CHAPTER XIX-Back to Us

8.4K 566 8
                                        

halooo, if you guys notice something wrong

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

halooo, if you guys notice something wrong.

please let me know and correct me yaaaa

hwappi readingg~

CHAPTER XIX—Back to Us

"Kita cerai aja," ucapku.

Tante Dea dan Caca benar-benar memberi kami ruang. Mereka pergi meninggalkan kami di ruang tamu, menyisakan keheningan yang semakin mencekam.

Geo tidak langsung menjawab, matanya menatapku dengan tajam, rahangnya mengeras. Aku tahu betul, dia sedang menahan amarahnya agak tidak meledak.

"Mulut kamu tuh enteng banget ya ngomong kaya gitu," katanya tajam.

Aku menelan ludahku dengan susah payah. "Kamu mau mertahanin apalagi, Ge?" tanyaku serak, "Komunikasi kita udah rusak dari tiga bulan lalu, kamu nutup jarak dari aku, kamu mau aku kayak gimana lagi?"

Geo menutup matanya sejenak, dia kemudian menghela napas lelah. "Aku minta kamu gak nemuin Anya lagi, sesusah itu ya nurut sama aku, Ra?"

Aku mengernyit. "Kamu tau dia sahabat aku, Ge! Dia yang ada selama ini, dia yang nemenin aku ketika aku kehilangan anak kita, dia yang ada di samping aku, dia... bukan kamu, Ge!"

Dia kembali membuang napas keras, lalu menatapku dengan sayu. "Kamu kamu pilih hidup tanpa aku, atau tanpa Anya?"

Aku hampir tidak percaya dengan pertanyaannya. "Kamu ngomong apa, sih?" teriakku. "Aku bahkan gak pernah minta kamu untuk milih antara aku atau Marisela, jadi apa hak kamu buat milih antara cinta atau sahabat aku? Kamu gak masuk akal, Geo."

Geo mengangguk, dia kemudian bangkit berdiri. "Aku mau ke kamar dulu, kalo kamu mau pulang duluan, dan nemuin Anya, silahkan."

Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Kata-katanya terus berputar di kepalaku, terasa seperti tembakan yang meledak begitu cepat namun tak memberi arah. Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya? Aku hanya ingin dia menjelaskan, tapi dia malah semakin menjauh, memilih untuk menghindar dan membiarkan aku terjebak dalam kebingungan.

Dengan tubuh yang lemas, aku menundukkan wajahku, mataku terbebani dengan perasaan yang campur aduk. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan, mencoba menahan air mata yang tak tertahankan. Perasaan ini terlalu berat untuk kutanggung sendirian. Aku lelah. Lelah dengan sikapnya yang seperti ini.

***

Tante Dea sedang berada di kamar Geo, yang terletak di lantai atas, dan aku masih terdiam di tempat yang sama, terjebak dalam kegelisahan yang menyesakkan. Mataku terpaku pada layar televisi yang kini sudah hening. Wajah Chris Hemsworth yang tadi tampak gagah dalam adegan pertempuran, kini menghilang begiu saja, tenggelam dalam kegelapan layar kosong.

"Kak," suara Caca membuatku menoleh, aku melihatnya duduk di sampingku dengan secangkit the hangat di tangan. Dengan senyum tipis, dia menyodorkan itu padaku. "Minum dulu," katanya pelan.

ALMOST, ALWAYS, AFTER (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora