9 : Sore Bersama Littleworm

Start from the beginning
                                    

"Makanya, jangan sampai ketauan." Gue menyeringai kecil. "Apa jangan jangan lu terlalu takut buat melanggar peraturan?"

"Oh? So, it's a dare? Siapa takut?"

"Kalau begitu, ayo! Kita hanya punya waktu satu setengah jam hingga giliran gue habis." Saking semangatnya, gue sampai menarik tangannya.

"Tunggu," kata Satria Syujana. "Gimana caranya kita keluar komplek tanpa ketahuan?"

"Tenang. Lu ikutin gue aja, oke?"

Kami berlari menuju sasana Pip. Pip, yang sedang mengawasi para agen junior yang berlatih, terlihat terkejut melihatku dan Satria. "Hei, mau ngapain lu?" tanyanya dengan nada bercanda.

"Pip, lu masih bisa nganter gue, kan?" tanyaku, sambil tersenyum penuh arti padanya. Itu senyum langka ku nomer lima.

"Maksud lu apaan sih, Carter? Lu emangnya gak ada jadwal, atau apa? Sampai sampai nyempet nyempetin mampir kesini?"

Gue tersenyum puas. "Gue habis ini ada rapat bareng Grayworm, Pip. Dan gue juga pengin mastiin kalau besok itu jadwal gue disini."

Pip hanya mengangkat bahu. "Jadwal lu malem ini, Carter. Jam 18.30. Kan lu tanding. Lu pikun atau apa?" Ia tersenyum. Kemudian dia berbisik ke telinga gue, "Tunggu gue lima menit lagi di belakang."

Gue cuma senyum sudut ketika Satria ngasih gue tatapan bingung. Ia menautkan kedua alisnya. Ia lucu seperti itu, pikirku. Astaga, apa apaan?

"Kenapa lu ngeliat gue kayak gitu?" tanya Satria, mengangkat satu alisnya.

"Eh? Apa?" Brengsek. Kayaknya gue ngeliatin dia tanpa sadar. "Ayo, ah. Kita kebelakang aja. Pip udah nunggu."

Satria hanya mengangkat kedua alisnya dan mengikutiku berjalan ke belakang sasana.

Pip sudah siap dengan mobil minivan biru nya ketika kami baru sampai. Ia mengangkat satu alisnya. "Buruan naik, Carter. Jangan pandangin mobil gue seperti itu. Gue gapunya waktu lama lama. Udah berapa taun lu gak kabur kayak gini, eh?"

Aku dan Satria naik ke atas mobil Pip. Sejurus kemudian, kami sudah keluar dari komplek White Horse dengan mudahnya. Memang pemeriksaan hanya ada di pintu masuk saja. Sedangkan di pintu keluar, pemeriksaan hanya ada di pintu keluar tamu dan para agen. Bagi karyawan karyawan, mereka bebas keluar tanpa pemeriksaan.

"Gue cuma bisa nurunin kalian di taman aja. Gak jauh. Soalnya tempat gue lagi rame." Ia berhenti di depan sebuah taman yang letaknya tak jauh dari komplek. "Lu masih inget jalan pulangnya, kan, Carter?"

"Tenang aja, Pip. Mana bisa gue lupa."

"Yaudah. Gue tinggal dulu. Hati hati," kata Pip, sebelum pergi dengan mobilnya, meninggalkan gue dan Satria.

"Gimana? Kita udah berhasil keluar. Masih ada waktu satu jam. Lu mau ngapain?"

• • •

Pada akhirnya, kami cuma main main di taman. Kami banyak mengobrol sore itu. Gue jadi tau kalau dia suka banget sama yang namanya cokelat, dan buku novel fantasi adalah cinta sejatinya.

"Cukup tentang gue," katanya, menirukan senyum sudutku. "Ceritain tentang diri lu."

"Yah, gak banyak sih yang bisa diceritain. Gue suka baca buku juga. Tapi alih alih genre fantasi kayak lu, gue lebih suka science-fiction dan klasik. Gue gak begitu suka cokelat. Cinta sejati gue adalah bantal gue. Jadi gue punya bantal yang selalu gue bawa tiap kali gue pergi ke daerah. Itu bantal udah ada sejak gue masih kecil."

Hening. Tiba tiba mataku menangkap sebuah kios tempat penjual makanan, yang letaknya agak jauh dari tempat kami duduk.

"Sat," panggil gue. "Mau es krim, gak?"

Agent 'Nerds' Carter | ✔Where stories live. Discover now