"Jadi, kenapa minta ketemuan?" Tanya Kalandra sembari menatap Caramel yang berada di sampingnya.
Caramel terlihat memilin jari-jari, dan ragu akan keputusannya. Namun, jika ia tak memberitahukan Kalandra sampai hari dimana mereka akan bertunangan, maka laki-laki itu tentunya akan merasa dibohongi.
"Gue mau ngomong sesuatu, tapi...." Caramel menggantungkan perkataannya, gadis itu menatik nafasnya dalam-dalam. "Tapi lo jangan motong perkataan gue, dan setelah itu kalo lo mau batalin pertunangan ini, gue nggak apa-apa." Lanjut Caramel.
Kalandra tersenyum tipis. "Oke, emangnya lo mau ngomong apa?" Tanya laki-laki itu.
"Gue.... Gue hamil." Ungkap Caramel sembari menoleh ke arah Kalandra, laki-laki itu yang tadinya sempat tersenyum langsung terdiam saat mendengar pengakuan itu.
"Gue hamil, gue nggak tau anak ini udah berapa bulan. Cuma itu yang gue mau ngakuin ke lo, sebelum kita bertindak lebih jauh, gue nggak mau buat lo merasa di bohongi dengan keadaan gue, lo mau mutusin pertunangan ini juga gue nggak masalah. Lo emang pantes dapet yang lebih baik," jelas Caramel panjang lebar, gadis itu kemudian mengalihkan pandangan ke depan. Kalandra menatap Caramel dalam diam, sungguh ia tak menyangka gadis itu akan mengakui hal ini.
"Lo bisa telpon orangtua lo sekarang buat batalin perjodohan ini." Lanjut Caramel, Kalandra tersadar dalam diamnya, ia bingung harus bereaksi seperti apa, laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke depan.
"Kalo boleh tau, siapa orang itu?" Tanya Kalandra dengan hati-hati.
Caramel terdiam sejenak. "Gue nggak bisa bilang soal ini." Jawab gadis itu, mengingat Cameron pernah mengatakan Kalandra adalah musuhnya, Caramel memutuskan untuk lebih baik tak mengatakan jika ayah dari bayi itu adalah Cameron.
Kalandra kembali terdiam, ia juga bukan orang yang suci, terhitung ia sudah beberapa kali meniduri para gadis-gadis malam. Tetapi selama ini, ia bermain aman tak sampai bocor hingga hamil.
"Kita bisa lanjutin ini." Kalandra kembali menatap Caramel, begitupula Caramel. Kening gadis mengenyit ketika mendengar perkataan laki-laki itu, ia kira Kalandra akan langsung menelfon kedua orangtuanya dan meninggalkannya disini.
"Lo nggak salah?" Tanya Caramel memastikan.
Kalandra menggelengkan kepalanya. "Gue nggak salah, gue yang bakalan tanggungjawab soal lo." Tutur laki-laki itu.
"Tapi, tapi lo kenapa mau?"
"Gue udah nyaman sama lo."
Satu perkataan itu membuat Caramel terdiam, jika Kalandra nyaman dengannya. Lantas bagaimana dengan perasaan gadis itu sendiri? Bahkan Caramel tak merasakan apapun dari Kalandra.
"Tapi lo bisa dapetin cewek yang lebih baik."
"Menurut gue lo yang terbaik, lo nggak perlu khawatir soal orangtua gue. Gue bakalan bilang ke orangtua gue, kalo gue yang bikin lo kayak gini."
Caramel sedikit terkejut dengan hal itu, ada orang sebaik Kalandra yang mau menerima dirinya?
"Lo nggak perlu khawatir."
FLASHBACK OFF....
"Caramel."
Suara itu membuat ia menoleh, tantenya menghampirinya. Terlihat Caramel yang belum menggunakan kebaya, tetapi sudah berias dengan make-up sederhana.
"Sebentar lagi acara di mulai, kamu harus siap-siap."
Bianca membantu Caramel untuk bersiap-siap, sedangkan di bawah sana. Orangtua Kalandra sudah datang, pertunangan ini hanya di hadiri oleh keluarga kedua bela pihak, tak ada orang tambahan disini.
Butuh waktu lama untuk Caramel bersiap, akhirnya gadis itu keluar dari dalam kamarnya. Caramel menggunakan dress merah, dirinya terlihat cantik dan elegan.
Langkah kakinya membuat mereka menoleh, sesaat kedua pria dibawah sana terpaku melihat dirinya.
"Beautiful." Puji Dias. Caramel hanya melemparkan senyumnya, menanggapi sang kakak. "Are you okay little girl?" Tanya Dias, pria itu seperti memahami perasaan adiknya yang terlihat gusar.
"Aku baik-baik saja kak." Jawab Caramel, gadis itu mencoba untuk tersenyum.
"Cantik." Puji mama Kalandra, Caramel tersenyum menanggapinya. Rudolph menatap putrinya, bahkan wajah gadis itu kadang-kadang terlihat seperti Stevy dan dirinya.
Di tempat yang sama, tepatnya di seberang jalan. Cameron berdiri di body mobilnya, bersama tiga temannya, yaitu Pasifik, North, dan Benua, mereka menatap rumah putih di depan sana.
"Yakin Ron?" Tanya Pasifik pada Cameron.
"Kalo gue nggak yakin, gue nggak bakalan ada disini." Jawab Cameron dengan lugas. Ia menghebuskan asap rokoknya di udara, lalu membuang puntung rokok itu di aspal kemudian menginjaknya.
"Udah mau pertukaran cincin." Sahut North, sembari menatap handphonenya.
"Sekarang." Instruksi Cameron, ia berjalan memasuk ke dalam kediaman Bianca.
Di dalam sana, Caramel nampak gelisah, perasaannya sungguh tak enak.
"Silahkan Kalandra menyematkan cicin di jari manis Caramel." Suara MC membuat Caramel kembali fokus. Kalandra memegang tangan Caramel, hendak menyematkan cincin itu, namun tiba-tiba rumah itu menjadi gelap gulita.
Trenggg....
"Suara apa itu?" Tanya Bianca.
"Mungkin cuma gelas yang nggak sengaja disenggol." Jawab mama Kalandra, pasalnya mereka tak dapat melihat apa-apa.
"Tetap di tempat kalian." Tutur Rudolph.
Kalandra menghelat nafas kasarnya, ia bahkan belum sempat memasukan cincin itu ke jari manis Caramel, ada yang aneh. Laki-laki itu tak memegang tangan gadis itu. "Lo nggak apa-apa Mel?" Tanya Kalandra, namun tak ada jawaban dari gadis itu.
"Mel?" Panggil Kalandra, tetap saja Caramel tak bersuara.
"Caramel?" Bersamaan dengan itu lampu rumah kembali menyala, semua pandangan beralih pada Kalandra yang berdiri sendiri didepan sana.
"Dimana Caramel?" Tanya Dias, saat tak melihat adiknya.
"Mel, Caramel." Panggil Kalandra, namun lagi dan lagi tak ada jawaban dari gadis itu.
"Sial, dimana putriku?" Tanya Rudolph, kening pria itu mengkerut, dan menatap tajam pada Kalandra.
"KU TANYA DIMANA PUTRIKU?" Bentakkan itu menggema disana.
"Tadi Caramel ma─" perkataan laki-laki itu terhenti, ia malah berjalan menuju salah satu meja, ia mengambil sebuah benda berwarna hitam yang tak lain adalah heels milik Caramel.
Kalandra memperlihatkan sepatu Caramel. "Ini sepatu Caramel, jangan-jangan...."
"TOLONG!" Suara dari luar membuat mereka langsung berlari keluar, mobil bewarna hitam meninggalkan pekarangan rumah Bianca.
"Sial, Caramel diculik!" Seru Kalandra.
"Siapa yang melakukan itu pada putirku?" Tanya Rudolph dengan tatapan marah. Pria itu lalu menelfon seseorang. "Cari putriku sekarang juga!" Setelah itu, ia mematikan sambungan telfonnya.
"Aku akan mencari Caramel om," Kalandra kemudian berlari menuju mobilnya, laki-laki menelfon teman-temannya yang tak lain adalah anak-anak Tiger.
"Sial!"
──────TO BE COUNTED
YOU ARE READING
ALGORITMA 3 : GALAKSA ASTEROID ✓
Teen FictionNew Version!!! Cameron King Galaksa, leader dari geng motor generasi ke-3 yang ditakuti seantero sekolah. Apalagi jika bukan Asteroid. Satu sekolah menyebutnya dengan 'kulkas berjalan' laki-laki yang mempunyai hobby futsal dan basket itu kerap terli...
ALGORITMA • 52
Start from the beginning
