Sorry.

29.6K 1.1K 13
                                    

Ya, hari hari gue tak lagi se gembira hari hari kemarin. Tak ada lagi Hanzel yang selalu menghampiri gue, tak ada lagi Ari dihari hari gue karna dia masih belum sekolah, dan bahkan tak ada lagi tawa dalam hari hari gue.

Hampa

Ya, kata kata itu adalah sebuah kata yang menggambarkan apa yang gue rasain.

Gue tak pernah berhenti berfikir, Ari jatuh cinta sama gue, dia sekarang sakit dan kata kata Mamah nya masih terngiang di kuping gue.

FlashBack ON

Saat itu gue hendak pulang dari rumah Ari, baru beberapa langkah gue keluar dari kamarnya. Tiba tiba tante Clara menghampiri gue dengan muka khawatir. Dia menatap muka gue dan tersenyum sendu.

" Evelyn "
Ucapnya, suaranya terdengar Parau.

" Iya tante? "
jawab gue.

Dia menarik tangan gue, dan mendekatkan tubuh gue ke tubuhnya, lalu ia berbisik pelan di kuping gue, kata kata yang takan pernah gue lupain.

" Ari suka sama kamu, tante ga minta banyak, tante cuma mau pesan, tolong jaga Ari, jangan bikin dia terluka. Dia udah terlalu banyak menanggung beban. "
Ujarnya membuat gue membeku, membisu seakan darah berhenti mengalir di tubuh gue.

FlashBack OFF

Apa yang akan kalian lakukan, jika kalian jadi gue? Gue ga mau ngelukain Ari yang Notabene nya adalah Sahabat gue, dan Hanzel Pacar gue.

" Hello Evelyn!! "
Ujar Ditha membuyarkan lamunan gue.

" Eh-- eh iya kenapa dit? "
tanya gue dengan wajah sedikit gelagapan.

" Ck, jadi. Dari tadi lo ga sama sekali dengerin apa yang gue omongin? "
tanyanya sembari menghela nafas berat.

Gue pun hanya bisa tersenyum dengan raut wajah Meminta maaf.

" Jadi? "
tanya gue dengan alis terangkat.

Ditha yang sepertinya mengerti arah pembicaraan gue hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

" Udah basi lyn! Udah ah gue mau ke kelas, bye! "
Ucapnya dengan wajah ngambek.
Paling juga lagi PMS. pikir gue acuh.

Gue mengedarkan pandangan ke seluruh kantin, dan mendapati Hanzel sedang istirahat sendiri. Sendiri? ga biasanya.

Dengan sedikit keraguan, gue pun duduk di Meja Hanzel membawa Cappucino dan Beef Burger.

" Ngapain lo disini? "
tanyanya dengan nada dingin.

Gue hanya menghela nafas berat dan melanjutkan kegiatan makan siang gue.

" Kenapa lo ga sama si Ari ajja, huh? Setau gue setiap hari lo ke rumahnya. Bitch! "
Ujar nya yang membuat gue menghentikan kegiatan makan siang gue ini dan membanting burger gue ke piringnya.

" Bisa kita bicara? "
tanya gue dengan nada dingin.

" Bukannya dari tadi, kita emang bicara ya? Ha, i know. Lo dari tadi pasti lagi mikirin Ari makanya lo ga dengerin gue bicara sama lo? bahkan manggil lo Bitch yea? "
ujarnya yang membuat gue menghela nafas panjang

" Just shut up your mouth! Gue mau bicara 4 mata sama lo, ga disini! "
Ucap gue masih dengan nada dingin.

Gue pun beranjak pergi dari kantin diikutinya. Gue menuju Rooftop.
Sesampainya di Rooftop dia melihat gue, dan menyilangkan tangannya di dadanya.

Menantang? Whoa, great Evelyn. Ada orang yang menantang lo!

" Apa? "
tanyanya.

" Gue cuma mau nyelesain kesalah pahaman tadi. "
Ujar gue sembari menahan amarah

" Wait, lo mau jelasin kalo sebenernya lo sama Ari udah jadian, huh? "
tanyanya dengan sedikit mengintimidasi.

" Bukan! Lo ga pernah mau dengerin gue! Gue mau jelasin semuanya. Gue ke rumah Ari karna gue mau jengukin dia! Dia tuh sakit! Dia mengidap Lupus! "
ujar gue sambil menahan tangis yang sedari tadi mau pecah.

" Evel--

" Tapi lo selalu ngira gue ngeduain lo, gue capek! dari masalah Prilly, Brilly, dan sekarang Ari! Gue capek! Gue cuma mau hidup normal kayak dulu! "
Ujar gue, dan ternyata air mata sudah mengalir deras di pipi gue.

" Sorry, ev--

" Dan sekarang kenyataan pahitnya, ternyata Ari suka sama gue! Disaat gue-- Gue udah jatuh cita sama lo. "
Ujar gue sambil terisak.

Hanzel melangkah mendekat kearah gue memeluk tubuh gue erat, dia membiarkan gue menangis dipundaknya.

" Sorry Evelyn. I'm so sorry. "
Ujarnya sambil mengusap kepala gue.

Dia menarik kepala gue, menangkup pipi gue dan mendekatkan bibirnya ke bibir gue. Mengecup bibir gue dan melumatnya lama sangat lama, gue hanya bisa membiarkan ciuman ini berlanjut. Gue merasa hati gue tenang, dia terus melumat bibir gue. Kini ciumannya terasa menggebu gebu.

Dia melepaskan bibirnya dari bibir gue, menempelkan jidatnya ke jidat gue, menatap pupil mata gue lekat lekat, kemudian mengecup kening gue, dan kembali memeluk tubuh gue.

" Maaf Evelyn, maaf. "
Ujarnya.

Kami pun berpelukan lama, sangat lama.

***

Hi Guys! Sorry Baru Update :" Biasa lagi sibuk saya. :'v Oiya jangan lupa tetap Vote and Comment ya guys! Btw, di Media ada Hanzel tuh. Love yaa~

1 Day 1 KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang