasver kembali bersuara setelah meneguk segelas air, tubuhnya disandarkan, tatapannya meneliti tubuh Kale dari belakang. Menatap keatas kebawah.
Kale sendiri mulai merasa merinding, dengan segera ia mematikan kompor saat masakannya telah matang. Mengangkatnya setelah dipindahkan ke piring, dan segera dibawa untuk diletakan di meja pantry.
"Jelas gue cowok." Jawabnya setelah menata semua makanan nya.
"Sayang banget, padahal wajah Lo cantik. Nyaris gue pacarin, tubuh Lo juga kurus kering, cacingan?"
"Sembarangan!" Kale spontan berseru kesal, lantas buru-buru menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Maaf, gue kelepasan." Cicitnya.
Jasver sendiri tak merasa keberatan, kakinya melangkah mendekati Kale. Tubuhnya yang tinggi, disejajarkan dengan laki-laki itu. "Diliat makin deket, wajah Lo emang bener-bener cantik. Mau jadi uke gue gak?" Katanya, tepat didepan wajah Kale.
Kale membuang muka ke samping saat jarak wajahnya dengan wajah Jasver terlalu dekat. Dasar gila! Umpatnya untuk membalas perkataan cowok itu yang hanya bisa diucapkan didalam hati.
••••
"Kenapa masih disana? Sini, kita makan bareng."
Kale yang tengah berdiri menatap Kazama, lantas menggeleng kecil ketika Lucas dan Jasver ikut menatap kearah dirinya. Untuk Mateo, dia masih asik menatap layar ponselnya.
"Ngapain? Biarin aja dia makan sendiri. Gak usah barengan sama kita." Ujar Lucas dengan tampang tak acuh.
Jasver yang duduk disebelahnya menepuk pundak Lucas lumayan keras sampai si empunya mendelik tajam. "Lo kayanya sensi mulu sama dia, dia ada salah sama Lo?"
"Lo belain dia?" Lucas malah balik bertanya.
"Ck, jangan banyak bacot. Makan!" Mateo yang sudah jengah akhirnya bersuara.
Lucas serta Jasver lantas saling membuang muka. Ketika Mateo sudah bersuara, sebaiknya diam jika tidak mau mendapat tatapan mautnya.
Kazama berdiri dari duduknya, lalu menarik tangan Kale yang daritadi terdiam menyaksikan tingkah para sahabatnya. "Ayo, gak usah malu. Nanti juga bakal terbiasa, masa yang masaknya gak ikut makan." Katanya setelah Kale di dudukan di sebelahnya.
YOU ARE READING
Supporting Character [Slow Update]
Fantasy[Jangan lupa follow dan tinggalkan jejak setelah membaca. Terdapat adegan serta kata-kata yang tidak patut untuk ditiru!⚠️] 17+ Kalila Joana, gadis penyakitan yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah sakit. Jarang merasakan dan menyaksikan...
![Supporting Character [Slow Update]](https://img.wattpad.com/cover/393962207-64-k757339.jpg)