Cameron dan teman-temannya berlari keluar gedung, mereka berlari ketika melihat dua motor hitam saling berboncengan sempat melempar batu ke arah sekolah.

"WOI SIAPA LO!" Seru Caesar, hal itu membuat orang yang mengendarai motor berwarna hitam itu langsung kabur.

"Virtel?" Tanya Pasifik.

North menggelengkan kepalanya. "Nggak, gue rasa enggak. Virtel nggak akan segininya ngelempar sekolah," tutur North.

"Tiger," sahut Cameron, mereka menoleh kearah laki-laki.

"Tiger? Nggak mungkin. Lo tau sendiri kan si Jaegar udah nggak di Jakarta lagi," jelas Benua.

Cameron terdiam, tapi feeling-nya mereka adalah suruhan Jaegar. Satu nama yang benar-benar dendam dengannya dulu, Jaegar Biantara.

"Masuk," ujar Cameron, mereka akhirnya masuk ke dalam area sekolah. Kepala sekolah yang melihat mereka lantas menghampiri keenam siswa itu.

"Kalian kenal yang tadi?" Tanya Pak Kepala sekolah, mereka semua menggelengkan kepala kecuali Cameron, laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu.

"Kami nggak tau pak, mungkin dari cctv sekolah kami bisa menyelidiki siapa orang-orang tadi," ujar Earth.

Pak Kepala sekolah menganggukkan kepalanya, seorang security berlari kecil menghampiri mereka.

"Pak cctv didekat pos mati," lapor security itu, pandangan mereka kembali beralih.

"Saya rasa ada yang merencanakan ini pak, biar kami saja yang menyeledikinya," kata Caesar.

"Kurang ajar anak-anak itu, baiklah kalian masuk ke Aula sekarang," setelah mengatakan itu Pak Kepala sekolah berjalan menjauh meninggalkan mereka yang masih berdiri disana.

"Fix ini di rencanakan," ujar Pasifik.

"Bentar-bentar," Benua melangkah kedepan, ia memincingkan matanya ketika batu yang dipakai untuk melempar tadi dibungkus kertas putih. Benua mengambil baru itu lalu membuka ikatannya.

"Ngapain lo?" Tanya Earth.

Benua berbalik menghadap mereka, lalu melebarkan kertas itu─ bisa dilihat reaksi mereka kening mengkerut dengan mulut setengah terbuka.

"What's this?" North melangkah, lalu mengambil kertas yang berada di tangan Benua.

"I'm back," North mengulangi tulisan yang berada di kertas itu, ia menatap Cameron yang masih dengan tatapan dingin.

"Who?"

"Nggak tau," Cameron langsung melangkah menuju Aula, mereka menatap punggung laki-laki itu dengan tatapan bertanya-tanya namun tak urung mereka mengikuti langkah kaki laki-laki itu.

Cameron dan teman-temannya masuk kedalam Aula, semua tatapan memandang kearah mereka.

"Karena hari ini ada kejadian yang tidak mengenakkan, bapak pulangkan kalian lebih awal. Besok tanggal merah, ingat hanya satu hari, besoknya kalian harus kembali ke sekolah. Bapak harap kalian tidak membocorkan hal ini diluar sekolah, paham!" Peringat Pak Kepala Sekolah.

"Paham pak!" Seru mereka secara bersamaan.

"Baiklah, kalian boleh pulang," setelah itu para murid beranjak dan bergegas keluar dari Aula.

"Cameron aku takut," suara Glory membuat Cameron memejamkan matanya, mengapa disaat genting seperti ini gadis itu selalu merusak suasananya.

"Diam!" Seru Cameron.

Glory yang kini telah berdiri berhadapan dengan Cameron, merenggut kesal. "Kamu marah sama aku?" Tanya Glory.

"Penting?" Tanya Cameron dengan tatapan sinis.

ALGORITMA 3 : GALAKSA ASTEROID ✓Where stories live. Discover now