01 | Revised

27.4K 1K 18
                                    

01

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

01.

"Perhatian semuanya!"

Seruan Bu Dini, membuat kelas XII IPA 2 yang tadinya seramai  pasar langsung senyap, karena semua orang tahu jika beliau marah, perkaranya bisa panjang, yah walaupun seringnya alasan kemarahan guru berkacamata itu sepele. "Saya ingin kalian membuat presentasi tentang bab yang baru saja kita bahas tadi. Karena itu, buatlah kelompok, masing kelompok dua orang!"

Kelas kembali ramai, semuanya sibuk mencari teman sekelompok. Aku yang duduk di meja paling depan menghampiri pojok kelas, dimana Daniel duduk.

"Dan, mau dimana ngerjain tugasnya? Rumah gue atau rumah lo?"

Daniel menggeleng. "Duh, Sat, maaf banget. Gue udah sekolompok sama Nala." Seakan merasa terpanggil, Nala muncul tiba-tiba di samping Daniel. Nala, gadis mungil yang kebetulan adalah kekasih Daniel.  Tubuh boleh mungil, namun kelakuannya berbanding terbalik 180° dengan tubuhnya.

"Oke, jadi lo gini, ya. Sahabat sendiri yang udah bareng sama lo sejak dalam alam ruh, lo tinggalin demi pacar baru yang baru bareng lo dua minggu yang lalu. Tega lo." Menaruh tangan di depan dada, "Gue sakit hati, tau gak. Ouch, Dan, kalau gue serangan jantung gara-gara sakit hati, gimana?"

Seakan mereka sudah tersingkron--entah bagaimana caranya--Daniel dan Nala memutar bola matanya secara bersamaan. "Garing as fuck lo, bro," kata Daniel. "Kalau lo kena serangan jantung, gue adalah yang pertama ketawa," kata Nala, menyeringai.

"Heh, kok? Kenapa?"

"Iya, kalau lo beneran kena serangan jantung...," Ia berhenti untuk menambah efek dramatis—dasar anak ini. "GUE AKHIRNYA GAK PERLU MEMBAGI  DANIEL DENGAN LO LAGI! HAHAHAHA!"

"Anjay," Hanya itu yang bisa kukatakan.

"Aih, lo bener deh tipe cewek gue banget," Hanya itu yang bisa Daniel katakan. Aku memeragakan gerakan muntah saat mereka berdua bertukar pandangan romantis, jelas keduanya sedang kasmaran. Ew.

"SATRIA, DANIEL, NALA!" seruan Bu Dini yang menggelegar sukses membuat kami bertiga terlonjak. Ternyata bukan hanya kami yang terkejut, secara tiba-tiba kelas kembali senyap. "Kalian bertiga sudah mendapat pasangan?"

"Kalau Daniel dan Nala, gausah ditanya, duh, Bu. Lah saya, jomblo gini gimana mau dapat pasangan?"  pikirku, tentu saja aku tidak menyatakan pikiranku itu keras-keras. "Belum, Bu. Saya belum punya pasangan."

"Cie jones cie," Terdengar bisik-bisikan dari penjuru kelas. Sialan.

"Semua diam! Karena jumlah kalian duapuluh empat, berarti harusnya Satria ini mendapat pasangan...."

"Jodohnya masih di tangan Tuhan, Bu," celetuk seseorang. Namun Bu Dini tampaknya tak mendengar atau tidak peduli—kemungkinan kedua lebih masuk akal.

"Apa ada yang belum mendapat pasangan?" Guru yang konon telah mengajar di sekolah ini sejak tujuh tahun lalu itu mengedarkan pandangan ke seantero kelas.

Agent 'Nerds' Carter | ✔Where stories live. Discover now