Bab 60 [Tamat]

4.1K 863 196
                                    

Sayonara untuk pasangan menggemaskan iniii... heuheuuu... tulis dong, kesan kamu selama baca cerita inii... :*

Guys, aku belum sempat bikinin paket untuk season 2 Jejak Lara. Dalam minggu ini aku usahain yaa... soalnya di Karyakarsa agak repot bikin paketannya, mesti update satu-satu gitu.

Next ada cerita baru di Karyakarsa. Dan aku juga lagi ngedraft cerita baru untuk on going di wattpad, tapi jangan tanya kapan update-nya, karena sulit bagi waktu nulis dua cerita... haha, tapi semoga kesampaian.

.

.


"Papa apa nggak mikirin kekurangan Mita?!" pekik Vina begitu berada di kamar. "Tinggal di kampung jauh dari mana-mana. Ngurusin rumah sendiri. Kalau sampai Mita kenapa-kenapa orang pertama yang Mama salahin Papa!"

"Justru karena aku tahu kekurangan anakku!" balas Beni. "Kau bayangkan yang buruk-buruk terus. Entah nanti ada luka fisik aku anggap itu murni kecelakaan. Tapi kalau anakku terluka batinnya karena menikah sama orang yang salah, itu baru salahku. Banyak orang tua yang nggak bisa buat apa-apa kalau anaknya disakiti suaminya. Tapi aku senang pilihanku nggak salah. Kau pikir nggak banyak yang mau sama Mita? Banyak! Karena liat aku. Liat hartaku...! Liat jabatanku...!"

"Terus apa gunanya udah kita bangunkan rumah itu?!"

"Udah lama... kuliat dengan mata kepalaku sendiri, ada orang yang tulus anggap Mita istrinya, nggak peduli dengan berapa banyak harta yang kita punya. Terus mau kulepaskan gitu aja? Entah di Medan, di kampung, mau diujung Papua sana. Kubiarkan anakku ikut suaminya, selama dia senang."

"Tapi kan Rolan udah disini. Udah tinggal di sini! Tapi malah Papa yang suruh mereka balik lagi ke kampung!"

"Ya oke! Kubilang lagi orang itu tetap tinggal di sini. Tapi kubiarkan Rolan kerja di bengkel. Mau kau??"

Bibir Vina terbuka, sulit untuk membalas ucapan suaminya.

Di sisi lain, Rolan yang baru saja masuk membawa botol air putih ke kamar mendapati Mita dengan pandangan masih penuh beban.

Tanpa bertanya, Mita sudah lebih dulu menghampiri suaminya, dan mengalungkan tangannya ke lengan Rolan.

"Bang... Mama kayaknya masih belum rela aku tinggal di kampung, kalau Mama ngomel terus ngelarang gimana?? Kita tetep pindah kan??"

"Kita tetap harus izin sama Mamamu."

Mata Mita mendelik. "Jadi kalau Mama ngelarang kita nggak jadi pindah??"

"Ya kan izin pulang..." Bibir Rolan berkedut. "Kok kau pengin kali malahan tinggal di kampung?"

"Kan Abang lebih suka tinggal di kampung."

Hawa panas mulai menusuk kelopak mata Rolan. "Ya sekarang maumu kayak mana? Kalau kau lebih pengin tinggal di sini, aku pun udah di sini-nya..."

Mita menangkap sepasang mata suaminya dengan lebih terkejut lagi. Bibirnya maju dan berkerut. Sembari menatap Mita berpikir, napas Rolan tertahan. Namun, sedetik kemudian Mita menggeleng kencang. "Aku mau ikut Abang. Asal pas kita ke Medan, kita main ke mal ya??"

Rolan menatap serius. "Aku nggak mau maksa kau tinggal di kampung."

Mita mengerjap-erjap. Kenapa suaminya justru membuat pilihannya goyah?

"Aku juga nggak akan tenang kalau kau nyesal pas udah pindah nanti."

"Ih... Abang kok gitu sih... Bukannya Abang pengin aku ikut Abang?? Terus kan, aku juga udah pernah tinggal dikampung Abang. Aku nggak akan nyesal kok..."

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: May 20 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

Jejak LaraUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum