3 -- @knownasyth

126 5 1
                                    

Uname:
Judul: 3
Tema: batas
***
Tiga cerita yang katanya kelewat batas
I.
18 Januari 2014, Indonesia

"Aku muak Mi!" aku berteriak, mengeluarkan emosiku yang kupendam sejak 10 tahun yang lalu. Saat ini, semua harus terselesaikan, semua.

Ummi diam mematung dan menatapku garang, dia sangat marah dan amukannya bisa kuubah jadi kesedihan dalam waktu beberapa menit. Segera. Setelah aku luapkan semuanya.

"Aku muak, pergi saja dengan Ira. Bukankah dia anak kesayangan Ummi dan Ayah? Anak sempurna? Ibarat barang, dia adalah produk unggulan, sesuatu yang tak kan tergantikan dan terlalu berharga?" Aku terhenti, mengambil nafas dan membuangnya kembali, saat ini aku siap.

Kutolehkan wajahku padanya yang penuh dengan amarah melebihi dirinya, amarah yang kupendam terlalu lama, membuat Ummi terkejut kemudian kulontarkan 1 pertanyaan singkat namun penuh jebakan. "Benar kan..." sunyi seketika kemudian kuberikan wajah datarku dengan senyum sinis lalu melanjutkan, "...Ummi, haruskah kupanggil kamu begitu?"
------
Hari 21 Bulan 3 Tahun 1694, Yoseon (Korea Dulu)

"Yang Mulia! Yang Mulia!" dayang dan kasim menundukkan kepala mereka dan bersujud sambil menangis. Pangeran Kerajaan Seo Yo Wook telah mati.

"Nyonya Bong," Yun -dayang istana pilihan Permaisuri Heon- berlari-lari menuju Istana Barat, wajahnya tampak menyembunyikan rasa senang.

"Yun, ada berita apa?" Nyonya Bong tampak cemas dengan seragam istananya yang berwarna hijau. Dia pasti bangga dengan kedudukannya sebagai dayang pilihan Permaisuri Heon, Permaisuri Kerajaan Tingkat 1.

"Yang Mulai Pangeran Seo Wook... Pangeran Seo Wook...," mengambil nafas sebentar, kemudian berbisik, "akhirnya dia mati."

"Benarkah?" terkejut sedetik, kemudian tersenyum puas, "baguslah kalau begitu, sampaikan ke Ibu Tuan Putri bahwa tugas sudah selesai, jangan sampai ada yang tahu keterlibatan kita, kau mengerti?"

"Ya Nyonya, kupastikan. Bahkan Tuan Putri pun takkan tahu-menahu soal ini," mengangguk cepat kemudian berlari meninggalkan Istana Barat.

"Nyonya..." seseorang berbisik di telinga Nyonya Bong, samar dan mengancam. Nyonya Bong langsung memalingkan wajahnya ke arah belakang, dan di sana sudah ada aku yang berwajah tenang, aku, Menteri Perang Kedua, Jung Il Ja.

"Sst, jangan ketakutan begitu."

"Tu, tuanku?"

"Kau berbicara terlalu keras Bong, kecilkan suaramu, jika ada 1 orang pun yang tahu tentang ini nyawamu taruhannya," ya, Nyonya Bong pasti tahu, ini justru lebih menakutkan daripada amukan singa.

"Tuan-"

"Cepat katakan pada Tuan Putri, aku ingin bertemu dengannya," singkat dan jelas, santai dan tenang, catatan hidup bersih dan berasal dari keluarga bangsawan terhormat, itu kata semua orang. Satu-satunya yang mampu membuat wajahku berubah tak tenang meskipun sedikit saja hanyalah sikap tenang lainnya dari Permaisuri Heon.

"Yang Mulia, Menteri Perang Kedua hendak bertemu dengan anda," Yun membungkukkan badannya kemudian tersenyum.

"Izinkan dia untuk masuk."

"Yang Mulia," Jung Il Ja membungkuk kemudian tersenyum. Hanya ada 2 hal di dunia ini yang membuatnya tersenyum: keberhasilan atas sesuatu dan Permaisuri Heon.

Demi naik tahtanya Permaisuri Heon menjadi Ratu-impian Permaisuri Heon sejak awal, aku akan melakukan apa saja, apa saja, meski harus membuat tanganku sendiri ikut menjadi kotor.
-----
16 January 2015, Diary di Kamar

Aku ada di sini, di depan kelasmu yang dulu, dengan buku dalam pelukan di tangan kiri dan hujan yang menetes di tangan kanan, dengan tas di punggung, seragam abu-abu aku kenakan, dan jepit hitam di kepala. Tidakkah kamu ingin datang melihatku?

Oneshoot 45 temaWhere stories live. Discover now