Realita 00 -- @arloji

190 9 0
                                    

Uname:
Judul: realita 00
Tema: harap
***
Karena semakin banyak kita mendoakan, semakin perkataan itu masuk ke alam bawah sadar. Begitu juga harapan. Oleh sebab itu aku menyertakan namanya di setiap doa dan melampirkannya di setiap harap. Aku akan menunggu... bersama mimpi untuk bertemu dengannya.
-----
Mimpi 01

"Eh, Sandra, ya?" sapa seorang laki-laki ketika Sandra sedang mengantre di sebuah toko buku.

"Iya, saya Sandra. Kamu... Siapa?" tanya Sandra padanya, seorang laki-laki berkacamata agak tebal, berambut agak panjang, dan bermata agak sipit. Tubuhnya yang tinggi membuat sandra harus mendongakkan kepala agar dapat menatap wajahnya.

"Edo," ujar laki-laki itu sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Hm, Edo mana, ya?" balas sandra penuh keheranan, tetapi masih disambutnya juga jabatan tangan itu. "Sandra."

Antrian semakin memendek, sekarang giliran Sandra. "Saya bayar belanjaan saya dulu. Sebentar, ya," katanya dengan senyum yang sebisa mungkin dibuat ramah. Edo mundur beberapa langkah dan menunggu di dekat penitipan barang. Dapat Sandra tangkap dari sudut matanya Edo sedang bicara dengan seorang laki-laki. Mungkin temannya, pikir sandra. Sepertinya pula Edo meminta sang teman pulang duluan.

Selepas membayar dua buah buku pengembangan diri, Sandra menghampiri Edo yang masih menunggu dengan senyumnya. Kuluman senyum itu begitu familiar bagi Sandra. Tatapan mata di balik kacamata hitam itu seperti pernah dikenalnya. Tapi... Siapa?

"Hm, Edo ada urusan apa, ya, sama saya? Saya pernah buat salah, ya? Atau ada hutang yang lupa saya bayar?" tanya Sandra saat mereka mulai berjalan beriringan keluar toko buku. Sempat diintipnya isi kantong belanjaan Edo; buku setebal bantal tentang akuntansi.

"Hahaha ngga, kok, Sandra. Tapi... kamu beneran gak kenal aku, ya?" tanya Edo yang sontak membuat Sandra merasa bersalah. Kali ini disesali betul oleh Sandra sifat pelupanya itu.

"Hehehe," Sandra tertawa canggung, "Maaf, Do, aku beneran ngga inget." Sandra mengintip raut wajah laki-laki di sebelahnya, ada sarat-sarat akan rasa malu tertangkap dari ekspresi itu. Sepertinya Edo tidak mengira kalau Sandra tidak dapat mengenalinya. Mereka berjalan tanpa arah di mall itu. Bila rasa-rasanya suka untuk berbelok, maka berbelok. Mengalir seperti air.

"Gak nyangka bisa ketemu di sini, San. Aku Edo, temen chatting di LINE. Inget?"

LINE... LINE... Edo... Edo LINE...

"Oh! EDO! Ya ampun, baru inget aku," seru Sandra sambil menepuk dahinya, "Ternyata kamu gini ya Aslinya," ujarnya dan disusul dengan kekehan jenaka. Ternyata ini "Edo", orang yang belakangan menarik seluruh perhatiannya karena pemikiran yang dia miliki. Ternyata ini "Edo", orang yang belakangan membuatnya penasaran bukan main akan isi hatinya. Laki-laki ini sempat menjadi pusat semesta bagis Sandra, merajai pikiran dan hatinya. Berhari-hari dibuat linglung. Sandra kira awalnya itu cinta, tetapi sepertinya bukan. Sandra hanya... Ingin dekat dengannya. Namun sayang Edo hanya teman bertukar pesan di dunia maya, fakta itulah yang membuat Sandra tidak fokus pada hidupnya. Fakta bahwa dia begitu ingin bertemu dengan Edo, entah mengapa. Dan sekarang, Sandra menjumpanya.

Akhirnya aku bertemu dengannya. Ternyata begini rasanya... bertemu dengan Edo di dunia nyata.

...Meski hanya dalam mimpi.
----
Mimpi 02

Di antara ribuan orang di aula, Sandra duduk manis dengan kemeja putih dan rok hitam di barisan paling pinggir. Suara lantang seorang senior di antara keheningan pagi itu tidak memutuskan perhatian Sandra dari seorang laki-laki yang berdiri di pojok kanan ruangan. Laki-laki dengan jas almamater, kacamata agak tebal, dan rambut agak panjang. Takin benar Sandra akan sosok itu, seorang Edo.

Oneshoot 45 temaWhere stories live. Discover now