Please forgive me -- @buzzleexo

112 4 0
                                    

Uname:
Judul: pleae forgive me
Tema: labirin
***
Pagi ini, Arkan ingin mengajak Alya pergi ke pantai untuk menikmati musim panas kali ini. Arkan memilih mengajaknya ke Pantai karena menurutnya Pantai sangat cocok dengan musim panas kali ini. Arkan membawa seikat bunga dan coklat yang berbentuk hati kemudian ia taruh di belakang jok mobilnya. Lalu ia menjalankan mobilnya menuju rumah Alya.

Ting tong..

Arkan menekan bel rumah Alya. Selagi menunggu pintu dibuka, ia mengambil coklat dan bunga tersebut, lalu ia taruh di tangan kirinya yang berada di belakang badannya, seakan-akan mengumpeti coklat dan bunga. Sekitar 5 menit Arkan menunggu, namun pintu belum juga dibuka. "Udah jam 7 nih, padahalkan kemaren udah dibilangin mau pergi, tapi kok Alya belum keluar juga ya? Apa masih tidur?" Arkan menekan bel sekali lagi. Pintu pun terbuka, terlihatlah sosok wanita cantik yang berada di depannya, ya meskipun wanita itu masih memakai piyama dan terlihat seperti belum cuci muka. Arkan mendekati kepalanya ke kepala Alya. "Hmm bau jigong!" Arkan menutup hidungnya dengan tangan kanannya.

"Yee kayak engga nyadar aja sendirinya masih ileran. Blee," ucap Alya memeletkan lidahnya.

"Hah masa sih?" ucap Arkan kemudian mengambil ponsel dari saku celananya. Ia mengaca lewat camera depan ponselnya. "Ih boong! Seneng banget sih ngeledekin aku," Arkan mencubit pipi kiri Alya.

Arkan mengeluarkan seikat bunga dan coklat yang ia bawa. "Surprise!" ucapnya. Namun tanggapan Alya hanya tersenyum kecil seperti menahan tawanya. "Ih udah dateng pagi-pagi kesini, udah bawa bunga sama coklat, tapi tetep aja tanggepannya cuman gitu. Mending pulang ah," Arkan membalikkan badan lalu berjalan pelan dengan membawa coklat beserta bunga. "Arkan, tungguin! Ih ngambekan. Tuh liat dulu ketiak kamu yang kiri!"

Arkan menghentikan langkahnya lalu mengecek ketiak kirinya. Ternyata baju ¾ lengan yang ia gunakan sedikit robek di bagian ketiaknya. Betapa malunya ia saat itu sampai pipinya memerah. Saat ini, Alya sudah berada dihadapannya. "Yah tomatnya keluar tuh. Biarin aja kalau aku masih bau jigong, kan aku baru banget bangun. Nah kamu bau ketek hmm," kali ini, Alya yang menutup hidungnya sambil tertawa terbahak-bahak. Lalu Arkan mencubit lagi pipi Alya. Kali ini ia mencubitnya pipi yang kanan. "Aw sakit!"

Alya membawa coklat beserta bunga yang dibawa Arkan, kemudian mempersilahkan Arkan masuk ke dalam rumahnya. Alya menyuruh Arkan duduk dulu di sofa ruang tamu, karena Alya ingin mandi dulu. Setelah mandi dan berpakaian rapi, ia mengambil jaket ayahnya dan melemparnya ke Arkan. "Tuh umpetin keteknya pake jaket ayah."

"Siap bos!" Arkan menaruh tangannya disamping dahi kanannya seperti sedang hormat saat upacara bendera anak sd. Arkan memakai jaket itu lalu menaruh tangan Alya di bahunya. Mereka berjalan menuju mobil Arkan.

Pukul 10 am mereka telah tiba di Pantai. Saat sampai, Arkan langsung menyewa sepeda untuk 2 orang. Pastinya untuk dia dan Alya. Arkan bertugas mengayunkan sepeda di depan, sedangkan Alya di belakang. Mereka berdua menikmati udara disana. Sampai tiba-tiba ada seorang wanita yang menyetop sepeda mereka. Wanita itu membuka kacamatanya. "Oh jadi gini kelakuan kamu sekarang, Arkan. Apa sih kelebihan cewek murahan ini? Apa yang lo mau dari Arkan gue? Dasar bi*ch!" Wanita itu menampar wajah Alya. Tanpa basa-basi, Alya langsung menampar balik wanita itu dan menjambak rambutnya kemudian ia berlari menuju taksi yang berada di dekatnya.

"Alya tunggu!" Arkan berlari menyusul Alya. Namun nihil, karena taksi itu sudah berjalan dengan sangat cepat. "Arkan tunggu aku," ucap wanita itu. Wanita itu berlari kearah Arkan.

Sekarang wanita itu sudah berada di hadapan Arkan. Wanita itu mengelus lembut pipi Arkan. Arkan memukul tangan wanita itu. "Puas lo hancurin hubungan gue? Mau lo apa sih, Fi?" Arkan membentak wanita itu rasanya ingin sekali ia menampar pipi Fia, sang mantan yang tiba-tiba datang. "Mau gue cuman satu, nge-HANCURIN hubungan lo sama cewe itu sama seperti lo nge-HANCURIN hubungan gue dulu sampe gue putus sama cowo gue," ucap Fia dengan menekan kata-katanya. "Gue ngehancurin hubungan lo? Asal lo tau, justru lo harusnya berterima kasih sama gue karena gue tau itu bukan cowo yang baik buat lo. And for your information ya, gue pernah liat cowo itu lagi jalan sama cewe lain. Dan yang masalah lo putus sama dia itu gaada hubungannya sama gue, paham BI*CH?" Arkan segera berlari kearah tempat ia memarkirkan mobilnya lalu menjalankannya dengan kencang.

Malam ini tampak hampa menurut Alya. Setelah kejadian tadi, ia sama sekali tidak mengecek ponselnya. Ia tidak ingin melihat nama Arkan di ponselnya. Ka Lingga membuka pintu kamar Alya. "Dek, ada Arkan tuh di depan katanya mau ngomong sama kamu," ucapnya. Alya hanya menengok seakan tidak peduli. "Suruh dia pulang. Cepet!" Alya menghapus air matanya. Lingga bingung dengan sikap adiknya yang menangis tanpa sebab. "Ada apa sih lu sama Arkan? Berantem? Kayak anak kecil aja. Inget, lu itu udah kuliah bukan anak SMP lagi. Udah sana temuin Arkan! Ayo sini," ucap Lingga sambil menggandeng tangan adiknya dan membawa adiknya untuk menemui Arkan.

Arkan melihat mata Alya yang membengkak dan sudah dipastikan bahwa Alya habis nangis. Arkan menghampiri Alya dengan membawakan tisu. "Ngapain kesini? Mau pamer pacar lo yang tadi? Pulang aja sana! Gue gabutuh lo. Alya duduk sofa yang berhadapan dengan sofa yang diduduki Arkan. Mending lo pu-" Belum menyelesaikan kalimatnya, namun sudah dipotong oleh Arkan. "Sshhh aku mau jelasin dulu. Plis kamu dengerin penjelasan aku." Arkan berlutut di depan Alya.

"Jadi dia itu tadi adalah mantan aku pas SMA, Alya. Dulu aku sayang banget sama dia. Aku selalu memaafin kesalahan dia tapi dia selalu ngulang-ngulang kesalahannya. Lama-kelamaan aku kesel, trus aku milih untuk udahan sama dia. Tapi sekarang dia malah balik lagi ke kehidupan aku. Keinginan dia balik ke kehidupanku itu untuk hancurin hubungan aku sama kamu, Alya. Sejujurnya dia akhir-akhir ini sering ngecontact aku. Walaupun udah aku abaikan, dia tetep aja nge-contact aku. Aku minta ma-"

Lagi-lagi Alya memotong omongan Arkan. "Yaudah, sekalian aja kamu juga hancurin hubungan kita. Trus kamu balikan sama dia. Gausah peduliin aku. Masih banyak cowo di luar yang lebih baik dari kamu." Air mata Alya jatuh lagi. Kemudian ia mengelap air matanya dengan tangannya.

"Alya, dengerin dulu dong kan belum selesai. Aku selalu mengibaratkan mantan itu seperti labirin. Kamu bisa milih tersesat di labirin itu atau kamu milih untuk keluar dari labirin itu. Kamu tau kan lewatin labirin itu susah? Jika kamu ingin keluar dari labirin itu, kamu harus menjalani beberapa tahap yang sulit."

"Maksud kamu?" ucap Alya yang memang tidak mengerti maksud dari omongan Arkan.

"Aku udah milih hati aku untuk keluar dari hati Fia dan melupakan kenangan aku sama Fia. Awalnya memang susah dan aku sempet pengen nyerah namun setelah aku melewati tahapan sulit, aku bisa membuka hati aku untuk orang lain, yaitu kamu."

"Aku mau nanya, kamu yakin udah keluar dari labirin itu?" Ucap Alya. Arkan menggenggam tangan Alya. "Aku yakin 100% aku udah keluar dari labirin itu. Karena hanya ada kamu di hati aku saat ini. Kamu mau maafin aku kan?" Alya mengangguk.

Oneshoot 45 temaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang