Bab 3

5K 348 42
                                    

Seoul.

Disinilah ia sekarang. 15 tahun telah berlalu sejak kejadian yang menyakitkan itu. Demi Luhan ia harus pergi.

Sebab ia 'Oh Sehun' tidak ingin mengikuti perintah ayahnya yang ingin menjadikan Luhan Sahabatnya sebagai sapi perah.

Walaupun mungkin Luhan akan membencinya, bahkan melupakannya ia tak peduli.

Cukup ia yang akan menyimpan kenangan manis bersama dengan Luhan. Pria kecil temannya itu.

Sesampai di bandara ternyata mereka telah dijemput oleh salah satu pegawai babanya Tao.

"Permisi, apakah kalian berdua adalah Tuan Tao dan Tuan Oh Sehun?" Tanyanya dalam bahasa Korea.

"Hah, iya anda benar sekali. Aku Tao dan ini Sehun." Jawab Tao.

"Kalau begitu, mari saya antarkan anda sekalian menuju tempat yang akan kalian tinggali di kota ini." Ajaknya.

"Baiklah, oke. Kajja Sehun." Ajak Tao menyuruh Sehun agar ikut dengan mereka.

.
.
.

Tuan Jang, orang yang mengantarkan Tao dan Sehun ke mansion salah satu keluarga Huang. Mansion ini dibuat kala Tuan Huang bertandang kemari.

"Huaaa... tak kusangka Baba memiliki mansion di Seoul. Tapi Baba curang tak pernah mengajakku ke sini, dasar Baba curang!" Sungut Tao mengerucutkan bibirnya.

"Maaf mengganggu tuan sekalian. Kamar tuan-tuan sekalian sudah kami siapkan, mari saya antarkan." Ajak salah satu maid disini. Kalau diperhatikan maid yang ada di depan mereka terbilang muda.

"Ini kamar tuan-tuan sekalian. Disebelah kanan milik tuan Tao, dan disebelah Kiri milik tuan Sehun." Ujarnya menerangkan kepada mereka.

"Ne, terimakasih, hms... Siapa namamu?" Tanya Tao bertanya kepada maid yang ada dihadapan mereka.

"Anda bisa memanggil saya dengan nama Victoria." Ucapnya sopan.

"Oh, terimakasih Victoria. Kau bisa lanjutkan pekerjaanmu."

Lalu gadis itu membungkuk kepada Tao dan Sehun, setelah itu pergi melanjutkan pekerjaannya.

"Blam."

"Blam."

Setelah Victoria pergi, Sehun langsung masuk kekamarnya. Begitu juga dengan Tao.

Setelah masuk kekamarnya Tao langsung berhambur ke atas ranjang nan empuk yang ada dikamar ini. Dan tak beberapa lama ia tertidur.

Berbeda sekali dengan Sehun. Pemuda satu ini malah memperhatikan sekeliling kamar yang akan ia huni dikota ini.

Kota dengan segala fasilitas terlengkap, serta kota yang telah menorehkan segala cerita kepada pemuda yang memiliki kulit seputih susu ini.

Bulan Juli. Bulan dimana telah memasuki musim panas. Ia memandangi jendela kaca yang besar itu. Tepat disana, pemandangan kebun bunga yang indah. Matanya terfokus pada bunga matahari yang tumbuh diantara bunga-bunga yang lain.

"Bunga Matahari."

Ia mengucapkan kata itu seakan berbisik.

Sehun tersenyum dalam lamunannya. Entah mengapa menatap bunga berwarna kuning itu mengingatkannya pada sosok Luhan.

Warna kuning menggambarkan keceriaan, keteguhan, sikap pantang menyerah, dan kelembutan. Bunga adalah simbol dari kelembutan, feminim.

Disaat ia melamunkan Luhan. Mata hazel pekatnya mengarah kegelang hitam yang terdapat bandul rusa kecil.

LOOP (HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang