• Chapter 03 •

723 9 0
                                        

Jika ada hal yang paling menjadi misteri di dunia ini, maka itu adalah takdir. Advika rasanya ingin membakar dunia ini setelah dia tahu dia sekelas lagi dengan Prince. Bagian paling parahnya, mereka satu bangku! Itu berkali-kali lipat lebih menyebalkan dibanding di sekolah lama mereka dulu, mereka sekelas tapi beda tempat duduk.

Ingin bertengkar seperti biasa, tapi ini hari pertama dan pastinya akan sangat tidak lucu nanti. Jadi, mereka pun saling diam-diaman sepanjang pelajaran berlangsung hingga bel istirahat berbunyi.

Setelah Bu Raina, wali kelas mereka, dan hampir seluruh penghuni kelas keluar untuk beristirahat, langsung saja Advika dan Prince bertatapan dengan sengit seperti dua orang musuh yang tak sabar untuk saling serang.

"Kenapa kau selalu mengikuti aku?!" seru Prince memulai.

"Mengikuti? Mengikuti apa? Kau yang mengikuti aku! Aku sudah pindah ke sini, kenapa kau juga pindah ke sini? Apa kau tidak bisa mencari sekolah lain atau tidak ada sekolah yang mau menerimamu?!" balas Advika panjang lebar.

"Hey, Badai, dengarkan aku, ya! Aku yang duluan masuk ke kelas ini, bukan kau! Jadi kau yang mengikuti aku dan bukan aku!" Prince tak mau kalah.

"Aku sudah daftar ke sini sejak hari Sabtu sepulang sekolah!" bantah Advika.

"Aku juga!" balas Prince. "Mama langsung mendaftarkanku setelah kita bertengkar dan kau mematahkan gigiku!"

"Alasan! Pasti Aunty Catherine ikut-ikutan Mamaku, kan?" tukas Advika.

"Aunty Shayra yang ikut-ikutan!" sambar Prince.

Di waktu yang sama di kelas yang berbeda, kelas 4, adegan yang hampir sama juga terjadi. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di ruang kelas 4 dan tahu Zayn ada di kelas yang sama, Shanna langsung berubah menjadi monster seperti biasanya. Meskipun dia cukup beruntung; tidak harus duduk sebangku dengan Zayn karena di kelas ini ada anak perempuan yang belum punya teman sebangku.

Sedangkan Zayn, dia juga memasang wajah kesal, tetapi sebenarnya tertawa dalam hati karena takdir ternyata selalu berada di pihaknya dan membuat dirinya satu kelas lagi dengan Shanna.

"Shanna, kenapa sejak tadi kau terlihat kesal? Ada apa? Kau tidak suka kelasnya, ya? Aku tahu, pasti karena kelas ini sangat kecil dan tidak seperti di sekolah lamamu, kan?" oceh Jasmine, teman sebangku Shanna sekarang.

Shanna menggeleng, "Tidak, tapi ...." Dia mendadak menggantung kata-katanya. Kalau dia berkata pada Jasmine soal dirinya dan Zayn yang musuhan, atau lebih tepatnya jauh-jauh pindah sekolah agar tidak lagi sekelas, tapi malah dibuat sekelas lagi oleh takdir, maka Jasmine pasti akan menertawakannya.

"Tapi kenapa?" tanya Jasmine penasaran.

"Lupakan saja. Kau mau mengantarku ke kelas 2, tidak? Adikku ada di kelas itu," Shanna mengubah topik pembicaraan.

Jasmine mengangguk. "Ayo, sekalian juga kita ke kantin, ya?"

Shanna mengangguk dan mereka mulai keluar dari kelas itu menuju ke ruang kelas 2. Ternyata, keputusan Shanna untuk mengunjungi ruang kelas Advika adalah keputusan yang sangat tepat. Pasalnya, saat dia dan Jasmine baru saja akan melangkah masuk, mereka langsung mendapat suguhan pemandangan berupa Advika dan Prince yang tengah bertatapan dengan sengit seolah saling siap menyerang.

"Advu!" teriak Shanna sembari berlarian masuk, diikuti Jasmine yang panik.

"Kakak, si Payah Prince ini satu kelas lagi denganku, Kak, ini sungguh tidak adil!" rengek Advika sedikit berteriak di akhir kalimat.

Shanna sebenarnya juga kesal dan ingin sekali membanting meja atau kursi, tapi tentu saja dia tak bisa melakukan itu. Jadi, dia hanya memegang salah satu pundak adiknya. "Aku juga satu kelas lagi dengan Zayn. Sudahlah, ya, kita terima saja nasib kita," ujarnya menguatkan, walau sebenarnya ia juga ingin menangis.

Never EndsWhere stories live. Discover now