"Ini, tolong bujuk Cameron buat makan ya. Obatnya ada diatas nakas, tante mau keluar bentar. Titip Cameron ya," pinta wanita itu.

Caramel mengambil nampan itu lalu mengangguk. "Iya tan."

"Cameron udah sadar Mel?" Suara berat itu membuatnya menoleh kearah teman-teman Cameron disana.

"Iya, udah. Gue masik dulu," tuturnya. Gadis itu lalu berjalan kembali ke dalam kamar, Cameron yang tengah sibuk dengan handphonenya, langsung mematikan benda pipih itu dan melemparkannya ke sembarang arah. Ketika mendengar suara kenop pintu di putar.

Matanya yang tadi terlihat tajam, kinj berubah menjadi sayu, ia menatap gerak gerik Caramel yang membawa nampan ditangannya. Tak lupa dinampan itu ada buah yang sudah dibersihkan dan dipotong-potong.

"Ada yang sakit?" Tanya Caramel sembari meletakkan nampan itu diatas nakas.

Cameron menggeleng lemah, namun keningnya mengatakan yang sebaliknya.

"Bisa duduk?" Tanya gadis itu lagi, Cameron lagi dan lagi menggunakan kepalanya sebagai jawaban. Ia menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Gue bantuin duduk," Caramel menggeser tangannya ke bawa punggung laki-laki itu untuk menopang tubuhnya, sementara tangan lainnya meraih lengan Cameron agar membantunya bergerak dengan posisi duduk. Setelah duduk, Gadis itu mengambil bantal yang berada disebelah Cameron, laki-laki itu memejamkan matanya, kembali menghirup wangi dari tubuh Caramel.

"I am crazy." Cameron berlirih kecil dengan suara deepnya.

"Ngomong apa?" Caramel menoleh kearah laki-laki itu ketika mendengarnya berbicara namun, tak begitu jelas ditelinganya.

"What?" Tanya Cameron balik, seolah mengatakan bahwa ia tak pernah bersuara sedari tadi.

"G... Gue salah denger kayaknya," gumam gadis itu. Tangannya bergerak meletakkan bantal dibelakang Cameron, sebagai sandaran agar punggung laki-laki itu tak langsung menyentuh kepala ranjang.

Memastikan Cameron duduk dengan baik, ia lalu mengambil air putih dan membantu laki-laki itu untuk minum.

Glekk....
Glekk....

Dua tegukan air itu membuat tenggorokan Cameron yang tadinya kering, kini menjadi basah dan segar, Caramel meletakkan kembali gelas itu diatas nakas dan mengambil mangkuk bubur dengan taburan ayam suwir diatasnya.

"Sekarang makan," Caramel menyodorkan bubur pada Cameron, laki-laki itu membuka mulutnya untuk menerima suapan pertama itu.

"Sayang."

Suara serak Cameron terdengar, Caramel tak memperdulikan panggilan itu. Ia tetap dengan aktivitasnya menyuapi Cameron, kening Cameron kembali menukik. Ia tak senang, ekspresi wajahnya berubah lesu, ia mengatupkan bibirnya ketika bubur yang disodorkan oleh Caramel berhenti didepan bibirnya.

"Kenapa?" Tanya Caramel dengan tatapan bertanya-tanya.

"Sayang."

Hanya itu yang Cameron katakan, Caramel menaikkan sebelah alisnya sembari menatap wajah itu.

"Iya sayang, makan dulu."

ALGORITMA 3 : GALAKSA ASTEROID ✓Where stories live. Discover now